15. Perihal Iklas

21 18 2
                                    

Awan mendung di luar sana membuat Pika memandanya dengan sorot mata yang tajam. Pasalnya, baju-baju yang baru saja ia jemur harus di angkat kembali.

"Hujan mulu! tunggu dulu ngapa ni baju kering, baru hujan." Gerutunya.

Menyebalkan, bisa di bilang begitu. Pekerjaanya di rumah ini tidak mau habis-habisnya. Sudah seminggu dia resign dari pekerjaannya, dan selama itu ia menjadi pembantu di rumah ini.

"Sialan." umpatnya masih terus memasukan baju-baju itu kedalam keranjang.

"KAK PIKAAAAA!!! KAYLA NYARIIN LO!!" Teriakan itu berasal dari kamarnya. Adik perempuannya itu, ia suruh untuk menjaga anaknya selagi ia mengerjakan pekerjaan rumah.

"Tunggu!!" balasnya.

"Coba aja Mas disini mungkin aku ga akan kesusahan gini." Ia berjalan masuk menuju dapur untuk menaruh keranjang kain yang setinggi gunung itu.

"Wadohh baginda raja baru bangun tidur." Ledeknya pada sang Abang yang sedang meminum segelas air.

Yang di ledek hanya melirik masam. "Gue mau ngomong sama lo."

"Anak gue lagi nangis, entar aja." Pika berlari kecil menuju kamarnya. Defri hanya mengangguk.

Setiba di kamarnya, kayla sedang memberontak di pelukan Dila. Ia terus meraung, menangis sejadi-jadinya.

"Husss anak bunda kenapa?" tenangnya, mengambil alih Kayla untuk ia dekap dalam peluknya. Ajaibnya anak itu diam, tangis yang sedari tadi menggelegar kini redup dalam pelukan sang bunda.

Ia timang anak itu, kepalanya terkulai santai di bahu sang bunda.

"Kaget dia tu bangun-bangun bundanya udah ga ada di samping." tutur Dila.

"Padahal bunda cuma angkatin jemuran, Nak." Pika mengelus lembut punggung sang anak.

"Gue pinjem dong kak baju lo yang cream ini." Pika menggeleng cepet.

"Ga boleh itu hadiah terakhir yang di kasih Mas Andra. Kalau mau lo make yang itu." tunjuknya pada dres coklat muda yang panjangnya mau semata kaki.

Dila menggerutu, kesal. Ohh emang bener adek akhlak epseo.

"Itu kepanjangan ga cocok buat first date gue, Kak."

"Lo pilih aja deh asalkan jangan baju yang di belikan Mas Andra buat gue." Finalnya.

"Ya gue mana tau baju yang mana aja di beli suami lo." Geramnya.

"Yang gantungan sebelah kiri itu, lo bebas make yang sebelah kanan. Kayla udah tidur ni, lo keluar kamar pelan-pelan entar ni bocah bangun lagi. kerjaan gue kaga jadi siap-siap." Celotehnya dan berlenggang pergi menuju dapur.

"Orang di luar hujan tu anak mau ngedate dimana coba." bathinnya.

Pika sangat tidak suka apabila ada orang yang memakai barang pemberian suaminya. Itu untuknya dan selamanya hanya ia yang boleh kenakan.

Dahulu sebelum nikah di bolehin saja tapi setelah menikah tidak lagi, ia takut ada salah paham.

"Tapi tetumben tu anak minjem baju gue." Monolognya. Masih asik menata piring itu ke rak.

Heran, memang heran terlebih lagi adik bungsunya itu memang jarang sekali untuk meminjam baju sang kakak. Dila memiliki gaya fashion cewek mamba sedangkan Pika ia adalah cewek kue. Tone baju Pika rata-rata berwarna cerah dan aesthetic, pokoknya ni cewek kue banget. 180° berbeda dengan gaya fashion sang adik.

Pekerjaan rumah hari ini selesai ia lakukan, persetaan dengan mengurus rumah memang membuat wanita ini sedikit stres. Orang tuanya seminggu ini sedang berada di Bandung, karna ada acara nikahan sepupunya. Kakak lelakinya itu boro-boro membantunyaㅡpergi pagi pulang pagi. Kerja lembur bagai kuda sedangkan sang adik, perempuan itu sedang pusing memikirkan ujian nasional yang dua bulan lagi akan di laksanakan. Kerjaannya belajar dan belajarㅡpadahal sudah pintar tapi belajar terus(pikir Pika). Pergi pagi pulang malam juga. Sekolah dan les tidak ada habisnya. Terlebih lagi Dila juga membantu menjaga Kayla.

Langit 33.000 Kaki [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang