Selama seminggu Fasya tidak kesepian karna adanya Riya, Riya yang cerewet selalu membuat Fasya melupakan kesedihannya untuk sementara waktu. Pelajarannya pun berjalan baik. Tapi hari ini ia dan Riya harus berpisah karna Riya akan sekolah besok ia hanya libur 1 Minggu karna siswa kelas 9 sedang ujian praktik.
"Riya sedih harus pisah sama kakak." Ucap Riya memeluk Fasya dengan erat rasanya dirinya enggan meninggalkan Fasya.
"Gpp lain kali kamu ke sini kita main lagi." Ucap Fasya dan Riya mengangguk.
"Hilya cepet Napa kakak mau ke kantor nih!." Panggil Dio yg ad di depan.
"Ihh nama ku Riya!." Sudah sedih eh Dio malah membuatnya kesal lagi dengan memanggil namanya dengan salah.
"hhh jangan cemberut dong nanti jadi,gk cantik." goda Fasya membuat Riya kembali ceria.
"Ya sudah kak, Riya pamit dadahhhhh!!." Riya pun prgi bersama Dio, Fasya kembali masuk dan beberes rumah.
Saat sedang menyapu ponselnya tiba-tiba terdengar notifikasi, Fasya pun begerak dan melihatnya sebuah pesan dari nomor yg tak di ketahui.
+62********
Gimana kabar kamu sayang? Gue rindu gue pengen perjajian ayah kamu impas! Kamu tidak akan lepas!!!Ponsel Fasya langsung terjatuh nyaring di lantai, Fasya terduduk sambil mulai terisak. Ia takut ternyata pria yg hampir menjadi suaminya Masi mengejarnya untuk balas dendam, ia tak mau bertemu lagi dengan pria brengsek itu.
Setelah merasa dirinya tenang ia kembali mengambil ponselnya dan segera menghapus pesan itu lalu melanjutkan pekerjaannya yg sempat tertunda tadi, tpi pikiran negatif selalu saja menghantui Fasya.
Malam ini raga ahirnya pulang dari new York, ia menaiki taksi ke kantornya untuk mengambil mobilnya namun ia bertemu dengan Dio yg sepertinya lembur ia sedikit bersalah pada temannya itu tpi mau bagaimana lagi di sisi lain ia juga seorang dokter meski saat ini ia sangat lelah bahkan sangat lelah raga tetap harus membantu Dio untuk menyelesaikan pekerjaan kantor meski sedikit saja.
"Woi? Lembur?." Raga masuk ke dalam ruangan Dio, Dio mengalihkan antensinya ke arah sumber suara.
"Eh loh udah balik? Kpn?, Kok gk nelfon biar gue jemput." Ucap Dio, lelah jelas terlihat di wajah Dio.
"Tadi jam 10 malam gue tiba Terus ke sini mau ngambil mobil." Ucap raga ia duduk di kursi hadapan Dio yg sibuk dengan beberapa berkas.
"Terus ngapain Masi di sini sana loh balik pasti cape."
"Gue gk cape amat sih, kok bisa lembur?."
"Ini ad klien yg ngebet jdi gue kudu siapin proposal nya dan desain." Ucap Dio gusar.
"Proposalnya udh?."
"Tinggal dikit sih."
"Ok kirim ke gue yg udah jadi dulu, biar gue yg desain." Ucap raga hendak beranjak prgi.
"Yoi,Mau ke mana loh?." Syukurlah setidaknya Dio bisa fokus ke proposal dulu.
"Ruang desain loh nyusul entar" soal Desain raga ahlinya dia bahkan sangat mahir.
Waktu berlalu hingga jam 1.12 dini hari,raga sand ini ahirnya menyelesaikannya dengan cepat, kini mereka sedang minum bersama sudah jarang mereka minum bersama karna kesibukan masing-masing.
"Tumben loh bawa wiski?." Dio bertanya karna biasanya dialah yg selalu membawa minuman. Jika kalian pikir raga yg notabenya seorang dokter tidak minum maka kalian salah besar karna raga juga suka minum + dia juga merokok.
"Dri temen di New York." Raga meneguk segelas wiskinya nikmat.
"Gue balik dulu,Lo juga." Raga berdiri, ia harus kembali sebelum dirinya benar-benar mabuk.
"Yoi!, Hati-hati." Dio memilih menikmati wiskinya dulu.
Raga sedikit pusing karna efek minuman namun ia tetap bisa stabil menjalankan mobilnya membelah jalan raya yg sepi karna sudah larut. Raga sekarang sudah mabuk tpi ia bisa mengontrol tubuhnya hingga sampai di tempat tujuannya.
Entah kenapa raga kesini rumahnya yg di tinggali Fasya, terlihat jelas lampu yg sudah mati berarti Fasya sedang tertidur.
Setelah mengunci pagar raga berjalan menuju pintu dan membukanya dengan kunci, bisa di bilang raga sudah mabuk. Pria dengan Baju kaos abu-abu di padukan dengan celana pendek hitam selutut itu masuk kedalam tak lupa mengunci pintu lalu ia berjalan gontai menuju lantai dua, di sana raga bisa melihat gadis mungil yg tidur memunggunginya lalu raga tersenyum.
"Gadis mungil." Racaunya lalu ia membuka sepatu dan kaos kakinya tak lupa ia menyimpan ponselnya di naskas. Raga tidak sadar apa yg ia lakukan saat ini karna dirinya sudah mabuk terlebih lagi dirinya sangat lelah.
Raga merebahkan tubuhnya di samping Fasya lalu menatap sendu punggung kecil itu, entah suruhan dari mana raga menarik pinggang kecil Fasya mendekat padanya, Fasya menggeliat dan berbalik tpi Masi dalam keadaan tidur ia sama sekali tak terganggu dengan tangan kekar raga yg bertengger di pinggangnya merasa nyaman raga menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Fasya yg selama tak terganggu dengan raga yg terus mengendus aroma vanilla gadis itu rasanya sangat candu.
Raga terus saja mencari tempat ternyaman untuk tidur, setelah merasa sudah puas dengan aroma yg sangat candu baginya itu raga ahirnya tertidur di ceruk leher Fasya dengan tangan memeluk pinggang Fasya posesif. Fasya yg di peluk pun tak terganggu Sakin nyenyak nya tidur.
......
Keesokan paginya Fasya terbangun dan merasa ada yg berat di perutnya, perlahan ia membuka kelopak matanya dan menyesuaikan cahaya yg masuk lalu ia tersadar ad deruh nafas yg terasa di belakang lehernya, ia berbalik dan ia dikagetkan dengan wajah seorang pria tampan yg tak lain adalah raga ia menutup mulutnya tiba-tiba detak jantungnya memacu duakali lipat dari biasanya.
Sejak kapan raga ad di sini kenapa Fasya tak merasakan ke hadirannya dan kenapa juga raga memeluknya sambil tertidur. Fasya merasa tak enak dengan posisi ini ia mencoba melepas tahan raga dari perutnya tapi....
"Diam!." Suara khas berat raga kini terdengar kembali selama seminggu Fasya tak mendengarnya, Fasya sontak membeku.
"Kak?." Cicit Fasya, jujur ia tak enak.
"Hmm." Pria jakun itu enggan melepas pelukannya malahan ia makin erat memeluk pinggang kecil Fasya tanpa ad niatan untuk bangun.
"Kak bangun ini udah pagi." Ucap Fasya gugup, ia sungguh bingung dengan keadaan pagi ini.
"Saya cape."
Fasya pun bergerak untuk menjauh dari raga namun raga malah menariknya dalam dekapannya raga menenggelamkan wajahnya di bawa dagu Fasya mencari kenyamanan.
"Biarin gini dulu." Ucap raga, kali ini raga benar-benar lelah dan membutuhkan istirahat soal dirinya saat ini entahlah rasanya sangat nyaman seperti dirinya meluapkan kerinduan akan sesuatu.
Fasya hanya terdiam kaku menerima semua pergerakan raga lelaki jakun yg terus saja mencari kenyamanan di lehernya, rasanya sedikit aneh tapi mau bagaimana lagi Fasya juga tak bisa apa-apa, mungkin raga tidak sadar saking lelahnya tpi Fasya dapat mencium bau alkohol yg jelas di Indra penciumannya, Kak raga minum?.
Raga bikin kaget aja tiba-tiba datang langsung tidur di kamar Fasya, tapi bisa di maklumi lah karna malam nya dia minum tapi pagi tadi sudah jelas dirinya sudah sadar eh Masi saja tak mau melepas Fasya, bikin Fasya jadi,membeku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors Rules
Fiksi PenggemarMahesa raga Wardana, di kenal dengan dokter Mahesa namun nama panggilannya adalah raga, berusia 25 tahun. "Pasien 12 atas nama Fasya Aditama!." panggil uni perawat yang bertugas membantu Raga. "Saya suster." Gadis cantik dengan rambut panjang terlih...