54. Berubah Dan Tidak Berubah

509 26 0
                                    

Sungguh! Sony tidak pernah mengira bahwa Leony akan mengatakan hal itu pada dirinya. Hingga wajar saja, bila reaksi yang cowok itu berikan untuk perkataan Leony adalah ... tercengang.

Layaknya Sony yang kala itu sedang melihat keajaiban dunia di depan matanya. Hal yang membuat semua kata-kata penuh perhatian yang sempat ia susun di benaknya, menjadi hilang seketika. Lenyap tanpa sisa. Tergantikan oleh satu lirihan tak pasti itu.

"A-a-apa?"

Namun, Leony memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Karena ia tau. Sony pasti mendengar perkataannya dengan jelas. Maka ia pun tidak akan mengulanginya. Alih-alih, Leony justru tersenyum.

"Aku duluan, Son."

Begitulah. Leony langsung beranjak dari sana. Dengan membawa secangkir teh di tangannya. Kembali menuju ke kubikelnya. Duduk di kursinya dengan tenang. Sementara Sony? Ehm ... untuk beberapa saat lamanya, ia masih terdiam di tempatnya berdiri. Bergeming. Dengan satu pemikiran di benaknya.

Sony benar-benar tidak percaya.

*

Sekarang Eros benar-benar menyadari bahwa dalam hubungan naik turun adalah hal yang sering sekali terjadi. Bahkan, bisa mendadak sekali terjadi. Tapi, ya ... tetap saja. Bukan berarti semua tidak bisa kembali dalam posisi sedia kala. Dan contohnya, ya tentu adalah Leony.

Beberapa hari yang lalu, Leony sempat merajuk padanya. Mengatakan bahwa dirinya tidak perhatian. Tidak sayang padanya dan juga anak mereka. Hingga nyaris ingin membuat Eros menggigit batok kelapa rasanya. Tinggal menunggu alunan musik dan manteranya saja. Jadi deh Eros si kuda lumping.

Namun, beruntung. Kala itu Eros masih bisa berpikir tenang dan terkendali. Hingga pada akhirnya ia bisa membujuk Leony tanpa menimbulkan adegan ufo di dapur mereka. Ehm ... maksudnya piring terbang. Hihihihi.

Sekarang, setelah hari itu telah berlalu, Eros mendapati bagaimana Leony sudah kembali seperti Leony yang sebelumnya. Yang tampak ceria, selalu tersenyum, dan ... makin manja. Bahkan saking manjanya, ia tidak ingin Eros terlambat sedikit pun ketika menjemputnya pulang.

Dan ketika mereka tiba di rumah, walau letih, Leony dengan penuh semangat menyiapkan makan malam untuk mereka. Yang mana itu sebenarnya membuat Eros khawatir. Ehm ... kalau tidak ingin menggunakan kata 'kasihan'.

"Kamu kalau capek, mending nggak usah masak deh," kata Eros kemudian. "Kita pesan makan di luar aja. Kasihan kurir kalau kamu rajin gini. Mereka nggak bisa dapat orderan."

Leony yang mendengar perkataan itu, sontak saja terkekeh. Tanpa memalingkan wajahnya dari wajannya, ia berkata.

"Ntar kamu malah jatuh cinta sama masakan orang lagi. Ehm ... nggak mau ah."

Namun, berbeda dengan Leony. Kali ini Eros benar-benar serius. Dia kadang tidak sampai hati melihat Leony yang mondar-mandir di dapur dengan perutnya yang makin membesar itu. Memang tidak mungkin pecah. Tapi, terkadang ia ngeri.

Gimana kalau Leony kebentur sesuatu?

Ah!

Membayangkan rasa sakitnya saja sudah berhasil membuat Eros ngilu atas bawah. Tidak ingin itu sampai terjadi.

Eros menarik tangan Leony. "Kalau gitu, biar aku aja deh yang lanjut masak," katanya kemudian. "Aku beneran takut kandungan kamu kenapa-napa, Ny."

Leony melihatnya. Bagaimana tatapan Eros yang jatuh ke perutnya. Di sana tampak sorot khawatir. Dan Leony merasa senang karenanya.

"Mudah-mudahan nggak apa-apa. Lagian ... ini kan cuma masak," ujar Leony tersenyum. "Terus kata dokter, selama hamil juga harus dibawa gerak. Ehm ... biar badan jadi enteng."

POSITIF! 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang