Respon Leony untuk pengakuan Sony tersebut natural sendiri. Ekspresi wajahnya tampak syok. Bahkan matanya terlihat menatap pada cowok itu tanpa kedip. Hingga kemudian, ketika pelan-pelan ia mulai mengerjapkan matanya. Seperti baru tersadar dari hipnotis penjahat, Leony melirih bingung.
"Eh?"
Sony tampak tersenyum. Sama sekali tidak menunjukkan rasa sungkan atau apalah. Yang terjadi justru sebaliknya, ia cenderung tampak santai. Seperti apa yang ia katakan adalah hal yang biasa-biasa saja.
"Ka-ka-kamu ngomong apa?"
Leony bertanya, demi meyakinkan diri kalau telinganya tidak salah mendengar. Atau kemungkinan lainnya adalah lidah Sony yang salah berucap. Ehm ... bisa saja kan?
Namun, Sony justru mengembuskan napas panjangnya. Benar-benar mengulang apa yang ia katakan tadi.
"Aku bilang tadi, aku tuh iri sama Eros."
Astaga.
Leony sontak saja merasa salah tingkah. Walau jelas, ia bingung. Maksud perkataan Sony itu apa. Mengapa ia harus mengatakan hal seperti itu?
Seketika saja Leony merasa tak nyaman. Karena jelas sekali, pada saat itu pula, mendadak saja seperti ada suara Eros yang menggema di benaknya. Seolah ingin mengingatkannya. Tentang hal yang semula tidak ia mengerti.
"Jangan deket-deket sama cowok lain, Ny."
Ya ampun.
Bola mata Leony membesar. Dengan jantung yang langsung berdegup. Seperti dirinya adalah polisi yang baru saja menemukan barang bukti pembunuhan berantai.
Namun, berbeda di mata Sony, cowok itu justru merespon dengan beda sikap Leony. Mengira bahwa cewek itu terkejut dengan pengakuannya. Hingga kemudian, ia lanjut berkata.
"Sebenarnya, tempo hari itu aku nggak sengaja denger obrolan kamu sama Miska sih. Ehm ... kayaknya kamu dan Eros berantem."
Mata Leony mengerjap-ngerjap. Sekarang ia memaksa otaknya untuk berpikir.
Eh?
Kapan aku dan Eros berantem?
Bukannya akhir-akhir ini kami berantemnya di kasur terus ya?
Ternyata, kejadian itu pun sudah nyaris menghilang dari ingatan Leony. Hingga ia butuh waktu beberapa detik lamanya untuk bisa mengingat kembali. Itu pun karena ucapan Sony selanjutnya. Yang sedikit banyak memberikan Leony petunjuk.
"Waktu kamu dimarahin Bu Donda sampe dia kena migrain," ujar Sony kemudian. "Aku nyusul kamu dan Miska. Sebenarnya nggak niat buat nguping, cuma nggak sengaja aja denger."
"Ehm ... itu ...."
Dengan tak nyaman, Leony menggaruk tekuknya. Berpikir, berusaha untuk menemukan jalan agar bisa keluar dari situasi yang tidak mengenakkan itu.
"Aku nggak habis pikir aja. Kenapa Eros harus gitu sama kamu? Padahal kamu udah berusaha jadi istri yang baik buat dia."
Leony tertegun. Dan hal itu tentu saja dimanfaatkan Sony untuk melanjutkan perkataannya.
"Kamu udah ngurusin dia. Dari pakaian sampe makanan, tapi kenapa juga dia malah buat kamu suka marah-marah? Dia benar-benar nggak beruntung jadi cowok."
Menarik napas dalam-dalam, Leony merasakan oksigen pelan-pelan memberikan dirinya sedikit ketenangan. Namun, tetap saja. Tidak cukup mampu untuk menyingkirkan rasa tidak enak yang mendadak saja tumbuh di dadanya. Rasanya membuat ia seperti sesak.
"Dia harusnya mikir kalau nggak seharusnya dia gitu sama kamu. Apalagi sampe nyia-nyiakan makanan yang udah kamu masak buat dia. Nggak bersyukur banget jadi cowok."
KAMU SEDANG MEMBACA
POSITIF! 🔞 "FIN"
RomantizmJudul: POSITIF! Genre: Romantis Komedi Dewasa (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Satu Kata" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ************** "BLURB" Pradipta Erosandy dan Leony Rosalie adalah satu dari sekian...