"Ros? Ya ampun. Eros?"
Suara Leony menyadarkan Eros dari lamunannya. Dan ketika ia mengerjapkan matanya sekali, ia sudah mendapati Leony tepat berdiri di hadapannya.
Leony, wanita yang baru ia persunting sebulan yang lalu, telah siap. Tampak cantik dengan mengenakan gaun bewarna merah tanpa pundak dengan sentuhan kemben di bagian dadanya. Pundak mulusnya terlihat berkilauan ditimpa sinar lampu. Sedikit membuat mata Eros menjadi gatal.
"Gimana, Ros?" tanya Leony lagi. "Aku cantik nggak?"
Lagi-lagi, Eros baru tersadar untuk satu hal yang sempat terabaikan olehnya dari tadi. Yaitu Leony yang berulang kali menanyakan soal penampilannya. Maka Eros pun buru-buru mendehem.
"Ehm ...."
Mundur sejenak, Eros membawa satu tangannya untuk mengusap-usap ujung dagunya. Layaknya seorang juri yang tengah menilai penampilan kontestannya, mata Eros pun bergerak dalam upaya mengamati.
Malam itu, terlepas dari gaun panjang bermodel duyung yang Leony kenakan, sebenarnya Eros justru tertarik dengan tatanan rambut yang dipilih oleh sang istri. Alih-alih menyanggul, Leony justru membiarkan rambut sepunggungnya untuk terurai lepas. Tapi, tidak benar-benar lepas. Karena pada kenyataannya, rambut bergelombang yang bewarna hitam itu tampak anggun beristirahat di depan dada kirinya. Dan sebagai pemanis, ada satu jepit berkilauan di sisi kepalanya.
Leony mengenakan sepasang sepatu tinggi. Walau tersembunyi di balik gaunnya, tapi Eros tau itu. Karena pada dasarnya, Leony hanya sedada Eros. Tapi, sekarang Leony nyaris tidak terlalu mengangkat wajahnya ketika menatap matanya.
Dan wajah cantik wanita itu ... dipercantik oleh make up yang begitu padu. Tak berlebihan, tapi jelas lebih dari kata biasa-biasa saja.
Eros terdiam. Termangu. Sementara Leony menunggu penilaian suaminya dengan perasaan cemas.
"Ros? Ehm ... aku nggak cantik ya?"
Mata Eros berkedip sekali tatkala ia melangkah. Mengikis jarak di antara mereka seraya mengendurkan lilitan dasi yang melingkari lehernya.
Leony terkesiap. Sontak melangkah mundur, tapi tangan Eros telah lebih dulu merengkuh pinggangnya.
"Eros ...."
Tanpa peringatan, Eros menundukkan wajahnya. Langsung mengecup kedua belah bibir Leony dengan teramat sensual. Hingga nyaris membuat Leony berpikir bahwa bola matanya akan meloncat keluar.
Kedua tangan Leony naik. Mendarat langsung di dada Eros. Mendorong sedikit. Mencegah agar ciuman itu tidak semakin dalam.
"Eros," kata Leony setengah mendelik. "Kita mau ngadirin resepsi nikahan senior kita. Kamu bisa buat dandanan aku berantakan."
Meneguk ludahnya, Eros berkata dengan suara yang rendah. Dan sial! Terdengar amat parau.
"Aku putuskan, kita nggak usah pergi."
Makin membesarlah mata Leony. "Kamu---"
Tangan Eros yang lainnya langsung mendarat di tekuk Leony, menariknya. Melenyapkan kata-kata yang akan diucapkan oleh Leony dalam ciuman yang berikutnya. Dan Leony, sama seperti wanita lainnya ketika mendapat sentuhan yang teramat lembut nan sensual, pada akhirnya luluh juga.
Tangan Leony yang semula bertahan di dada Eros demi menciptakan jarak, seketika beralih fungsi. Alih-alih mendorong, kali ini kesepuluh jemari lentik itu bergerak perlahan. Meremas dada Eros tatkala sang suami memperdalam ciumannya.
Bibir Eros bergerak dengan irama yang teramat membuai. Mengecup perlahan bibir bawah Leony, pelan-pelan. Terasa seperti seorang chef yang mencicipi masakannya. Lalu barulah ia perlahan berpindah. Pada bibir atasnya yang menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSITIF! 🔞 "FIN"
Roman d'amourJudul: POSITIF! Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Satu Kata" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ************** "BLURB" Pradipta Erosandy dan Leony Rosalie adalah satu dari sekian...