chapter 19

3.5K 69 0
                                        

"keluarga pasien?." Tanya perawat, semua mengangguk.

"Iya sus." Ucap lily dengan suara menahan tangis.

"Pasien mengalami kekurangan darah, apakah di anatar kalian memiliki dara AB?." Tanya suster.

"Saya dok." Dio , yah golongan darah AB , semua langsung bersyukur .

"Apakah anda perokok aktif?." Tanya duster pada dio.

Dio mengangguk.

Akh sial! Batin dio langsung mengacak rambutnya.

"Anda tidak bisa mendonorkan darah pak, sebaiknya cari pendonornya segera."

"Sus bank dara AB kosong." Ucap suster yg menghampiri suster itu.

"Hiks....gimana ini pah!!!" Lily merosot kebawah, hendra lantas memeluknya.

"Saya dok darah saya AB dan saya tidak merokok." Yah itu adalah Lio, dokter magang asisten Raga.

"Baiklah ikut kami." Lio ikut dan semua keluarga bernafas legah.

"Dia lio asisten magang raga, dia juga adalah anak dari pasien yang pernah Raga operasi saat itu dokter yg menanganinya ad sedikit kendala dan ayahnya harus segerah di operasi dan untungnya raga bersedia untuk turun." Ujar Hans, semua bersyukur bisa mendapat pendonor.

°°°°°°

Selama 1 jam lebih akhirnya operasi berjalan lancar, raga keluar bersama luna dan mita.

"Gue tau loh bisa." Dio menepuk punggung raga.

"Makasi banyak dokter." Ucap lily pada mita dan luna lalu keduanya pergi.

"Hiks.....makasih raga." Lily memeluk raga erat, yah banyak orang yang mengatakan ibu tiri akan menjadi masalah bagi anaknya namun semua di tepis oleh lily. Bahkan lily seperti ibu kandung bagi raga hendra sangat bersyukur lily bersabar dengan semua takdirnya menikah muda dengan suami sahabatnya.

"Mama pulang aja disini ad raga yg jaga, fasya masih dalam keadaan obat bius." Ucap raga.

"Ya udah hubungi mama kalau dia siuman." Lily pamit pada raga, dio, dan hans. Hendra dan riya juga pulang.

"Gue pergi." Hans juga pamit menyisakan dio.

"Maaf gue gk bisa donor darah buat fasya karna gue ngerokok." Ucap dio merasa tak enak.

"Gpp, jadi siapa yg donor?." Ia pikir memang dio yg mendonorkan karna ia ingat golongan darah dio.

"Lio, asisten magang lo."

"Gue harus berterimakasih ke dia kalau gk ad dia gue akan frustasi." Ucap raga.

"Lo tunggu di ruangan gue aj." Raga melenggang pergi ke ruangan dimana lio mendonorkan darah tadi karna sebanyak 3 kantong darah harus ia berikan tadi otomatis dia akan butuh banyak istirahat.

Tok...tok...

"Masuk."

"Dokter mahesa, bagaimana operasinya?." Tanya dio yg berusaha bangun.

"Lancar, gk usah bangun kedatangan saya kesini untuk berterimakasih karna kamu fasya bisa selamat." Ucap mahesa.

"Iya dokter saya hanya melakukan apa yg harus saya lakukan, ini semua sebagai balasan saya karna bapak pernah mengganti dokter yg mengoperasi ayah saya dulu." Ucap dio.

"Itu semua tak seberapa dengan apa yang kau lakukan hari ini, saya benar-benar berterimakasih." Mahesa benar-benar bersyukur.

"Iya dok." Lio kagum dengan dokter muda seperti mahesa, bahkan selama magang dia tak pernah mendapat kesulitan dalam menyelesaikan semua bahan maganya, lio akui mahesa sangatlah baik.

"Ya sudah kamu istirahat, saya keluar dulu." Raga pamit dan menuju ke ruangannya.

Fasya sudah di bawa ke ruangannya di sana uni menjaganya atas perintah raga, yah bahkan uni sangat bersyukur bisa menjadi asisten dokter mahesa ia tak pernah mengalami kesulitan bahkan jika ia membuat kesalahan raga tak pernah marah ia hanya akan membantunya.

°°°°°°

Setelah siuman fasya kembali tidur karna usulan uni, agar tubuhnya cepat pulih, dadanya di perban melilit namun tak membuatnya sesak ia kembali tidur.

"Kamu istirahat dulu di ruangan saya ada makanan yg sudah saya pesan makanlah." Ucap raga pada uni, raga masuk dan tersenyum melihat fasya tertidur dengan nyenyak.

"Baik dok terimakasih." Uni pergi dan tak lupa menutup pintu .

"Terimakasih telah bertahan. " Ucap raga yg duduk di samping bankar ia memegang tangan fasya yg tidak ad selang infusnya.

Lama ia menatap mata sendu yg tertutup rapat itu di benar-benar bersyukur fasya bisa lepas dari penyakitnya.

Ia mencium kening fasya dengan masker yang melapisinya, yah raga masi tak menampakkan wajahnya pada fasya hal ini ia takutnya jika fasya drop.

Tok...tok....

"Biar saya yang jaga pak." Uni kembali dan masuk raga mengangguk dan keluar.

Raga pulang untuk mengganti pakaian sekalian mandi karena seharian di rumah sakit

°°°°°°

Jam 12 malam fasya terbangun dan tidak mendapatkan seseorang di kamarnya, yah uni tadi pergi ke lokernya untuk mengganti baju, fasya mendudukkan dirinya sambil menatap pintu tak berselang lama pintu terbuka di sana ia bisa melihat luna membawa buah dengan senyum di wajahnya fasya membalas senyuman itu tak kala tulus.

"Giman keadaan lo?." Tanya luna duduk di samping bankar fasya.

"Udah baikan, makasih ya kak luna." Ucap fasya yah seandainya luna tidak ad fasya tak bisa sampai ke sini.

"Iya santai aja." Ucap luna tersenyum, ia celingukan mencari orang di sana.

"Kak luna kenapa?." Tanya fasya bingung.

"Gpp." Wajahnya dia buat khawatir.

"Tapi kenapa kk khawatir."

"Gpp fasya."

"Kakak bicara aja fasya siap denger kok, kita kan udah saling percaya." Ujar fasya tersenyum, luna ikut tersenyum ia bahagia fasya masuk perangkapnya.

"Gue boleh nanya nama lengkap kakak lo siapa?." Luna melancarkan aksinya, ia akan menghasut fasya.

"Aku gak tau kak emangya kenapa." Bingung fasya.

"Sebenarnya gue mau ngomong ke elo tentang kecurigaan gue tapi gue takut lo ke singgung." Ucapnya dengan wajah pias.

"Gpp kak cerita aj." Ucap fasya toh luna juga biasa mendengarkan ceritanya.

"Lo tau dokter mahesa kan?, Nama lengkap dia itu Dokter Mahesa Raga Wardana."

"Aku baru tau kak, terus dokter mahesa kenapa."

"Waktu gue liat kakak lo gue tiba-tiba kepikiran sama dokter mahesa dia persis sama dengan kakak loh tapi gue jg gk tau jelas, gue pikir itu orang yg sama kan kakak lo namnya raga dan nama tengah dokter mahesa itu raga. Gue curiga aja sih." Ucap luna dengan nada seperti berpikir.

"Maksud kakak dokter mahesa itu kak raga?. Aku gk pernah liat mukanya dokter mahesa dia selalu make masker." Ujar fasya, jujur semoga ucapan luna tidak benar pasalnya ia sudah sangat percaya pada raga apakah raga yg ia kira orang baik tega membohongi dirinya.

"Lo gk pernah liat? Pantas aja. Gue aja yg liat kakak loh tiba-tiba ingat sama dokter mahesa mereka mirip banget, mungkin dia menyembunyikan ini dari loh. Gue sih curiga aja dulu waktu lo ke mall bareng kakak loh gue nyapa dia make nama Mahesa tapi dia nyuruh gue diam karna gk tau apa-apa." Jelas luna, ya dia harus tampak lebih meyakinkan agar fasya percaya.

°°°°°

Halo pren

Doctors RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang