chapter 8

4.4K 86 0
                                    

Tok...tok....

Raga mengetuk pintu namun Fasya tak membuka sepertinya ia sedang tidur, jam 14.12 raga baru tiba karna jarak rumah sakit dengan rumah ini memang jauh butuh sekitar satu jam lebih untuk sampai karna berada di ujung kota. Raga membuka pintu dengan kunci yg memang ia pegang.

"Fasya?." Panggilnya, ternyata benar Fasya sedang tertidur pulas di sofa.

"Enghhh....pak raga sudah datang, maaf Fasya ke tiduran." Ucap Fasya, mengucek matanya yg sembab.

"Iya, kenapa kamu sepertinya sudah menangis?." Tanya raga menyimpan makanan tadi di meja lalu mendekat ke Fasya.

"Ngk kok." Bohong Fasya, padahal dirinya tadi sedang kesakitan pada bagian dadanya.

"ngk pake bra?." Hal itu spontan keluar dari mulut raga kala ia melihat dada Fasya yg terpang-pang jelas bagian puncaknya.

"Hahh!." Fasya melihat dadanya dan berbalik. Mampus tadi ia membuka branya karna dadanya sakit apalagi ukuran branya sepertinya tak cocok lagi, jujur ia malu sekali mau di taruh mana mukanya. Ia berlari naik ke atas, sedangkan raga tersenyum sekilas lalu mengikutinya ke atas.

"Jangan pakai kalau tidak cocok itu akan membuatmu makin ke sakitan." Perkataan raga menghentikan pergerakan tangan Fasya yg ad di dalam kaosnya yg sedang sibuk ingin mengaitkannya namun sepertinya tidak bisa.

"Gk usah pakai, ayo turun. Maaf tadi saya gk ke sini karna di rumah sakit ad oper..." Ucapan raga tergantung, ia tidak ingin Fasya mengetahui identitasnya dulu.

"Operasi ap?." Tanya Fasya.

"Teman ad yg operasi." Terpaksa raga bohong, lalu ia turun.

"Masa Fasya gk make bra." Ucap Fasya namun di dengan raga.

"Gkpp saya gk liat." Kekeh raga, Fasya benar-benar polos baginya.

Fasya menyuruh raga untuk duduk ia akan menyiapkan makanan nya, pasti raga juga lelah.

"Ayo makan." Ucap raga, ia langsung makan karna memang ia juga tadi tidak sempat sarapan dan di rumah sakit ia tidak makan siang.

Fasya lahab sekali makannya raga heran bagaimana seorang ayah tega menganiaya anak kandungnya sendiri selama bertahun-tahun, bahkan gadis sebaik Fasya pun tak pernah melawan.

Tok...tok....

"Biar saya." Saat di sela-sela makan tiba-tiba ad yg mengetuk pintu, raga berdiri dan membuka pintu.

"Banyak duit aja ponsel gk pernah di angkat, gue dari tadi nyariin loh!." Suara itu Dio, ia langsung masuk membuat raga menggelar nafas, panjang ceritanya ini.

"Hehhhh!!." Dio seperti cicak yg menempel di dinding saat kaget melihat ad seorang gadis yg menatapnya.

"Tunggu jangan kemana-mana Lo!." Raga mengancam Dio untuk tetap diam di tempat sedangkan dirinya berlari ke kamar Fasya dan mengambil switer lalu menyuruh Fasya memakainya, Fasya pun memakainya dengan polosnya.

"Gila!!! Lo nyembunyi in cewe di rumah ini!." Dio langsung duduk di kursi dekat raga yg memilih makan.

"Makan Fasya." Ucap raga yg melihat Fasya menunduk gugup.

"Eh gue juga mau, hehehe." Dio juga ikut mengambil piring dan makan juga dengan lahab. Setelah mereka makan raga menyuruh Dio ke luar untuk menjelaskan.

Sedangkan Fasya mencuci piring kotor.

"Jelasin siapa tuh anak!?." Tunjuk Dio pada raga.

"Namanya Fasya umur 18..."

"Whattt!!!..."

"Gue belum lanjut nj.."

"Hehehe santai bro, slowwww lanjut gih." Sedikit saja Dio membangunkan singa tidur itu.

"Gue ketemu pas tahun lalu waktu gue ke rumah sakit Pramudya gk Sengah gue tabrak dan Minggu lalu di datang ke rumah sakit untuk periksa ke gue, kemarin malam gue ketemu di club' dia di kejar orang untuk di jadiin mainan malam jadi, gue bawa dia pulang ke apartemen sampe pagi terus gue anter pulang tau-tau nya ayahnya sendiri yg jual anaknya untuk di jadiin mainan demi kerjasama. Dia di aniyaya selama bertahun-tahun gue lihat ayahnya gk akan berubah dari caranya seperti itu ayahnya hanya mementingkan uang terus gue kasi 1 M dengan syarat gue bawa Fasya pergi dan ayahnya langsung setuju tanpa pikir panjang dan mengeluarkan semua barangnya." Jelas raga, penjelasan raga membuat Dio mengangah apakah Masi ad orang tua seperti itu di dunia ini.

"Dia tau loh dokter?." Tanya Dio.

"Gk, di gk kenal gue."

"Terus Lo mau apain tuh anak, gk mungkin loh mau nyembunyi dia terus di sini apalagi kalau warga di sini tau kalian gk ad hubungan tapi serumah." Ucap Dio ada benarnya namun, raga dan Fasya tak serumah raga akan pulang jelang malam.

"Gue gk nginep di sini." Ucap raga.

"Jadi, sekarang apa?." Tanya Dio, ini harus memiliki solusi.

"Gue akan homeschooling dia sampe lulus gue udah cari tau dia ternyata Masi SMA dan bulan depan akan ujian akhir." Ucap raga, yah kemarin malam ia sudah mencari tau semua tentang Fasya dari sekolah asal usul semuanya kemarin ia juga sempat meminta bertemu dengan bibi yg bekerja di rumah Aditama.

"Gue sih ok aja tapi keluarga loh gimana kalau mereka tau, atau loh angkat aja jadi anak Lo?!." Pikir Dio membuat raga ingin sekali memutilasi temannya itu.

"Gila!! Umur gini gue punya anak." Raga juga tak bisa mengadopsinya ayolah ayah umur 25 thn dan anak umur 18 tahun.

"Iya-iya maaf, terserah lu aja deh gue balik dulu."

"Jangan kasi tau siapapun." Ucap raga dan Dio mengangguk.

.....

Raga masuk dan melihat Fasya sedang duduk di sofa dengan ponselnya yg ia genggam dari tadi dengan cemas.

"Kenapa?." Tanya raga.

"Nnngk apa-apa." Jawab Fasya kaget.

"Ayo."

"Kemana?."

"Belanja, kayaknya sya gk bisa datang tiap hari, jadi kamu beli stok makanan saja." Ucap raga, ini juga untuk mengantisipasi agar orang di kompleks ini tidak curiga.

"Iya pak." Fasya naik untuk mengambil tasnya.

......

Dalam perjalanan ke mall ponsel Fasya terus berdering membuat Fasya was-was, tadi di rumah Fasya mengangkat nomor yg tak di kenal itu dan ternyata itu Andre, dia Masi mengincar Fasya dan menerornya.

"Siapa? Gk di angkat?." Tanya raga mulai curiga.

"Itu gk tau." Ucapan Fasya membuat raga yakin ad yg tidak beres, saat ponsel Fasya berdering raga langsung berhenti di pinggir jalan dan mengambilnya lalu mengangkat telepon.

"Pak..."

"Diam!." Suara raga kembali berat dengan surah dinginnya.

"Hei, sayang di mana kamu?. Gue akan balas dendam dan gue akan ambil hak gue waktu itu!." Andre yg berbicara, ia pikir itu Fasya. Raga yg mendengarnya seketika naik pitam karna perkataan menjijikkan laki-laki itu.

"Jangan hubungin dia lagi!." Ucap raga dengan nada mengintimidasi.

"Oh, jadi jalang itu masih bersamamu, hhhh berapa bayarannya hingga dia betah. Gimana rasanya?."Andre tertawa aneh.

"Ck, jangan pernah muncul di hadapannya, dia bukan gadis seperti yg kau bilang! Dan yah jika kau menganggu istriku lagi kamu akan tau akibatnya!." Raga benar-benar marah di buatnya ia langsung menutup ponsel Fasya dan membuka kaca mobil lalu melempar ponsel itu di jalan hingga mobil truk melindasnya.

Fasya terlihat shock dan soal tadi perkataan raga ' istriku' apa kenapa?.

"Kita beli ponsel baru!." Ucap raga lalu kembali menyetir dengan kecepatan tinggi.

Gara-gara laki-laki itu mood raga sepertinya sedang buruk, dari tadi mereka belanja ia hanya mengatakan' beli yg kamu butuhkan!.' dengan nada di tekan membuat Fasya merasa was-was saja.




Haloo semua emm mungkin part 10 aku akan kasi visual pemeringnya ok jadi stay terus yahhh!!!


Doctors RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang