Natinal Museum New Delhi.
Awan mendung memenuhi langit sejak kemarin tak memandang entah pagi ataupun malam serta hujan yang turun pelan dengan lembut seperti rintikan begitu tenang dan awet, tentu cuaca seperti ini tidak akan bisa menunda kegiatan yang biasanya orang-orang kerjakan.
Gemuruh terdengar ketika kaki Nara menginjak kaki pertama kali ke salah satu museum terbesar di Delhi ini, kakinya menginjak dataran berwarna coklat dengan genangan air yang ada di beberapa tempat, sangat sunyi dan hanya terdengar tik tik hujan yang tak jua berhenti.
"Ini dia, Museum Nasional New Delhi!" Suara itu berasal dari salah satu teman Nara, Vivek.
"Terakhir aku kemari bersama teman-teman satu kelasku di sekolah dasar, astaga itu sudah lama sekali." Timpal Ishan, satu-satunya yang berkacamata di sini mengangguk-angguk.
Nara dan lima temannya berjejer memandang takjub bangungan dengan bentuk cekung yang tinggi dengan cat warna krem serta coklat dan berbagai tanaman hias yang memenuhi halamannya.
"Kami tidak salah menjadikanmu ketua kelompok, Vivek. Lokasi keren!" Seru teman lain, Rohan.
Sementara Nara terus mengamati gedung tanpa sepatah kata, entah karena diguyur hujan atau pemandangan bangunan ini membuatnya merasa kembali ke masa lalu, patung itu, daun yang ditetesi hujan serta awan mendung yang gelap.
"Kau tak apa?" Shriti menyentuh bahu Nara.
"Tidak apa, aku hanya merasa begitu bersemangat hingga tenggelam dalam duniaku sendiri."
"Pasti ini pertama kalinya datang ke museum di sini,"
Shriti tertawa, "ini hanya museum, Nara kau bisa melakukan sesuatu dengan biasa."
Nara sudah banyak mengunjungi museum di berbagai negara di Eropa, ia sudah melihat karya dari berbagai pelukis dan tokoh seni terkenal juga museum yang lebih besar dari ini. Tetapi, seperti tadi, Nara merasakan sesuatu yang berbeda sejak ia menginjakkan kaki di sini.
"Kita kerjakan penelitian ini degan baik! Wawancara siapapun yang dapat menjawab pertanyaan dan dapatkan pengetahuan yang baru!" Lanjutnya bersemangat.
"Ya!" Mereka berseru.
•••••
Mereka sibuk dengan observasi dan penelitian yang dilakukan, melakukan wawancara juga mengambil potret objek jika itu diperlukan. Ada ruangan untuk memajang berbagai lukisan, patung-patung, baju perang, senjata juga perhiasan di zaman kerajaan dan lain-lain. Semuanya ditempatkan di masing-masing ruangan dan lorong-lorong.
"Museum ini dibangun pada tahun 1949 dan terdapat dua ratus ribu benda seni yang berasal dari berbagai daerah, usianya ada yang sampai mencangkup 5000 tahun."
"Siapa yang mengelola dan membiayai museum ini? Apakah ada orang-orang khusus yang merawatnya?" Tanya Vivek, di sampingnya ada Shriti yang siap dengan pulpen dan buku catatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jahanara
Teen FictionJahanara Begum menyukai warna, sudah banyak warna ia oleskan ke kanvas putihnya dan menciptakan lukisan yang begitu orang-orang puji. Yazid memberikan kesan lebih indah dalam warna hidupnya, menjadikan merah lebih merona dan kuning semakin cerah...