5 • Suka dan Membutuhkan

21 4 0
                                    

''Yazid! Yazid! Bangun anak malas!''

Yazid terperanjat bangun dari karpet lantai ruang keluarganya, dengan sedikit pusing dan kebingungan dia melirik jam yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Bergegaslah Yazid datang pada suara iru berasal, dapur.

''M-maaf, aabu. Kemarin aku-

"Aku tidak peduli karena semalam kau sibuk membaca atau bermain dengan temanmu. Apa kau akan membiarkanku bekerja tanpa sarapan?''

Tanpa menjawab lagi, Yazid lalu membuka lemari pendingin mengambil beberapa sayuran dan beberapa bumbu di laci dan mulai memasak seperti biasa.

"Cepat nanti kau bersihkan kamarku, sudah banyak tikus yag berkeliaran,'' perintah aabu kala Yazid menghidangkan sarapan selanjutnya hanya disambut gelengan kecil yang mengisyaratkan iya.

Lanjut, pria itu menuju tempat cuci piring untuk membersihkan piring yang semalam belum dicuci.

"Aku juga harus mencari gaji tambahan, biaya sewa apartemen kecil ini semakin mahal saja.'' Tambah aabu-nya menggerutu.

Yazid diam dengan merapatkan kedua bibir, dengan menatap salah satu jari yang terlihat ungu dan sedikit membengkak sambil terus mengelap beberapa gelas yang baru dicucinya.
Aabu berdiri hendak meletakkan piring yang baru ia gunakan dan meletakkan piringnya dengan kasar sehingga memunculkan bunyi yang nyaring dan pergi untuk bekerja.

"Suara apa itu tadi, nak?''

Yazid menoleh mendapati sang kakek berdiri dengan kebingungan.

''Aabu, hanya sedikit kesal karena aku bangun kesiangan.''

Setelah paham dengan apa yang terjadi dengan cepat kakek menghampiri Yazid dan mengambil gelas serta lap yang ia pegang seakan sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

''Sudah pergilah mandi, kakek yang akan mencuci ini, .. tunggu, ada apa dengan tanganmu, nak?''

''Kemarin paman Shekhar memberiku pekerjaan untuk memindahkan kayu-kayu dari halaman ke pabriknya.''

''Itu sebabnya kau pulang tengah malam kemarin?''

Yazid mengangguk kecil. ''Dia lalu memberiku seratus rupee, itu lumayan.''

Seharusnya hanya limapuluh rupee, namun karena melihat Yazid yang bekerja keras dan melakukannya dengan baik maka Paman Shekar memberi upah lebih, dan soal tangan, jari Yazid sedikit terjepit saat mengangkat kayu-kayu besar itu.

Begitulah hidup Yazid, memiliki aabu yang emosional semenjak kematian aama tujuh tahun yang lalu. Dia tidak hentinya bekerja keras meskipun dengan gaji yang sedikit, pergi pagi dan pulang malam. Sementara kakeknya yang juga tinggal bersama menjaga toko buku tersebut.

Sejak kecil, tanpa diberi pemahaman siapapun Yazid tahu bahwa keluarga yang dimilikinya ini sangat kesulitan mencari uang, oleh sejak itu dia memutuskan untuk juga mencari pekerjaan serabutan yang penting dibayar pada hari itu juga.

''Ah iya, aku lupa memberikanmu ini semalam,'' Kakek merogoh sakunya dan mengambil dua tiket berwarna pink. ''Ada rombongan karnaval yang datang dari Mumbai, mereka mengadakan pertunjukan dan menjual banyak hal,'' kakek menjelaskan.

Yazid menerima dua tiker tersebut.
''Ajaklah temanmu, kemarin pembeli kakek memberikan ini,'' Yazid melihat tulisan di tiket, itu dilaksanakan tepat hari libur.

''Bersenang-senanglah.''

•••••

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JahanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang