Mungkin sekitar jam tujuh malam ketika Eros menghentikan laju motornya di area parkir gedung apartemennya. Sengaja pulang lebih cepat dari biasanya, Eros mendapati bahwa keputusannya tadi memang tepat. Di atas sana, di langit nun jauh itu, Eros bisa melihat dalam kegelapan sekalipun awan bewarna abu-abu tampak semakin pekat. Dan tak butuh waktu lebih lama lagi, rintik air hujan pun turun membasahi bumi. Fyuh! Waktu yang sangat tepat. Setidaknya hujan turun ketika Eros sudah sampai.
Langsung menuju dan menaiki satu lift, tak butuh waktu lama untuk Eros kemudian tiba di lantai tempat unitnya berada. Pintu lift membuka dan ia pun segera keluar.
Masuk ke unit, Eros mendadak tertegun ketika baru satu langkah kakinya melewati pintu. Dahinya tampak berkerut ketika indra penciumannya menangkap aroma yang menggiurkan. Sontak membuat perutnya bergemuruh. Menimbulkan bunyi yang teramat riuh. Seperti ada ribuan demonstran yang sedang melakukan unjuk rasa di dalam sana.
Tunggu.
Ini ....
Tidak menuntaskan pertanyaan penasaran itu di benaknya, Eros langsung buru-buru menutup pintu. Membuka sepatunya dengan asal dan bergegas masuk. Menuju ke belakang. Tepatnya ke dapur.
"Udah balik?"
Eros tergugu. Matanya mengerjap sekali untuk pada akhirnya ia menyadari bahwa Leony bertanya padanya. Setelah menyisihkan satu irus yang pegang ke satu piring kecil di meja kompor.
"I-i-iya," jawab Eros sedikit terbata. Lalu, dengan langkah ragu-ragu ia beranjak. Mendekati Leony yang tampak sibuk. "Kamu masak apa?"
"Aaah ... ini."
Leony tampak mondar-mandir. Memindahkan ayam goreng yang ia tiriskan di penyaring minyak ke satu piring. Lalu menaruh hidangan itu di atas meja makan.
"Tadi aku kepikiran udah lama nggak masak sup sih," lanjut Leony seraya memadamkan kompor. "Makanya malam ini aku masak sup makaroni. Kamu belum makan di luar kan?"
Karena jelas sekali, semenjak Eros tau bahwa Leony hamil dan istrinya itu terkena gejala malas yang bisa saja dialami oleh ibu hamil -sesuai dengan penjelasan dokter Yusnida-, cowok itu memutuskan untuk makan di luar. Eros tidak berharap Leony mendadak rajin dan masak untuk dirinya. Lebih dari itu, Eros bahkan sadar bahwa justru dirinya yang akhir-akhir ini masak demi Leony. Ya walau hanya tempe dan tahu goreng sih.
Berkaca dari itu, maka setiap pulang dari toko kopinya, Eros selalu menyempatkan waktu untuk mampir ke warung makan atau resto terdekat. Sekadar untuk menikmati makan malamnya sejenak sebelum pada akhirnya benar-benar pulang ke unit. Mau bagaimanapun juga, Eros tidak mau ia mendadak ditelepon oleh Pratiwi lantaran Leony yang mengadu karena dirinya yang pulang terlambat.
Begitu juga dengan malam itu. Jujur saja, sebelum pulang, Eros juga sudah makan. Untuk mengganjal perutnya dan juga untuk tenaga demi masak tempe dan tahu goreng Leony. Tapi, sekarang di hadapannya Leony justru sudah masak?
Mendapati tak ada jawaban dari Eros, Leony pun bisa menebak.
"Kamu udah makan di luar ya?"
Mata Eros spontan mengerjap. "Eh?"
Leony tampak menggigit bibir bawahnya. Dan sedetik kemudian, Eros melotot saat mendapati ada genangan bening di kelopak mata Leony.
"N-N-Ny ...."
Leony sontak jatuh ke lantai. Terduduk. Dengan kedua tangan menutupi wajahnya saat ia mulai terisak.
Astaga!
Leony menangis! Cewek itu benar-benar menangis sesegukan hingga pundaknya langsung berguncang parah karenanya.
"Ny, kamu kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POSITIF! 🔞 "FIN"
RomanceJudul: POSITIF! Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Satu Kata" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ************** "BLURB" Pradipta Erosandy dan Leony Rosalie adalah satu dari sekian...