🍁11| Melepaskan?

192 43 5
                                    

Chanyeol merebahkan tubuhnya pada kasur yang kini telah menyambutnya pulang. Aroma khas yang selalu menempel sejak kecil itu kini kembali ia rasakan pada kamar miliknya, dirumah orangtuanya.

Sudah berapa lama dia tidak tidur di kamarnya sendiri? Mungkin sudah 16 bulan? Sebegitu sibuknya ia dengan tugasnya sebagai seorang prajurit hingga hanya mampu menyapa keluarganya sebentar.

Kini Chanyeol pulang,
Bahkan menginap di rumah orangtuanya, di Gangdong.

Chanyeol melirik beberapa sudut yang begitu ia hafal apa saja yang terdapat disana. Tepat di sudut kanan belakang pintu, akan ada lemari kaca yang berisi mainan koleksinya. Ada buku, miniatur, robot, mobil-mobilan dan juga beberapa partitur.

Disudut kiri, ada gitar yang menggantung, bahkan terlihat begitu baru dan tak berdebu. Sepertinya mama park membersihkannya tiap waktu.

Disampingnya saat ini, ada sebuah meja kecil dua laci yang diatasnya terdapat foto-foto pigura masa kecilnya.

Chanyeol tersenyum, tak disangka hari ini dia menjadi seorang prajurit dan mengabdi pada negara. Padahal dulu ketika masih kecil, dia sosok yang lemah. Jatuh sedikit saja nangis, bahkan dulu dia bercita-cita ingin menjadi seorang musikus karna cintanya pada musik.

Namun masa depan terkadang tidak sesuai dengan cita-cita, semesta lebih memilihnya menjadi pahlawan tanpa jasa untuk rakyat. Itu kata kakeknya kalau membahas sosok seorang ROKA.

Yah, kakeknya.. suami bibinya bahkan lingkungannya memang militer semua. Bahkan park Yoora hampir saja akan dijodohkan dengan seorang tentara kalau saja Han saewon tidak cepat meminangnya.

Chanyeol mengambil satu foto yang ada didekatnya dan membawanya duduk bersandar ditepi kasur. Diliriknya foto itu beberapa kali, foto yang menghadirkan sosok mungil dirinya kala itu, bersama mainan kuda berwarna putih.

"Kudanya mana?"

Chanyeol mendecis kala kalimat itu terngiang di telinganya. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang berhasil membentuk dimple kecil pada pipi kirinya.

Bahkan ketika sudah beranjak dewasa, gadis itu masih tetap polos seperti pertama kali ketemu.

Tok

Tok



Chanyeol bangkit  dan melirik pintu kamar yang tertutup.

"Kenapa?" Panggilnya dari dalam, terlihat seseorang membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam kamar.

"Kau baru bangun?"
Yoora masuk ke kamar Chanyeol dan menghampiri pria yang kini duduk ditepi kasurnya itu.

"Sudah dari tadi."

Yoora memilih duduk pada tepi kasur lainnya yang dekat dengan adik satu-satunya itu. Melirik ke beberapa tempat dan berakhir beradu tatap dengan Chanyeol yang terus memperhatikannya.

"Aku hanya ingin bicara sebentar."
Yoora menatap Chanyeol lekat, ada beberapa hal yang ingin dia bahas dengan adiknya itu saat ini. Mumpung Chanyeol senggang, dan sepertinya lebih baik untuk membahasnya secepat mungkin.

"Ada apa? Tumben." Balas Chanyeol yang kembali beranjak naik ke atas kasurnya.

Dua saudara yang kerap kali selalu berantem setiap saat, rebutan mainan, bertengkar atau sering mengolok-olok satu sama lain. Itu adalah sifat mereka berdua, bahkan hingga detik ini selalu begitu. Namun jika ada suatu masalah yang mereka berdua harus selesaikan, mereka akan lebih menjadi dewasa dan menerimanya dengan keseriusan.

Yoora tersenyum kecut kala beberapa kalimat mulai ia keluarkan. Mungkin ini akan sedikit membuat adiknya tidak nyaman, tapi yoora harus menyampaikannya.

HANYA SEPENGGAL KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang