Amarah Alex

5.8K 261 30
                                    

Viola memukul dadanya sendiri. Rasa sesak yang menelusup ke dalam dadanya, begitu sakit terasa. Untuk bernafas pun ia beberapa kali mencoba menarik nafas agar sanggup dilakukan. Kebersamaannya dengan Alex berputar dengan jelas di kepalanya. Sehingga rasa sakit itu semakin menyesakkan saja.

Setelah cukup lama, Alex akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut. Dengan darah yang mengalir dari punggung tangannya. Dunianya runtuh untuk yang kesekian kalinya, ia kehilangan gadis yang amat dicintai. Kali ini, luka itu menganga begitu besar. Istrinya pergi membawa hidup sekaligus calon buah hatinya.

"Bagaimana, Pak? Ketemu istrinya?" seorang security menghampiri Alex yang baru saja masuk ke lobby apartemen.

Tanpa mengangkat wajahnya, Alex menggelengkan kepalanya. "Aku kehilangan jejak," ucapnya lirih.

"Saran saya. Coba tanyakan kepada ibumu sendiri. Beliau sempat datang ke unit, sebelum istrimu pergi. Siapa tahu, sebelum berangkat istri Bapak pamit kepada beliau."

Kepala Alex terangkat. "Ibu?" ucapnya dengan tatapan yang menakutkan.

Tanpa menunggu jawaban security tersebut, Alex kembali ke unit untuk mengambil kunci mobilnya. Untuk menyusul sang ibu yang menjadi dalang dari kepergian Viola.
***

Selang beberapa saat kepergian Alex, Viola keluar dari persembunyiannya. Sesudah itu, ia pergi meninggalkan tempat tersebut sebelum ketahuan oleh seseorang.

Dengan susah payah ia berjalan. Kondisi tubuhnya yang lemah, membuat Viola limbung dan kehilangan kesadaran. Sebelum ia menutup kedua matanya, ia bisa menangkap bayangan seorang wanita cantik yang sedang berteriak meminta tolong, untuk membantu dirinya.

Di tempat lain, Alex menendang pintu rumahnya sendiri. Dengan emosi yang memuncak, pria itu melemparkan seluruh isi rumah orang tuanya.

"Ibu dimana Kau! Aku ingin membuat perhitungan denganmu, Bu!"

Sambil berteriak, Alex mencari keberadaan sang ibu, hingga ke seluruh ruangan.

"Ibu disini, Sayang. Ada apa kamu mencari Ibu? Kamu rindu?" Reni membentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Alex.

"Dimana istriku?" sergah Alex tanpa banyak basa-basi lagi.

Reni tersentak. Untuk pertama kali di dalam hidup, putra bungsunya berteriak kepadanya. Wanita paruh baya itu langsung ketakutan melihat tatapan Alex Dengan mata merah yang membesar, putranya itu menatap nyalang kepadanya.

"Katakan dimana istriku? Cepat katakan!!"

"Ibu tidak tahu apa maksudmu, Nak! Kamu kenapa?" Reni menggenggam tangan Alex. Bersikap biasa seakan-akan tidak ada yang terjadi.

Alex Berlutut. "Katakan, Bu! Aku mohon. Dimana Viola, istriku. Aku mencintainya!" ucapnya lirih. Ia memeluk kaki Reni, memohon. "Ibu tahu? Istriku pergi membawa calon buah hati kami berdua. Ibu tega, cucu ibu tumbuh tanpa kasih sayang dari seorang ayah?"

"Ibu tidak tahu apa-apa, Alex!" ucap Reni, masih dengan kepolosan yang dibuat-buat.

"Ibu jangan berbohong! Katakan. Dimana istriku. Kenapa Ibu mengusir dia?" Alex memukul dadanya sendiri. "Sekali lagi aku bertanya kepada Ibu, katakan dimana istriku!" Menatap nanar pada sang ibu yang masih saja tidak mau mengakui kesalahannya.

"Ibu tidak tahu!" jawab Reni singkat.

"Brengsek!!!" Alex berteriak di depan wajah ibunya.

"Alex! Kenapa kamu seperti ini?" Adrian menarik Alex dari hadapan ibunya. "Kamu sadar, Lex. Ini ibu kita! Wanita yang melahirkan kamu! Jangan seperti ini!"

"Ibu? Ibu Kakak bilang! Kalau memang wanita ini ibu kandungku, maka dia tidak akan mengusir istriku. Kakak tahu, istriku sedang hamil, Kak. Ada anakku di dalam rahimnya." Alex menunjuk wajah Reni. "Aarrgghh, persetan dengan kalian semua!" Alex meremas rambutnya sendiri. Sesudah itu, ia pergi dari rumah mewah tersebut. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Dosen KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang