Seminggu setelah kejadian jalan jalan yg kurang memuaskan seorang (name), wanita itu kini jarang meminta apapun untuk dirinya sendiri. Ia lebih pilih bermain dengan Aina, ia sadar tingkah kekanak kanakannya membuat Chuuya tertekan.
"Hish tetap saja bosan, 7 hari ak diam di rumah." Tetap saja sifat wanita itu tdk berubah. Ia menatap langit biru dan teringat masa masa sekolah saat ia bebas meski menderita. "Seandainya ak kuliah." Gumam (name).
Pikiran (name) mulai melayang ke masa lalu, ia ingat bahwa alasannya menikah karena permohonan orang tuanya. Ia juga ingat untuk membalas budi apa yg Chuuya lakukan selama ini karena ia sudah janji.
"Apa kau mencintaiku?" (Name) ingat pertanyaan itu yg ia jawab dengan pikiran ke mana mana, saat itu ia hanya mengangguk dan pada akhirnya membawa statusnya yg diketahui saat ini.
"Ah sudah lah!" Tepis (name). Wanita itu melirik ke arah Aina yg sudah mengecap tanda bahwa ia menginginkan susu. "Kemarilah." Dengan penuh kelembutan seorang ibu, (name) memangku tubuh putrinya dan langsung memberikan ASI padanya.
"Ish kenapa ak tdk kepikiran ya!" (Name) ingat bahwa selagi Chuuya pergi ia bisa keluar mengajak Aina jalan jalan. (Istri durhaka :v)
🌟🌟🌟
Dewi keberuntungan sedang berpihak pada (name), cuaca siang ini tdk terlalu terik karena mendung menyelimuti Yokohama. Jadi wanita itu bisa jalan jalan sembari mengajak putri kecilnya Aina.
"Hehe.... Keadaan aman ne Aina Chan, kita akan bersenang senang." Ucap (name) sembari mengunci pintu rumah.
(Name) saat ini berdandan layaknya wanita berumur 19 th, ia hanya memakai gaun separas lutut dengan warna biru pastel, ia mengikat rambutnya layaknya ekor kuda lalu menampilkan poni menutupi dahinya dan memakai kaca mata.
"Yosh Aina Chan hari ini kita akan bersenang senang!" Seru Nyonya Nakahara.
Tempat pertama yg dituju (name) adalah toko penjual alat kecantikan wanita, banyak hal yg diliriknya termasuk skincare. Wanita itu tak kalah cantik dari para mahasiswi yg kebetulan berkunjung di sana dan kehadiran Aina menarik perhatian para anak muda yg berbelanja kosmetik akibat keimutan si kecil Aina bermata biru safir itu.
Tempat selanjutnya yg di tuju (name) adalah toko buku, ia sanggat ingin membeli beberapa novel untuk dibaca. (Name) sanggat gemar membaca ia juga gemar menulis dan bercita cita menjadi novelis.
"Novelis apanya, kau sudah beranak." Gerutu (name) sembari mencari buku yg menurutnya bagus.
"Astagaa tinggi sekali!" (Name) berusaha meraih buku yg menarik akibat sampulnya berwarna biru pastel, namun karena posisi buku terlalu tinggi ia jadi kerepotan. "Cih seandainya tdk bawa Aina ak sudah melompat dari tadi." Batin (name).
Wanita itu masih berusaha meraih buku dengan berjinjit, sedikit lagi ia akan mendapatkannya namun kakinya sudah menyerah untuk mendukungnya. Tubuhnya terhuyung kebelakang namun tak pernah sampai menyentuh permukaan tanah. Ia merasa seperti ada yg menopang tubuhnya dari belakang.
"Chuuya?" Pikir (name).
(Name) melihat ke atas, melihat siapa yg menopang tubuhnya, iris (E/C) (name) bertemu dengan iris hazel milik seorang pria jangkung yg masih berdiri menopang tubuhnya dari belakang.
"Nyonya?"
Suara dan senyum pria itu begitu menyita perhatian (name), bahkan mereka masih bersitatap dalam keheningan sebelum suara rengekan Aina membuyarkan konsentrasi batin kedua orang dewasa itu.
"Terima kasih, kau sudah menolong ku." Ucap (name) gugup, lagi lagi senyum pria itu membuat (name) terpana.
"Ah lihat si kecil ini, mm siapa nama mu nak ?" Tanya pria beriris hazel yg baru saja menolong (name).
"Namanya Aina." Jawab (name) sembari menatap bocah kecil yg langsung meringkuk di dada (name).
Pria itu ikut terkikik saat melihat tingkah Aina."Ano, bisa kah kau menolong ku ? Ada buku bersampul biru pastel ak ingin mengambilnya tp tdk sampai." Tunjuk (name) dan dengan mudahnya pria itu bisa mengambilnya.
"Sekali lagi terima kasih tu-"
"Um Dazai Osamu." Timpal Dazai.
"Iya terma kasih Dazai San." Ulang (name).
🌟🌟🌟
"Heee? Jadi kau istri si cebol itu ?"
Kedua orang yg baru saja bertemu itu kini berada di sebuah cafe di sebelah toko buku, mereka memutuskan untuk mengobrol sembari menunggu hujan reda.
"Dazai San tau soal Chuuya ?" Tanya (name).
"Hahh ak sanggat mengenalnya dari ujung kaki sampai ujung topinya." Jawab Dazai.
Keduanya mengobrol santai sambil minum teh dan sesekali mengajak Aina bicara. Mereka sampai lupa wkt padahal hujan sudah reda dan sore sudah datang.
"Lah sudah sore." Gumam (name). "Gawat Chuuya akan marah jika ak tdk di rumah." Batin (name) "lebih lebih ak membawa Aina." Lanjut (name).
"A-aano Dazai San, ak harus segera pulang nanti Chuuya akan marah karena ak tdk ada di rumah apalagi ak membawa Aina." Dengan terburu buru (name) pergi meninggalkan Dazai yg masih duduk di kursinya.
"Kawai Ojou Chan...."
🌟🌟🌟
Benar saja, baru 2 kaki dari pintu (name) sudah di sambut wajah kesal Chuuya. Pria itu sudah berdiri sambil merokok di depan pintu.
"He...he....hee.... Anata..." Ucap (name) gugup.
"He...he..he... apannya ?! DARI MANA SAJA KAU (FULL NAME)?!" Marah Chuuya.
"Ja-"
Benar hari yg sial, Chuuya langsung menarik mu masuk ke dalam mengambil Aina dari gendongan mu dan meninggalkan mu di ruang tamu.
"JGN BERGERAK KE MANA PUN, AWAS SAJA KALAU KAU BERGERAK DARI SANA!" Ancam Chuuya.
"Hufftt dia benar benar marah." Batin (name).
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret | Chuuya X Reader
FanficKetika ketulusan cinta yg di sia siakan. Cerita ini berkisah tentang Chuuya yg cintanya di sia siakan oleh istrinya sendiri karena kehadiran orang lain dalam hidup istrinya. "Mana bisa ak membencimu?" ⚠️Mengandung bawang & 18+⚠️ Start: 04/07...