Hari ini entah kenapa Aditama ayah Fasya melarangnya ke sekolah, katanya ad tamu. Tapi kan biasanya Fasya tak penah di kenalkan sebagai anak dari ayahnya sendiri melainkan Sasa lah yang selalu.
"Hehh!, Ini pakaian sore nanti akan ada tamu!, Jangan banyak tingkah jika kau ingin selamat!." Ucap Dian yang melemparkan sebuah paper bag kepada Fasya yang sedang me lap meja.
"Iya Bu." Jawab Fasya, Fasya tak pernah melawan meski dirinya sering sekali di sakiti, ia sangat menghormati ibu sambungnya itu.
Fasya juga senang ahirnya Aditama juga mau menganggapnya anak saat bertemu dengan tamu atau rekan kerjanya.
Sorenya sebelum rekan kerja Aditama datang Fasya membantu bibi dulu untuk menyiapkan hidangan untuk tamu.
"Fasya kamu siap-siap gih nanti Bu Dian marah, biar bibi aja yang lanjutin kan ini juga sudah mau selesai." Usul bibi, Fasya pun mengangguk ia ke kamar untuk bersiap-siap.
"Baru kali ini Fasya terlihat senang, saya sangat berharap pak Aditama mau kembali menerima anaknya." Ucap bibi, ia sangat sedih melihat Fasya yang selalu hidup dalam ke tidak Adilan.
"BI!, Jangan ngelamun aja cepat tamunya sudah datang siapakan minum!." Teriak Dian dari tangga.
"Iya Buu." Jawab bibi lalu bergegas menyiapkan minum.
Ad 2 orang tamu Aditama, mereka berbincang sebentar lalu Fasya di panggil.
"Hei anak sial, cepat!." Panggil Dian , membuka pintu.
"Iya Bu ini uda selesai." Jawab Fasya, dress berwarna biru kembang sangat pas di lekuk tubuh Fasya. Dian tersenyum palsu kala mereka sudah ad di ruang tamu.
"Perkenalkan ini anak saya." Ucapan Aditama berhasil membuat Fasya sangat bahagia.
"Sangat cantik." Ucap salah satu pria itu.
Mereka terus berbincang sedangkan pria yang memuji Fasya terus menerus menatap Fasya dengan tatapan aneh, Andre pria berusia 28 tahun anak dari klien Aditama yang sedang bertamu sore ini.
"Pak saya izin membawa putri anda untuk berjalan-jalan." Ucap Andre, Fasya sontak melihat Aditama.
"Tentu, kalian lakukan pendekatan saja kalian akan menikah Minggu depan bukan,hhhh." Ucapan Aditama kali ini sangat membuat Fasya kaget, menikah? Tidak! Apakah Aditama ayahnya sendiri akan menikahkan dirinya dengan pria yang tak di kenalnya?.
"Ayah?!." Ucap Fasya kini matanya berkaca-kaca, apakah ayahnya tega menikah dengan pria seperti itu.
"Sttt kamu nurut aja!." Dina yg duduk di samping Fasya mengodenya agar diam.
"Baiklah pak kami pamit." Ucap Andre.
"Iya kalian hati-hati." Ucap Dina, Fasya di dorong paksa oleh Dina untuk ikut Andre.
Mau tak mau Fasya ahirnya ikut, ia tak bisa apa-apa. Kini Andre sedang menyetir dan Fasya hanya menatap jalan lurus, entah di mana Andre akan membawanya Fasya hanya berharap semua baik-baik saja.
"Kamu mau makan?." Tanya Andre.
"Terserah saja pak." Jawab Fasya tidak mungkin ia menuntut kan.
"Jangan panggil pak dong!, Sayang aja lebih baik." Ucap Andre tanpa rasa Malu.
Fasya bergidik ngeri mendengar Andre.
Andre memarkirkan mobilnya di depan sebuah gedung, lalu mereka turun.
"Pak kita mau kemana?." Tanya Fasya, ia sedikit was-was, apalagi gedungnya terlihat beda ad banyak orang yg terlihat mabuk.
"Masuk aja kita akan bermain di dalam." Seringai kecil muncul di bibir Andre.
"Ngk mau pak Fasya mau pulang!." Tolak Fasya mentah-mentah, namun tangannya di tarik paksa untuk masuk berulang kali Fasya memberontak tapi tak di hiraukan bahkan orang-orang di sana tak ad yg mendengar karna suara dentuman musik yg keras.
"Hei ndree!." Teriak seseorang.
"Asikkk mainan baru?." Tanya orang itu, yg bernama Gito.
"Yoi!." Jawab Andre ia mendudukkan Fasya di sampingnya, Fasya sudah menangis dalam diam ia benar-benar takut.
"Minum!." Suruh Andre ia memberikan sebuah minuman bening kepada Fasya namun Fasya menolak.
"Gk." Tolak Fasya.
"Minum gk!, Dari pada loh siksa sendiri entar!." Ucap Andre kembali tersenyum misterius. Ia meminum semuanya bahkan ia sudah sedikit mabuk Fasya yg melihatnya punya kesempatan untuk kabur tapu tangannya dari tadi di pegang oleh Andre bahkan mungkin pergelangan tangan Fasya sudah merah.
"Pak aku mau ke toilet." Fasya mulai membuat alasan.
"Sini!.", Andre menarik Fasya ke arah toilet, Fasya kaget ini tidak sesuai dengan rencananya ia harus apa sekarang.
Di tengah perjalanan Fasya langsung mengumpulkan keberanian dan menghentakkan tangannya agar lepas dari cekakan Andre, ia langsung berlari ke arah pintu keluar menerobos orang-orang yg sedang berpesta dan menari.
"B*ngs*t!!!, Woiiii berhenti loh!." Umpat Andre ia ikut mengejar Fasya.
Air mata Fasya terus berlari kala ia melihat Andre terus mengejarnya, ia agak sulit untuk lewat karna ad banyak orang di sana.
"Mau kemana loh!!huahhh!." Bentak Andre ia menyudutkan Fasya di dekat pintu masuk, ia memegang kedua tangan Fasya.
"Lepasinnn!!." Teriak Fasya, ia terus menangis namun tak ad yg mendengarnya.
"Awhhhh!!!." Andre memekik kesakitan saat Fasya menendang kemaluan nya.
"Sialan!!!." Ia kembali mengejar Fasya, dan Fasya sendiri menabrak seseorang hingga membuatnya tersungkur di tanah dan bertepatan juga Andre langsung meraih tangannya.
"Hehhhh loh jangan macem-macem, gue udah beli loh dari ayah loh!! Jangan sok jual mahal ayahloh sendiri bahkan jual loh jadi, Lo ngk usah banyak gaya!!!." Ucapan Andre berhasil membuat Fasya membatu, ayahnya sendiri tega menjualnya, namun seketika ia tepis jika, bukan karna ayahnya maka Fasya akan melepaskan diri karna hidupnya, sekarang ia benar-benar kecewa dengan ayahnya.
"Lepasin!!!." Berontak Fasya, ternyata orang yg Fasya tabrak tadi Masi ad di sana, Fasya langsung bersembunyi di belakang laki-laki yg di tabraknya dan memohon.
"Tolong!!! Bawa saya pergi dari sini, hiks......" Pilu Fasya, sekarang tenaganya terkuras ia sudah lelah harapannya tinggal orang itu.
"Minggir, cari mainan yg lain sana!." Ucap Andre ingin menarik tangan Fasya namun di tahan oleh laki-laki itu.
"Kasi ke gue." Ucap pria itu, pria itu yg tak lain adalah raga kali ini bukan sebagai dokter, jika kalian pikir raga tak ke club' kalian salah besar, malahan raga sering minum dan bahkan ia merokok tapi itu semua ad alasannya namun ia tak pernah memainkan wanita.
"Sialan, cari aja sendiri gue udah beli nih cewe." Andre tak terima.
"Gue beli ke loh lagi, berapa?." Tanya raga tenang, ia tak ingin mengundang pekelahian maka ia akan memintanya baik-baik.
Fasya sedikit ragu karna pria itu sama halnya dengan Andre, namun entah kenapa ia diam di sana bahkan kakinya sulit melangkah.
"Gk gue gk mau!." Andre langsung melayangkan tinjunya ke arah raga, namun raga menghindar.
"Sialan!."umpat Andre, ia kembali menyerang raga brutal raga pun tak tinggal diam ia juga tersulut emosi.
Fasya terduduk lemas sambil menutup matanya ia tak berani melihat perkelahian itu.
"Gue udah bilang gue beli!, Nih 1 M jangan pernah usik dia!." Ancam Raga, ia mengeluarkan cek dan memberikan kepada Andre yg sudah terkapar lemah.
Raga berjalan ke arah Fasya dan membantunya berdiri.
"Maaf." Ucap Fasya, ia melihat ad bekas luka di wajah pria itu, Fasya tak mengenali raga karna raga memakai masker di rumah sakit dulu. Setelah itu Fasya langsung pingsan, raga menggendong nya ala bridal style menuju mobil Jeep nya.
Izin lewat......
Jangan lupa vote and comen.....
💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors Rules
FanfictionMahesa raga Wardana, di kenal dengan dokter Mahesa namun nama panggilannya adalah raga, berusia 25 tahun. "Pasien 12 atas nama Fasya Aditama!." panggil uni perawat yang bertugas membantu Raga. "Saya suster." Gadis cantik dengan rambut panjang terlih...