🍁4| Kepercayaan

269 53 53
                                    

Wendy menyeduh Cappuchino nya yang sudah diberikan pelayan cafe beberapa saat lalu. Pandangannya kini masih tertuju ke kaca pembatas cafe dengan lingkungan luar. Iris coklat itu sibuk menatap bunga sakura yang menghiasi jalanan Seoul.

Seulgi mengajaknya ke cafe setelah beberapa jam mengelilingi swalayan. Setelah banyaknya tentengan belanjaan temannya itu, kini mereka memilih bersantai pada cafe swalayan yang terletak dilantai dasar.

Wendy memilih minuman kesukaannya,sementara seulgi memilih untuk membeli ice cream caramelo.

"Apa kau mau ke studio foto?" Tanya seulgi memecah keheningan.

Wendy menoleh dan menatap temannya itu.

"Kenapa? Mau ketemuan?"

Melihat Wendy yang menatapnya malas seperti itu membuat seulgi terkekeh pelan. Wendy seperti sudah menyadari niat lain seulgi tentang studio foto itu.

"Hahaha tidak, aku hanya ingin mengajakmu berfoto." Balas Seulgi lagi sembari menikmati ice creamnya.

"Iya berfoto, tapi kameramennya pacarmu."

Seulgi kembali tertawa kecil,
Tak disangka Wendy akan menjawabnya begitu. Lantas membuat seulgi geli dan berakhir dengan tawa yang receh.

"Mana tau take picture nya bagus kan. Esok hari kau bisa menjadi pelanggan tetap ditempatku dan berfoto dengan Chanyeol."

Wendy kembali menghentikan minumnya dan lantas melirik seulgi. Sebuah simpul senyum terukir pada bibir merah mudanya itu.

"Masih lama," gumam Wendy pelan, namun terdengar oleh sahabatnya.

Tidak tau apa yang berada dipikiran Wendy, mungkin saja take picture yang dimaksud adalah wedding? Atau take foto ala pacaran? Atau apalagi? Namun Wendy seperti tengah membayangkan sebuah foto dirinya dengan Chanyeol yang dianggap masih akan lama. Lama untuk bisa dilakukan.

Lamunan Wendy kembali terganggu ketika seulgi kembali mengajaknya ngobrol. Namun sepertinya ini terlihat lebih serius daripada obrolan yang selalu mereka lakukan di waktu belakangan. Karena Wendy melihat raut wajah seulgi yang berubah seiring kalimatnya yang keluar.

"Kenapa kau menanyakan itu lagi?" Wendy kembali mengukir sebuah rasa putus asa atas apa yang diutaran seulgi kepadanya.

"Wen, aku temanmu. Aku sudah menganggapmu sebagai saudariku sendiri. Aku tidak mau kau terluka esok hari."

Baik Wendy ataupun seulgi terdiam beberapa saat. Keduanya seperti tengah memikirkan sesuatu yang sama, namun tidak dapat diutarakan secara serentak.

"Aku tau kau mencintai Chanyeol, sangat. Tapi pikirkan statusmu Wen."

"Aku sudah memikirkannya,gi. Sudah bahkan selama satu tahun ini."

"Lalu apa yang kau dapatkan?"

"Aku tidak bisa meninggalkan Chanyeol."

Wendy diam, jari jemarinya terlihat mengusap pelan pelipis yang tertutup oleh untaian rambut tipisnya. Tangannya beralih menopang dagu diselingi dengan dahi yang mengerut .

"Wendy, sebelum dia meninggalkanmu lebih baik kau yang duluan." Ujar seulgi lagi dengan intens yang lebih tajam.

"Dirimu dan Chanyeol berbeda. Jauh berbeda Wen, dan aku percaya bahwa Chanyeol juga memikirkan hal yang sama denganku saat ini. Dia tidak akan mengutarakan semua tentang fakta tugasnya. Dia tentara, dan dia bisa berbohong."

"Chanyeol itu jujur, seulgi!"

Wendy mengangkat kepalanya dengan tatapan tajam yang terarah pada temannya itu. Seolah tak menerima, Wendy dengan cepat membantah perkataan seulgi. Tidak mungkin kekasihnya berbohong, berbohong tentang apa? Tentang hubungan? Bahkan dirinya sering ke rumah kekasihnya itu dan bahkan keluarganya tidak mengatakan bahwa Chanyeol memiliki wanita lain. Chanyeol adalah pria yang jujur,dan Wendy selalu percaya pada kata-kata..

HANYA SEPENGGAL KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang