chapter 16

3.8K 84 0
                                        

Di kediaman wardana riya sedang makan sarapannya dengan tenang hendra sudah lebih dulu ke kantor karna ada meeting sekarang tinggal lilyana dan Riya.

"Riya tumben kamu gk pernah pergi lagi ke apart kakak mu?." Tanya lily.

"Ma riya itu gk ke apart kakak, riya ke rumah kakak yg ad di komplek sana di sana kakak punya temen cewe ma cantik banget, baik, dan masakannya enak." Ucap riya, setelah tersadar ia menatap lily dengan raut khawatir.

Aduh mati riya pasti mama marah tapi kalau kak raga tau pasti rahasia riya. Batin riya.

"Makan cepat, terus antar mama kesana." Lily di buat was-was dengan pernyataan putrinya itu, berani-beraninya raga bermain dengan perempuan tanpa memberitahu nya.

Setelah bersiap riya masuk ke mobil dengan pasrah sudahlah ini salahnya kenapa dia asal ceplos aja.

"Di rumah itu pak." Pinta lily, mereka turun dan berdiri di depan pintu.

"Ma kayaknya kk gk ad deh."

"Cepat buka pintunya itu ad mobil kakakmu terparkir pasti dia ad di dalam."

"Riya gk punya kuncinya." Bohong riya.

"Jangan bohong, mama pernah dengar dio bilang kamu punya kunci rumah kakak mu cepat buka." Raut wajah lily tak bisa di baca.

"Iya." Pasrah riya mengambil kuncinya dan membukanya lily ikut masuk.

Lihatlah bahkan pakainya milik raga berserakan di sofa, bahkan pria itu tak pernah berubah selalu tidak tau menempatkan barang ke tempatnya.

"Kamu duduk di sini, mama ke atas dulu." Lily menaiki undakan tangga yg mengarah langsung ke kamar .

Mata lily membelak lihatlah anaknya yg sudah berumur 26 tahun itu tertidur pulas di ceruk leher gadis, secepat itukah anak laki-lakinya tumbuh dewasa rasanya lily tak bisa percaya.

"Raga bangun." Lili menepuk bahu raga pelan, raga yg terusik pun bangun.

"Ma..?"

"Mama tunggu di bawa, jelaskan semua ini!." Lily turun meninggalkan raga yg kaget akan kehadirannya.

Merenggangkan otot nya raga menoleh pada gadis yg tertidur itu, ia meraba dahinya syukurlah fasya sudah tidak demam lagi. Raga mencium kening fasya dan menyelemutinya lalu turun.

Dilihatnya lily duduk tanpa ekspresi raga masi santai dan duduk di hadapan lily.

"Mama kesini sama siapa?." Tanya raga.

"Riya, oh jadi kalau riya tidak membuka mulut kamu akan terus menyembunyikan gadis itu?." Ucap lily mengintrogasi, riya tadi sudah berangkat les bersama supirnya.

"Gk gitu ma." Salahnya jg sih merahasiakan semua ini.

"Sudah kamu apakan gadis malang itu sampai matanya sembab pasti kamu memaksanya kan?." Todong lily, ia tadi sempat melihat wajah gadis itu dan matanya sembab.

"Gk lebih mah percaya sama raga." Yah raga memang tidak memaksanya kan cuman fasya tertidur.

"Gk lebih apa anak itu sampai nangis!." Lily tak habis pikir dengan raga.

"Raga cuma megang aja gk lebih, dan kemarin fasya sakit." Jujur raga toh ini benar adanya.

"Oh jadi gadis itu sakit dan kamu manfaatkan?." Lily bertanya lagi dengan pertanyaan pedas membuat raga pusing.

"Apa kamu gk kasihan sama orang tuanya hah!." Terlihat jelas lily marah.

"Mah orangtuanya............" Raga menceritakan semua tentang gadis itu bagaimana bisa bersama raga l, lily si buat bungkam dan air matnya jatuh mendengar penderitaan gadis itu.

"Astaga bagaimana bisa keluarga sekejam itu, berapa umurnya?." Lily melemah dan tampak taut khawatir di sana.

"18." Ucap raga.

"Astaga kamu ini, anak-anak saja kamu cabuli raga!." Lily benar-benar tak habis pikir, gadis 18 tahun bersama pria 26 tahun sangat jauh umur mereka.

"Dia udah gede ma." Ucap raga enteng.

"Lihatlah sejak kapan kamu menjadi mesum begini!." Setiap kata yg di keluarkan raga seakan semua salah di mata lily.

"Raga mesumnya cuman ke dia." Dengan tampang tak berdosanya.

"Dan iya fasya mengidap penyakit yg sma persis dengan bunda." Lanjut raga membuat lily seakan melemas, kenapa takdir sekejam ini bahkan baru kali ini lagi raga bisa terlihat bahagia namun semuanya pupus dengan penyakit yg sama apakah raga harus merasakan luka ini terus.

"Bagaimana bisa?, Lakukan sesuatu raga selamatkan dia." Lily tak kuasa menahan tangisnya, bayangan sahabatnya yg tertidur di rumah sakit menahan segalah sakit itu memenuhi pikirannya.

"Tenang ma nanti dia bangun, raga akan melakukan yg terbaik tapi raga mohon ma jangan beritahu dia kalau aku Mahesa karna dia gk tau aku dokternya." Ucap raga.

"Kenapa?" Tanya lily pelan.

"Raga gk mau dia pergi ma." Ucap raga lirih, yah jika fasya sampai tau jika dokter di rumah sakit yg sering memeriksanya adalah orang yg sama, yg selalu bersama dengannya. Fasya pasti sulit menerima kebohongan besar ini. Raga akan mencari waktu yg pas untuk memberitahu dan menjelaskan semuanya pada fasya.

"Baiklah, bangunkan dia mama akan masak sarapan dia pasti tidak makan semalam. Lily beranjak ke dapur yg lengkap itu, raga pun naik kemabli ke kamar ia bisa melihat fasya tertidur membelakangi nya.

Saat membalikkan tubuh fasya raga di buat terpesona dengan bibir fasya yg sedikit terbuka, melihat kesempatan raga pun mendekatkan bibirnya dan melumat lembut bibir itu mengigit kecil namun sang empu tak terganggu sama sekali.

Puas dengan itu semua raga mencium kening fasya lalu menepuk wajah fasya pelan.

"Fasya?"

"Fa bangun."

"Enghh.." leguh fasya membuat raga tersenyum.

"Eh kak raga, maaf fasya ketiduran yah fasya gk tau kapan kakak datang." Ucap fasya bangun dan duduk.

Dia tidak ingat batin raga.

"Em yasudah bangun say tunggu di bawah mama ad di bawa." Raga langsung turun , fasya mencerna semua ucapan raga lalu terbelak.

"Astaga mamanya kak raga disini, bahkan aku yg numpang masi tidur aduh gimana ini." Panik fasya, lalu ia merapikan rambutnya lalu menarik nafas dan bersiap untuk ke bawah.

Saat sampai di depan dapur fasya kikuk tak tau harus apa , raga duduk membelakanginya dan seorang wanita yg berkutat di dapur.

"Cantik udah bangun gimana masi pusing?, Ayo duduk sini." Lamunan fasya pecah saat mendengar suara lembut dari wanita itu.

Raga menoleh dan langsung tatapannya mengarah pada dada fasya yg terlihat jelas di sana karna kemarin raga melepas branya, lily yg melihat itu geleng-geleng pantas saja raga yg notabenya 26 tahun mengatakan bahwa gadis 18 tahun itu sudah besar liat saja gadis dengan tubuh yg berisi itu dan sangat polos bisa-bisanya tertipu oleh buaya seperti raga.

"Raga!." Panggil lily menatap raga garang.

"Mumpung gratis ma." Ucap raga enteng lalu melanjutkan makannya ia membiarkan lily dengan fasya.



°°°°°°
Halooo semuaaa

Gimana suka gk? Jangan lupa vote yah dan come. Biar author semangat hehehe

Lagi sibuk mikirin pengumuman SNBT author nya, hiksss siapa yg sama nih?

Doctors RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang