14 • Teman-teman Nara

15 2 0
                                    

Kakek melihat Yazid tengah menggosok sepatu kerja milik ayahnya, badannya membungkuk dan dengan telaten menyemir kembali hitam sepatu.

Secangkir susu jahe hangat kemudian disodorkan kakek untuk Yazid yang baru menyadari bahwa dari tadi kakek berada di dekatnya, Yazid menerima dengan tangan terbuka. Kakek duduk di sampingnya.

"Terima kasih, kek."

"Besok saja kau menyelesaikan pekerjaanmu. Ini sudah malam."

"Sudah mendekati puncak acara pernikahan kakak Nara, jadi aku harus pagi-pagi siap kesana," ucap Yazid bersemangat, karena selain menjadi tukang dekorasi Pak Manaf menawarinya menjadi pelayan yang akan siap menyuguhkan berbagai makanan di acara nanti.

Yazid kembali fokus menyemir kedua sepatu ayahnya yang sebentar lagi selesai, sejenak dia melihat kakek yang mengelus rambutnya.

"Kakek istirahat saja, ini sudah larut."

"Besok biar kakek yang membuat sarapan."

•••••

"Pak Manaf juga menyuruhku menjadi pelayan di sana, tugasku membawa nampan berisi kue kering dan teh dan menawarkannya pada para undangan." Jelas Yazid ketika mereka keluar dari apartemen membawa kantung sampah.

"Ali dan Shabaz juga?"

"Ya, kita bertiga," jawab Ali. Mereka berdua belok pada sebuah gang sempit menuju tempat pembuangan sampah. "Aku bisa membelikan kakek kacamata baru dengan uang itu. Dan mungkin aku bisa menambah uang untuk membantu ayah membayar sewa sampai bulan depan."

Aru tahu nominal gaji yang ditawarkan tidaklah kecil, apalagi ketika melihat dekorasinya tampak mewah, glamor, tapi juga elegan, itu pekerjaan yang tidak mudah. Aru ingat bahkan setiap sudut rumah dihias dengan pernak pernik pernikahan yang detail dan cantik.

Entah seketika Aru ingat lelaki kemarin yang mendatangi Nara di depan kamarnya.

"Kemarin sudah banyak undangan yang datang dari London." Ucap Aru mengambil satu kantong sampah lagi.

Yazid tahu itu, mereka datang ke ruang tamu yang juga seperti biasa nenek Nara menyambut hangat.

Setelah mendengar percakapan dengan bahasa inggris itu Yazid paham bahwa Tuan Zaffar-lah yang mengundang mereka untuk datang juga ke pernikahannya.

"Itu teman-teman Jahanara selama di London dulu, mereka juga akan menghadiri pernikahan kakaknya."

Aru mengangkat alisnya, "kau tahu?"

Yazid mengangguk menerawang sesuatu. "Sepertinya Tuan Zaffar paham bahwa Nara kesepian di sana, mereka datang untuk memberi Nara kejutan."

"Aku ingat Nara bercerita tentang temannya yang sukses masuk universitas Eropa bergengsi atau pergi ke Amerika untuk mewujudkan impiannya dan dia malah terjebak di sini .." lirih Aru.

"Nara pernah bercerita tentang cinta pertamanya bernama Theo. Dia-lah yang kemarin datang." Dia ingat Nara pernah bercerita tentang cinta monyet-nya di London.

"Lalu bagaimana Nara? Apakah dia senang?" Yazid bertanya perlahan. Mengingat selama ini Nara selalu mengingat-ingat memorinya tentang Inggris tentu saja anak itu akan bahagia.

Aru menggeleng perlahan. "Aku tidak ikut keluar karena Nara tidak mengajakku, dia meninggalkan kanvas dan diriku dalam kamar. Saat dia kembali lalu menyuruhku pulang karena sudah larut,"

JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang