Hujan jatuh membasahi bumi membuat aroma tanah menguak begitu kuat ke udara. Sudah hampir tiga puluh menit lamanya mereka berdiri di depan emperen toko untuk berteduh dari hujan.
"Maaf," ucapnya memecahkan keheningan di saat itu.
"Buat apa?" jawab Pika dan mengalihkan pandangannya ke arah Jaendra.
"Maaf jadi kehujanan." Mata almond nan indah itu berbinar dengan tatapan bersalah.
Pika tergelak kecil melihatnya, Jaendra sungguh gemes seperti anak kucing yang baru saja siap mencuri ikan dan di marahin sang tuan.
"Emang kita tahu hujan kapan turun?"
"Kan tadi langit udah tampak gelap terus tetap kita trobos. Seharusnya tadi itu kita tetap di sekolah aja," jelasnya.
"Kita kan?" tanya Pika, yang di balas anggukan oleh Jaendra.
"Karna ini ulah kita jadi kamu ga usah minta maaf Andra." Pika tersenyum ke arahnya.
"Tapi kanㅡ
"Tapi tapi tapi tapi tapi Kereta Api." Guyom Pika. "Pokoknya ini salah kita berdua okey!" Pika membulatkan jemarinya dan menempelkan ke mata Jaendra
Ia tergelak, kemudian meraih bahu Pika untuk ia dekap lebih dekat dalam hangat.
Duarrr.....
Gelegar itu mengejutkan Pika, membuat semua tulang-tulangnya menjadi lemah. Ia peluk dan tenangkan Pika sebab kuatnya bunyi petir itu membuatnya menjadi sangat takut.
"Gede banget kayak bom." Pika mulai terisak di dalam hangatnya pelukan itu.
"Jaendra aku masih hidupkan ya? Masih di bumi kan ya?"
Ia tertawa kecil "Masih, kamu ini lucu banget."
Pika membuka pelan matanya, dan mengadah ke arah Jaendra, "Ada kamu aku tetap hidup."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua terputar dan terkenang disini Pika-Langit 33.000 kaki
Pikiran itu berputar bagaikan rol film yang memutar kembali semua kenangan itu. Tentang kisah mereka tercipta di bawah hujan yang begitu deras. Air hujan itu jatuh kembali membawanya hanyut bersama perasaan yang masih sama seperti dulu, kenangan tentang aku dan kamu yang tercipta sangat nyata.
"Mienya di makan jangan di kobokin gitu."
Sebias suara itu mengalihkan atensi Pika. Pika tatap lelaki itu dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.
Rambut dan pakaiannya basah.
"Dari mana?" Tanya Pika.
Ia tersenyum dan mendaratkan bokongnya tepat di kursi sebelah Pika.