20 • Kembali untuk Pergi

7 3 0
                                    

"Aku beli apelnya satu kilo."

"Aree, dengar, tidak?"

Orang itu menjentikan jarinya tepat di depan wajah Yazid, baru anak itu sadar tengah melamun.

"Ya?"

"Apel..." orang itu menunjuk buah apel dengan pelan-pelan, "satu... kilo..." tangannya kini mengisyaratkan satu dan mulutnya jelas mengatakan "k-i-l-o"

"Baik," Yazid tersenyum tidak enak, pembeli itu entah benar menganggapnya kurang atau tadi hanya sekedar sarkas belaka.

Setelah menerima uangnya, dia pergi. Tak menghiraukan terima kasih dari Yazid. Hari ini Pak Anant (tetangganya) meminta Yazid untuk berjualan buah di dekat salah satu masjid di wilayah apartemen mereka. Karyawan Pak Anant sedang pulang kampung, lagipula hari ini Yazid tak ada kelas. Jadi di sinilah dia berada. Duduk menunggu pembeli di toko kecil pinggir jalan.

Sekali lagi Yazid membuka ponsel, mengecek pesan yang tadi dia kirimkan untuk Aru. Gadis itu belum menjawab sampai kini.

Ada dimana dia? Kenapa panggilanku tak diangkat-angkat? Yazid berdumel dalam hati.

Tadi pagi Bibi Neetu sendiri bilang kalau Aru belum pulang, semalam Nara juga sudah diberi tahu. Katanya, di kelas Aru tak ada.

"Sudah ketemu?"

"Belum." Yazid menjawab singkat, Nara baru saja menelpon.

"Sekarang kau ada dimana? Di toko kakek tidak ada."

"Aku sedang jualan, Nara. Tokonya di dekat masjid dekat apartemenku."

"Aku akan kesana sekarang."

Nara menutup sambunga, Yazid menghela napas. Ada banyak sekali pikiran memutar di kepalanya sekarang.

"Yazid!!" Nara berseru senang. Akhirnya dia bertemu pacarnya yang manis itu. Nara menghampiri dengan senyum lebar, masuk toko sambil melambai tangan.

"Aih, cepat sekali datang."

"Sopir Kumar mengantarku," Nara menunjuk mobil hitam mengkilau di depan toko.

Yazid mencoba menyapa, Pak Sopir bernama Kumar diam saja.

"Kakek menitipkan ini tadi." Nara memberikan sekotak makan siang titipan kakek.

Nara duduk di samping Yazid, menunggu anak itu makan siang dengan lahap. Yakin dia tidak sarapan pagi ini karena Yazid bilang ia menjaga toko mulai jam tujuh pagi.

"Bagaimana tadi di kelas?" Yazid basa-basi menyadari Nara hanya diam tersenyum menunggunya makan. Ia jadi sungkan.

"Lancar, dosen dan beberapa orang mencari Aru. Tidak mungkin aku bilang dia menghilang sejak semalam. Jadi aku jawab kalau dia tidak enak badan."

"Kuhubungi juga masih sulit."

"Apa kita lapor polisi saja? Ini sudah terhitung 24 jam, kan?"

Ketika hendak menjawab, Yazid menyadari kalau di depan toko mulai ramai orang. Bukan untuk membeli apel, melainkan mengagumi mobil hitam mengkilau yang terparkir di depan. Beberapa bahkan berani ber-swafoto sementara Supir Nara hanya menutup kaca saja.

"Apa kita bisa berbicara nanti saja?"

"Kenapa?"

"Setelah istirahat makan siang, aku harus kembali bekerja. Aku bisa menghubungimu lagi nanti." jelas Yazid lembut.

"Apa karena mobil itu menganggumu? Aku bisa menyuruh Kumar untuk pulang."

"Tidak-- jangan," Yazid cepat menyela. "Dia juga sedang bekerja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang