Dalam perpustakaan kecil yang hening di sisi lain di toko, Yazid dengan membaca buku yang belum dia tamatkan.
Namun hatinya tidak setenang suasana, Yazid menoleh ke pintu masuk kemudian dia beralih ke tempat kasir. Berpikir apakah tindakannya benar menjual cat Timurid yang tersisa kepada salah satu pembeli tadi.
Namanya Arushi, dia pelanggan tetap di sini bahkan sebelum Nona Jahanara, Aru sudah menantikan cat itu. Hanya saja ..
'Mungkin dia sudah mendapatkan Timurid tanpa bersusah payah menunggu. Keputusan tepat untuk menjualnya pada Aru, anak itu lebih membutuhkannya,' Yazid membatin.
'Ini sudah sebulan, tidak mungkin dia kembali.'
Yazid bersandar di rak buku melamun, sebenarnya masih merasa kata yang diucapkan kepada Nara adalah janji, namun mengabaikan Aru juga lebih tidak baik.
Suara lonceng di dekat pintu terdengar menandakan ada seseorang yang masuk. Betapa terperanjatnya Yazid mengetahui bahwa yang dipikirkan barusan kini masuk dengan muka panik mencari ke kanan kiri.
Yazid berdiri menampakkan diri dan Nara menemukannya, ada seutas senyum lega yang Yazid lihat namun ia yakin sebentar lagi wajah itu akan dipenuhi kekecewaan.
"Di mana cat itu?" Gadis itu menghampirinya, matanya yang cokelat terang menatap Yazid penuh harap dan cemas.
"A-aku-aku, baru saja menjualnya, Nona. Maaf."
Belum ada respon sejenak.
"Kau sudah menjualnya?" Ulang Nara sedikit berharap bahwa kasir itu tidak serius.
Yazid mengangguk pelan. Nara yang melihatnya hanya menunduk membiarkan rambut bergelombangnya menutupi sebagian wajah, oh astaga, hari ini seperti begitu sial.
Ini adalah pertama kalinya lagi Nara keluar rumah setelah sebulan kepergian Daada, dia sungguh lupa bahwa ada orang yang mau menyisakan stok cat impiannya sebulan yang lalu.
"Maafkan aku, ada beberapa hal penting yang membuatku lupa akan cat itu." Nara mencoba menjelaskan.
Wajahnya setelah tujuh tahun memang sedikit berbeda, kini lebih tirus dan tubuhnya tinggi. Wajahnya menunjukkan kecantikan klasik perempuan India, mata yang dalam dan intens, kulitnya bersih dan wangi.
Yang tetap sama adalah rambut yang dibiarkan tergerai dibelai angin, tidak ada karet rambut ataupun penjepit. Mungkin karena Nara menyukainya.
Yang Yazid selalu ingat bagaimana Nara memandangnya bagai seorang puteri yang mulia dan susah didekati, dengan ucapan dan tatapan sombongnya yang mengejek namun tampak selalu cantik. Yang berpakaian mahal dan ucapan bernada semena-mena namun sebenarnya dia lugu dan tidak sejahat itu.
Yazid selalu mengenang pertemuan mereka dan disimpannya baik-baik dalam memori yang jelas. Karena peristiwa itu bagi Yazid sangat berharga.
"Tunggu," interupsi Nara membuat Yazid berhenti dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jahanara
Teen FictionJahanara Begum menyukai warna, sudah banyak warna ia oleskan ke kanvas putihnya dan menciptakan lukisan yang begitu orang-orang puji. Yazid memberikan kesan lebih indah dalam warna hidupnya, menjadikan merah lebih merona dan kuning semakin cerah...