21-Kebencian

4.1K 430 15
                                    

Jangan lupa pencet vote nya ya, komen juga di part yang menurut kalian menarik

Happy reading💗

•••••

"Innalillahi wainna ilaihi rojiun" ujar Dokter, sembari menutup kan kain putih kepada seluruh tubuh Ellen.

Dokter keluar dari ruang rawat Ellen menghampiri ketiga teman Ellen yang sudah menunggu dari 3 jam yang lalu. 3 jam yang lalu Ellen mengalami kecelakaan yang sangat parah. Emely juga, tetapi Emely tidak seperah Ellen dirinya hanya mengalami sedikit luka di kepala karna terbentur trotoar, mengharuskan kepala Emely di perban.

"Maaf, teman kalian sudah tidak bisa di selamatkan" ujar Dokter saat Jessica, Tania dan Emely menghampiri nya.

"Dokter gak usah nge prank kita deh" kesal Tania, padahal air matanya sudah tidak bisa tertahan lagi. Tania tahu dokter tidak berbohong, tetapi dirinya enggan untuk menerima kenyataan ini.

"Dok? Kenapa gak lakuin yang terbaik?" tanya Jessica mendorong pelan bahu Dokter.

"Saya sudah melakukan yang terbaik untuk Ellen, tapi tuhan berkehendak lain" Dokter menunduk. Emely maju dan menyuruh Dokter untuk segera pergi, sebelum kedua teman nya mengamuk.

"Kalian jangan kayak gini!" kesal Emely karna kedua teman nya telah keterlaluan kepada Dokter.

"Terus kita harus gimana? Kenapa Ellen harus pergi? Kenapa hah? Lo bisa hidupin Ellen lagi? Gak kan, semua ini gara-gara lo! Lo kenapa gak nolongin Ellen coba? Lo tarik tangan nya Ellen dan Ellen selamat." maki Jessica kepada Emely.

Emely menatap teman nya itu tidak percaya, "Ini udah takdir Jessica, takdir dari tuhan. Gak akan ada orang yang bisa menghindar dari takdir tuhan" tekan Emely telah kelewat kesal kepada Jessica yang masih tidak mengerti juga dengan situasi ini.

"Kita lihat Ellen kedalem" karna melihat kedua teman nya yang masih diam Emely masuk terlebih dahulu.

Emely sampai di sebelah brankar Ellen, air mata sudah membasahi pipi cabi nya. Emely perlahan membuka kain putih yang menutupi wajah Ellen.

Gadis itu terkejut lalu berjalan satu langkah mundur. Menutup mulut nya tidak percaya. Wajah jasad Ellen menghitam? Sama seperti Aditya? Dan itu membuat Emely terkejut bukan main.

Emely berlari keluar ruangan itu lalu menemui Jessica dan Tania yang masih berdiam di depan pintu.

"Kalian cepat masuk!" titah Emely, Jessica dan Tania mengerutkan dahinya bingung dengan Emely yang tiba-tiba tampak ketakutan.

"Cepet!" dengan cepat Jessica dan Tania masuk kedalam dan menemui jasad Ellen.

Tidak lama Jessica dan Tania keluar dengan air mata yang sudah mengalir deras, terkaget dengan kenyataan yang menimpa sahabat nya. Kekuatan karma sebesar ini? Ya, mungkin.

💀💀💀

Asa berdiri menopang tangan nya di pembatas balkon kamar, menatap kosong bintang-bintang di langit. Hatinya bagai ditusuk-tusuk oleh belati, tidak tega melihat foto papah nya yang menjadi bahan bullyan. Sebenarnya Asa yang dibully oleh mereka, semua orang yang melihat foto papah nya itu menghujat nya habis-habisan di kolom komentar pada foto dirinya dan sang papah yang ia posting sebelum papah nya meninggal.

"Kenapa harus kayak gini?" tanya Asa kepada langit yang menemani nya di malam ini. Entah kenapa, Asa merasa sedikit tenang saat melihat bintang. Mungkin gadis itu akan menghabiskan malam nya di balkon dengan manatap bintang-bintang yang gemerlapan.

"Kamu harus ikhlas nak" suara Lisa membuat Asa mengalihkan pandangan nya. Lisa terlihat berdiri di ambang pintu sembari membawa secangkir coklat panas. Lisa menyimpan cangkir itu di meja lalu ikut menopang tangan nya di pagar pembatas.

Misteri Perpustakaan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang