Pagi yang cerah. Sama cerahnya dengan Leony yang tampak mengantarkan secangkir kopi hitam pada Miska. Seraya memamerkan senyum lebarnya kala itu.
"Ini kopinya."
Miska yang masih disibukkan dengan pekerjaannya di depan komputer, berpaling. Pada Leony yang menyodorkan secangkit kopi yang sempat ia tawarkan beberapa menit yang lalu.
Miska bangkit. Menyambut kopi tersebut dan menaruh di mejanya. Lantas mengucapkan terima kasihnya.
"Makasih."
Hanya tersenyum dan mengangguk, Leony lantas berlalu dari sana. Seraya membawa secangkit teh miliknya sendiri. Menuju ke balik kubikelnya sendiri. Meninggalkan Miska yang langsung meraih kembali telinga cangkir kopinya. Menghirup sejenak aromanya yang khas seraya memejamkan matanya.
"Ehm ...," gumam Miska menikmati hirupan aroma kopi. "Aroma kopi di pagi hari memang adalah yang terbaik."
Benar-benar menikmati aroma kopi yang wangi itu, nyaris membuat Miska terlonjak kaget dan menjatuhkan cangkirnya ketika ia membuka mata dan mendapati ada Sony di depan matanya.
"Ya ampun, Son. Ngapain kamu?"
Miska melotot. Alih-alih lanjut menikmati kopinya, cewek itu justru menaruh kembali cangkirnya ke atas tatakan. Khawatir minuman bewarna hitam pekat itu justru tertumpah.
Tak menampilkan sedikit pun rasa bersalah karena membuat kaget rekan kerjanya, Sony tampak bertahan pada kubikel Miska. Dengan ekspresi wajah yang tampak penasaran, ia mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah cewek itu. Dahinya tampak sedikit berkerut, seperti tengah penasaran akan sesuatu.
"Ssst ...."
Miska bingung. "Apaan?"
"Aku mau nanya, Mis."
Sony menjawab pertanyaan itu dengan sedikit kesan misterius di sana. Membuat Miska mau tak mau terpengaruhi juga. Hingga turut mencondongkan tubuhnya ke arah cowok itu. Pun ikut-ikutan merendahkan volume suaranya. Juga menampilkan kesan misterius yang sama pula.
"Apa, Son?"
"Ehm ... akhir-akhir ini kok aku ngeliat Leony agak beda ya?" tanya Sony kemudian. "Beda banget dengan kemaren-kemaren. Dia kenapa?"
Dari sekian banyak hal yang bisa memberikan kesan misterius dalam percakapan mereka, Miska sama sekali tidak menyangka kalau topik yang dibawa oleh Sony adalah Leony. Ya ampun. Miska sampai bengong melihat Sony.
Kayak nggak ada pertanyaan lain yang lebih berbobot gitu?
Eh, ini malah ngomongin si ibu hamil.
Tampak tersenyum miris, Miska lantas menarik dirinya kembali. Mengembalikan tubuhnya pada posisi semula. Seraya mencibir sekilas.
"Alah, Son. Aku pikir apaan. Taunya tentang si Ibu Maliki."
Dahi Sony mengerut. "Ibu Maliki?"
Geleng-geleng, Miska melambaikan sekilas tangannya di depan wajah. "Maksudnya Leony," ralatnya kemudian. "Eh, emangnya apa yang beda sama dia?"
"Ya beda gitu. Kamu nggak ngerasa? Belakangan ini dia kayaknya happy gitu? Nggak kayak kemaren-kemaren. Bawaannya murung terus. Apa dia mendadak dapat jatah warisan atau apa?"
"Ck. Bukan dia yang mendadak dapat jatah warisan. Tapi, ya wajarlah dia happy gitu. Kan dia lagi hamil."
"Oh ...."
Hanya melirihkan satu kata itu, Sony tampak manggut-manggut. Namun, ketika cowok itu berniat untuk menarik diri, Miska terdengar bertanya.
"Emangnya kenapa kamu nanyain dia? Tumben banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
POSITIF! 🔞 "FIN"
RomanceJudul: POSITIF! Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Satu Kata" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ************** "BLURB" Pradipta Erosandy dan Leony Rosalie adalah satu dari sekian...