chapter 14

3.9K 74 0
                                        

selama 5 menit tak ad pergerakan selain perut raga dan perut fasya naik turun karna bernafas, fasya membuka matanya dan ia langsung melihat raga yg dengan menutup mata fasya akui raga adalah sosok yg sempurna wajah tampan dan tubuh yang bagus selama 1 menit menikmati pahatan wajah raga fasya di buat kaget karna bola mata coklat muda itu terbuka dan mengunci bola mata hitam pekat fasya.

"Ternyata kamu berat juga yah." Ucap raga memecah keheningan membuat fasya langsung bagun Namun pinggangnya di tahan oleh raga jadilah fasya duduk di perut raga seperti menunggangi kuda.

Seakan terhipnotis suara fasya bahkan tak bisa keluar ia terus menatap raga yang jg menatapnya.

"Akhhh." Pekik raga saat fasya tiba-tiba mengambil bra yg ad di samping bantal kala raga melihat kesana.

"Mmaaf kak apa sakit?." Tanya fasya panik saat mendengarkan pekikan raga, bukannya apa posisi fasya saat ini sedang duduk di atas perut raga .

"Ngk apa-apa." Bohong raga jelas mukanya menahan sesuatu.

"Dari mana?." Raga menormalkan mimik mukanya, dan tangan kirinya masi memegang pinggang fasya agar tak turun dari perutnya.

"Em it...itu fasya dari belakang tadi ad anak kucing." Bohong fasya, bisa gawat jika raga tau soal penyakitnya ia takut merepotkan sudah cukup dirinya merepotkan raga.

"Dengan keadaan begitu?."tanya raga dengan tatapan mengarah pada dada fasya yg sedikit memperlihatkan benda kenyal itu bahkan putingnya tercetak jelas di sana.

"Ah, ngk!." Fasya langsung menyilangkan tangannya di depan dada bagaimana bisa dirinya lupa kalau tidak memakai bra bukannya terhindar dari malu malahan sekarang malunya 2 kali lipat.

"Gpp." Ucap raga sedikit terkekeh melihat tingkah menggemaskan fasya.

"Enak banget kayaknya duduk di atas sy." Sindir raga.

"Eh ngk kak , tanga.." fasya sudah malu eh lebih malu lagi lihatlah dirinya hampir saja mengaku jika, tangan raga menahan pinggangnya padahal tangan raga sudah tak berada di sana sejak kapan pindahnya, batin fasya.

"Maaf." Fasya langsung berlari turun, pasti mukanya sudah seperti kepiting rebus. Tolong sembunyikan fasya.

°°°°°°°

Jam 8 malam raga akhirnya terbangun sejak tadi ia mengusili fasya ia melanjutkan tidurnya dan sampai malam tiba. Merenggangkan ototnya ia memijat pangkal hidungnya ia selalu tertidur nyenyak di rumah ini entahlah.

Saat menuruni tangga raga bisa melihat fasya sedang di dapur ia pun menghampiri nya.

"Masak apa?." Tanya raga tiba-tiba.

"Eh .... Kak raga udah bangun, itu em ini fasya masak makan malam katanya Riya sama kak dio mau datang." Jawab fasya.

Tin....

"Itu mereka datang."

"Biar sy yang buka." Raga ke depan pintu dan membukanya riya langsung masuk tanpa peduli dengan raga. Riya memeluk fasya dengan erat raga melihatnya hanya geleng-geleng kemudian dari pintu dio datang dengan pakaian santai.

"Kakak gak pake bra?." Tanya riya polos membuat antensi raga melihat ke arah dio yg sudah hendak berbalik ke arah Fasya, mata buaya.

"Ck mata loh mau gue colok!" Kesal raga langsung mendorong keluar dio, dio hanya terkekeh geli .

"Tunggu di luar."

Raga mengikuti langkah fasya ke ruang ganti yg di halangi tirai kotak-kotak berwarna coklat muda, raga tanpa permisi masuk membuat fasya yg sedang memasang pengait bra di perutnya mematung dan tak berani berbalik karna sekarang ia telanjang dada.

"Gak usah make bra, hoodienya aja." Raga membuka pengait bra fasya dan menyimpannya di meja rias, fasya menegang di tempatnya ia tak tau harus apa.

"Tta..."

"Gk usah bantah!." Tekan raga lalu mbuka lemari dan mengambil kaos berwarna hitam miliknya di laci atas yg memang di siapkan dirinya untuk di rumah ini.

"Ngapain masi gk pake baju?, Mau sy bantu?." Ucap raga terleat santai namun tidak dengan fasya yg menyilang kan tangnnya di depan dada.

"Kak raga keluar dulu." Ucap fasya sekuat tenaga rasanya kakinya seperti jeli, oh ayolah.

Ck di sembunyi segala gue udah pernah liat jg bahkan megang, batin raga keluar.

Saat raga keluar fasya bisa bernafas legah dan memakai hoodienya, dan kembali ke dapur di sana riya sibuk memotong sayuran.

Sedangkan di luar dio dan raga sedang menghisab batang nikotin itu dan mengepulkan asapnya.

"Heh pedofil!, Lo habis grepek-grepek anak orang lu yah?." Tuduh dio memicingkan mata mesum pada Raga.

"Ck otak loh selangkangan mulu sih, ngwur loh!." Kecam raga yg menatap rerumputan di depan rumah itu.

"Terus kenapa loh gk make baju dan tadi Fasya gk make bra?."

"Tadi di kerumah sakit....."

"Omg, jadi dia tau loh itu dokter Mahesa?."

"Ck berisik diem loh, blm jg gue sambung udah di potong!." Kesal raga ingin sekali ia melempar dio tpi untung dia masi punya hati.

"Hehe lanjuta gih." Dio dengan senyum tak bersalah.

"Dia ke rumah sakit tadi dan hans yg ganti shif gue sekala ke Australia pas dia nelfon gue, tiba-tiba perawat bicara kalau ada pasien atas nama Fasya Aditama dan sialnya di hans anj itu putus sambungannya gue langsung ke rumah sakit. Pas hans mau masuk gue dateng untung aja blm masuk dia coba aja di masuk babak belur mukanya!." Raga geram sendiri jika mengingat hans yg hendak memeriksa fasya.

"Terus gimana?."

"Gue periksa dan ternyata payudaranya makin membesar benjolan nya juga keliatan jelas."

"Besar kek gini?." Dio memeragakan kedua tangannya yg sedang memegang benda berbentuk bulat.

"Ck mati loh!." Sudah hilang kesabaran raga di menendang adik dio hingga sang empu memekik.

"Ass, gila lu sakit nih. Masa depan gue hampir aja lenyap." Kesal dio.

"Makanya otak di pake baik-baik."

"Trus gimana?."

"Tunggu hasil Rontgen nya dulu baru gue bisa simpulin."

"Gue pernah sekali dpat teror depan itu di sana ad foto fasya dan pria bernama andre dan alamat, untungnya gue dapet pengiriman dan dia ngaku kalau dia suruhan Andre tapi di gk tau andre di mana jadi gue masukin penjara." Jelas dio, yah hal ini memang harus ia katakan pada raga.

"Sialan!, Gk ada kapoknya tu orang. Pantau terus pergerakan nya." Raga mengetatkan mukanya karna marah.

"Yoi, tapi saran gue lo harus cepet ngasi tau ke dia kalau lo Mahesa."

"Nanti."

Setelah menghabiskan rokoknya mereka masuk dan sudah banyak makanan tertata di sana.

"Kak ayo makan." Panggil fasya mereka berempat makan dengan lahab terutama dio yg seperti tak pernah makan sebulan.

"Fa bsk guru lo gk akan masuk lagi . Sekarang tinggal tunggu kelulusan aja." Ucap dio setelah mereka duduk di sofa sambil menonton pilihan Riya, Barbie.

°°°°°°

Halo, up terus gk nih mumpung aku gk ad kerjaan hehe

Jangan lupa vite and komen yah
Dan makasih yang udah mau nunggu ceita aku hampir 6 bulan bahkan hampir setaun aku hk up....

Terharu bgt pas liat bnyk dm dan comen minta up cerita ini

Doctors RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang