12. Datang dan Kehilangan

31 28 6
                                        

'Hidup itu soal datang dan kehilang, dua hal ini pasti. Kalau kamu siap dengan kedatangan maka kamu juga harus siap dengan kehilangan'

Ucapaan Juan memang benar adanya.

Saat kita menyambut kedatangan dengan suka cita, maka kita juga harus siap menyambut ke hilangan dengan duka cita.

Keduanya pasti ada di setiap jalan kehidupan.

Kadang yang datang juga tak selamanya baik dan yang pergi juga tak selamanya buruk. Tapi kali ini di dalam kehidupan Pika semuanya terbalik yang datang baik namun yang hilang buruk.

Atas kehilangan yang menyakitkan itu, semesta seperti memberi ganti.

Shaqueena Mikayla Syfa seperti namanya yang begitu indah dengan arti yang sangat cantik pula. Puteri kecil nan cantik itu tumbuh tanpa kasih seorang sang ayah, bahkan saat ia pertama kali hadir untuk melihat dunia. Sang ayah tidak ada lagi di sampingnya. Tidak ada sambutan hangat nan gembira dari seorang ayah, tidak ada suara adzan di kumandangkan pertama kali di telinganya, tidak akan ada alunan lagu tidur untuknya.

Syfa (obat, penawar, penyembuh) salah satu arti di ujung namanya. Pika memberikan nama itu, karna anak itu memang hadir untuk menyembuhkan duka lara yang Pika rasakan sebab kehilangan Jaendra, Ayahnya.

Kayla lahir di saat luka di dalam hati Pika masih sangat basah, namun secepat itu pula luka itu berangsur mengering setelah mendengar suara tangisnya yang sangat Pika nantiㅡBukan hanya Pika tapi Jaendra juga. Namun sayang takdir berkata lain, Tuhan menghadirkannya namun Tuhan mengambil dia, Jaendra.

Harusnya disaat hari kelahiran Kayla, mereka berdua dapat berbahagia, sebab Kayla adalah buah cinta pertama setelah lamanya menanti.

Akan tetapi, bayangan indah itu tak terlaksanakan. Semesta terlalu kejam merebut Jaendra hingga Piks tak dapat merasakan bayangan indah itu menjadi nyata.

Jaendra pergi jauh, terbang terlalu tinggi bersama burung besi itu. Niat hatinya ingin pulang kerumah sebelum kelahiran anak pertamanya, namun dia kini entah pulang kerumah yang mana.

Setahun sudah tak kunjung Piks dapati kabar baik darinya.

Dua bulan sebelum kelahiran Kayla, sang ayah sudah pergi berkelan entah kemana, tanpa tujuan yang pasti dan mungkin tidak kembali. Ia tidak akan bisa melihat atau bahkan mendengar suara sang ayah.

Begitulah puteri kecil itu akan melalui dunia yang terasa berat ini berdua dengan sang Ibunda yang lemah itu.

Ohh sungguh malang nasib anak ini.

"Kak." Tegurnya sembari menepuk pelan bahu Piks.

Lamunan Piks buyar, pikiran panjang yang tak menentu itu hilang seketika.

"Hmm..." sautnya dan menoleh ke arah sang adik.

"Kata Mama nanti sore lo ke supermarket beli bahan dapur."

"Kenapa ga lo aja? Gue males keluar rumah." Kata Pika, kemudian berdiri dari duduk dan berjalan pergi dari atas balkon. Hari ini terasa berat sebab banyak sekali carur marut di kepalanya.

"Ga bisa atuh, Kak. Aku mau kerja kelompok." Dila mengikuti Pika di belakang.

"Suruh bang Defri aja!!" Kata Pika dan menutup kuat pintu kamarnya itu.

"BANG DEFRI KERJA!!" Teriaknya di depan pintu.

Ting..

Si menyebalkan😑
Pokoknya lo yang pergi belanja titik ga pake koma.

You
Bodo amat!!!

"Lo liat luar jendela kamar lo, kak!! Ada sesuatu."

Katanya yang membuat Pika penasaran.

"Lo nyebalin anjing!!" Teriaknya dari luar sana dan tidak lupa mengacungkan cari tengahnya. Ohh sungguh dia memang adik kurang ajar.

Tidak boleh di tiru ya adik-adik.

》》》

Pukul sudah menunjukan jam dua lewat lima belas menit. Hari terasa berjalan begitu cepat, sore nanti sekitar jam empat atau jam lima Pika harus bergegas ke supermarket untuk belanja bahan dapur. Dila sudah dari tadi pergi berangkat kerja kelompok ke rumah temannya, sedangkan bang Defri ia belum juga pulang dari pekerjaanya.

"Bun...daa, ini Bunda. Okey," kata Pika mengajari sang anak untuk mulai memanggil sebutan itu.

Putri kecil itu tersenyum dengan binar mata yang begitu indah, mata almond berobsidian coklet itu menatapnya dengan lembut.

Pika tersenyum sembari mengelus lembut rambut lebatnya.

"Kecepatan tau dia aja belum bisa ngomong." Tiba-tiba aja kakak lelakinya itu nongol dari balik daun pintu.

"Biarin mana tau bisa, ya kan, Nak?" tanya Pika dan tersenyum ke arah sang anak.

Kayla tertawa kecil yang membuat mereka gemes. Tawa itu mirip dengan sang ayah.

"Ponakan oom yang pinter sini gendong dulu." Defri merentangkan kedua tangannya, dan disambut hangat oleh si kecil.

"Mama kemana?"

"Mama ke rumah pakde ma bude." jawab Pika singkat.

"Kata Dila lo kerja, Bang. Cepet banget pulangnya," sambung Pika dan berdiri dari duduknua setelah siap membersihkan biskuit makanan Kayla yang bertebaran di lantai.

"Libur, gue tadi mah ke tempat teman doang."

Pika hanya mengangguk dan ber"oh" kecil.

"Gue mau nyuci piring di belakang jagain anak gue ya."

"Kata orang ya kalau kakak nikah adeknya jdi baby sister lah ini gue kok kebalek sih?"

"Makannya lo nikah." Ledek Pika dan berlenggang kedapur untuk mencuci piring yang sudah bertumpuk itu.

Selesai mencuci piring yang sangat banyak itu Pika langsung ke ruang tamu untuk melihat Bang Defri yang sedang memomong anaknya.

Namun keberadaan mereka tidak Pika temui, dan Pika langsung bergegas kekamarnya.  Mungkin saja Defri sedang menidurkan Kayla di kamae, anak itu akhir-akhir ini sangat rewel.

Begitulah kakak lelakinya itu, dia sangat menyayangi keponakannya itu, sewaktu Pika masih bekerja ia juga turut membantu menjaga Kayla. Orang-orang dirumah ini semuanya membantu Pika menjaganya, mengurusi dan menemani Kayla. Mereka menyambut hangat kehadirannya, bagaikan berlian yang sangat berharga seperti itulah dia di jaga dengan sangat baik.

Pintu kamar Pika sedikit terbuka dan benar saja kayla sedang tertidur pulas di sebelah oomnya, Defri mengelus lembut dahinya sembari bersenandung kecil.

"Makasih ya, Bang. Kalau ga ada lo, Dila, Mama, Papa mungkin Kayla kesepian. Aku pun bakalan kesepian," ucap Pika dan berjalan ke arahnya.

Defri bangun dari tidurnya mendudukkan diri di ujung ranjang.

"Lebay!! Lo tu kayak sama siapa aja padahal kita ini keluarga." Katanya mengacak kasar puncuk kepala Pika.

Pika mendengus kesel "Kebiasaan!! Gue nih udah gede yaa!!"

"Mau lo segede apapun, lo tetap adek kecil bagi gue." Defri tersenyum lebar. "Gue mau kesupermarket mau belanja bahan dapur."

"Gue aja yang pergi," seru Pika.

"Gue aja deh mau keluar rumah bosen di rumah." Jawabnya lagi.

Kali ini Pika tidak mau mengalah, "Gue aja Bang, gue sekalian mau beli kebutuhan Kayla. Lo mana tau apa yang mau di beli jadi gue aja yang pergi."

"Yudh lo aja." Finalnya.

🌌

Heloo kalian apa kabar?
Jangan lupa vote dan koment yaa!!



Langit 33.000 Kaki [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang