Nyaris Saja

5.3K 255 12
                                    

Ditunggu vote dan komentarnya, ya. 🥰🥰 Oh, ya, sekalian Rindu mau ngasih kabar. Tanggal 15 Rindu akan menyusul Viola menjadi seorang istri. 🤭🤭

Nuri dan teman-temannya masuk ke dalam ruang rawat Viola. Dari sepuluh orang yang datang, ada Yogi yang ikut serta untuk menjenguk Viola di rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan gadis pujaan hatinya, yang dikabarkan masuk rumah sakit.

Ingat Viola tidak memiliki satupun keluarga di kota ini, semakin membuat Yogi khawatir saja.

Berbeda dengan Nuri dan Yuna. Mereka berdua datang hanya untuk mengambil simpati Viola saja. Agar gadis itu menceritakan kebaikannya kepada Alex, saat pria itu kembali ke kampus nanti.. Meski di dalam hati mereka mengutuk Viola, tapi tetap saja senyuman harus terukir di bibir agar tidak ada yang curiga kepalsuan mereka.

"Sepertinya Viola sedang tidur," bisik Nuri pelan.

Teman yang lainnya mengangguk.

"Kita bangunin apa tunggu dia bangun sendiri?" celetuk Yuna.

"Jangan! Biarkan dia istirahat." sela Yogi.

"Ya, sudah. Kalau begitu kita tunggu dia bangun sendiri!" keluh Nuri. Gadis itu menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang ada di depan pintu masuk. Diikuti oleh teman-teman mereka yang lain. Dalam hati ia benar-benar malas jika terlalu lama berada disini.

Saat yang lainnya memilih untuk duduk di sofa, berbanding terbalik dengan Yogi. Ia duduk diatas kursi yang ada di samping ranjang Viola. Setelah meletakkan buah yang ia bawa, Yogi duduk dan memandangi wajah pucat Viola. Gadis itu terlihat sangat damai dalam tidurnya.

Sedangkan Alex yang mengintip dari kamar mandi mengepalkan tangannya kuat. Hatinya terasa panas saat melihat seorang mahasiswa, yang menggantikan posisi duduknya. Ia semakin cemburu saat melihat Yogi yang mencuri-curi kesempatan untuk mengusap punggung tangan istrinya.

"Ini si Viola nggak ada yang jaga?" celetuk Diko, salah satu dari mereka, memecah keheningan di dalam ruangan tersebut. Karena teman-temannya yang lain sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Mungkin sedang keluar." Nuri menjawab asal.

Diko menganggukkan kepalanya, "Gi, itu tangan kok udah disitu aja?" ucapnya mengundang yang lainnya untuk melihat ke tangan Yogi yang sedang menggenggam tangan Viola.

"Kakak jangan bikin malu, deh!" sergah Yuna. Tidak suka melihat Yogi bersentuhan dengan Viola.

Yogi segera menarik tangannya. "Aku tidak sedang menggenggamnya, tetapi aku sedang membangunkan dia."

"Alah bohong!" ucap Yuna lagi. Gadis itu langsung mendekati Yogi dan menarik lengannya. "Aku tidak suka Kakak dekat-dekat dengan dia. Cukup Nuri saja." Membawa Yogi duduk di atas sofa bersama yang lainnya.

Mendengar suara ribut, membuat Viola terusik dari tidurnya. Gadis itu mengerjap beberapa kali untuk menormalkan pandangannya yang buram.

"Nuri?" Viola mencoba duduk.

"Vio, sudah bangun? Maafkan kami yang datang-datang malah ribut." Nuri mendekat. "Aku bantu, ya." Memeluk bahu Viola dan membantu gadis itu duduk.

"Tidak apa, Nur. Terimakasih, ya sudah menyempatkan untuk datang. Untuk yang lainya juga." Ucap Viola lembut.

"Aku sebenarnya malas, Vio. Namun, Nuri memaksaku datang kesini untuk menjengukmu." Yuna yang mulai jenuh dengan akting Nuri, mulai menunjukkan sikap aslinya.

"Yuna!" Nuri menatap Yuna dengan tatapan tajam. "Jangan hiraukan ucapan Yuna, ya, Vio. Aku juga minta maaf, gara-gara aku mengajak kamu main hingga larut kamu jadi sakit begini." Mengusap bahu Viola.

Dosen KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang