Sabtu Pagi, disebuah bandara ternama terdapat seorang pemuda yang sedari tadi mengerutu. Karena sudah hampir 30 menitan ia menunggu orang yang selama ini dirindukan, tetapi orang itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Ini mana sih Kak Arsya lama banget. Nggak tau apa gue udah lumutan nunggu dia," gerutu pemuda itu yang mondar mandir bak setrikaan dengan ponsel yang ada digenggamannya.
"Padahal enak-enak rebahan juga, tapi apa daya mau nolak perintah baginda ratu bisa-bisa pengeng kuping gue yang ada."
"Nih orang juga ngapain nggak angkat teleponnya."
"Ett dah, udah kaya orang ilang aja gue."
"Untung aja—"
"Ehemm," dehaman seseorang berhasil menghentikan gerutuan pemuda itu.
Lantas ia mendongak, betapa terkejutnya yang ada dihadapannya saat ini adalah orang yang sedari tadi ia tunggu.
"Udah kayak orang gila aja lo ngomong sendiri," kata orang itu.
"KAK ARSYA!!" pekik pemuda tersebut seraya memeluknya.
Dia Arsyakayla yang memutuskan untuk pulang ke Indonesia karena permintaan kedua orangtuanya, setelah dirinya berada di LA selama 6 tahun lebih. Dan pemuda yang sedari tadi mencak-mencak tidak jelas adalah Marcelino adik kandung dari Arsya.
"Lep-pasin lo mau bunuh gue," ucap Arsya dengan suara yang tersendat-sendat karena pelukannya semakin erat.
"Gila lo ya," ketus Arsya usai pelukannya terlepas.
"Sorry Kak hehe," ucapnya cengengesan.
"Eh, bentar bentar..." Ia memperhatikan wajah kakaknya lebih detail, Arsya yang bingung dengan sikap Marcel hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Lo beneran Kak Arsya? Mata gue gak salah kan? Tapi difoto sih ini bener-bener kayak Kak Arsya. Buset pangling gue, 6 tahun lebih gak ketemu udah kayak bule aja lo," heboh Marcel yang menghiraukan tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu lalang dibandara.
'Kelebayannya masih melekat ternyata' batin Arsya
"Emm, tapi lo nggak oplas wajah kan Kak?"
Pletakk
"Ssshh, apasih main jitak aja lo, sakit nih."
"Lebay, makanya nggak usah ngadi-ngadi deh," ketus Arsya.
"Hehe, ya barangkali aja ye kan," ujar Marcel membuat Arsya mendengus.
"Oh iya, kok lo lama banget sih? Gue dari tadi nungguin sampek lumutan tau nggak. Mommy juga, masih pagi udah heboh nyuruh gue cepetan ke bandara, pake ngancem uang jajan dipotong segala," ocehnya kesal, yang hanya dibalas gendikan bahu oleh Arsya.
Melihat itu Marcel hanya bisa mengelus dadanya, "Sabar-sabar orang sab—"
"Nggak usah di elus-elus punya lo datar."
"Apanya yang datar?" tanya Marcel dengan tampang sok polos.
"Ck, nggak usah sok polos deh lo," kata Arsya memutar bola matanya malas.
"Gue mah emang masih po—"
"Udah deh, nih bantuin bawain koper. Jangan nyrocos mulu lo, cape gue dengernya."
Marcel mendengus kesal. Namun tak urung ia segera membantunya, karena dia tau pasti kakaknya itu juga kelelahan.
Kakak beradik itu pun berjalan beriringan menuju mobil Marcel berada, guna memasukkan barang bawaan Arsya. Tak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Marcel melesat pergi meninggalkan bandara, untuk menuju ke mansion yang selama ini Arsya tinggalkan dan rindukan.
—
Setelah menempuh perjalanan selama 25 menit kini mereka telah sampai di depan gerbang mansion berlantai tiga.
Tin
Tin
Seorang pria paruh baya yang berjaga di pos satpam berlari kecil membukakan gerbang untuk anak majikannya.
"Makasih Mang," ucap Marcel.
"Sami-sami atu den," balas sopan sang satpam yang biasa dipanggil Mang Tono.
Mang Tono yang kebetulan berada disamping jendela sambil menunduk bisa melihat adanya seorang gadis yang berada di samping Marcel.
"Itu teh saha atu den?" tanya Mang Tono sambil menunjuk kearah Arsya yang sedang tertidur.
Yah, selama perjalanan Arsya tertidur karena kelelahan dan mengantuk.
"Itu mah Kak Arsya Mang."
"Serius atu den?" tanya Mang Tono dengan raut yang begitu terkejut.
"Iya Mang."
"Aduhh geulis pisan Non Arsya, saya sampai pangling lihatnya," puji Mang Tono, karena posisi kepala Arsya saat ini agak tertoleh kesebelah kanan jadi Mang Tono dapat melihatnya.
Yang hanya dibalas kekehan dari Marcel.
"Yaudah kalau gitu saya masuk dulu. Kasihan Kak Arsya pasti tidurnya kurang nyaman," ujar Marcel.
"Ah iya mangga atu den."
Setelah mobil itu memasuki halaman mansion dan berhenti, Marcel keluar terlebih dahulu lalu menyuruh 2 bodyguard yang sedang berjaga untuk membawa masuk barang bawaan kakaknya. Setelahnya ia berjalan membuka pintu yang berada di samping tempat duduk Arsya lalu menggendongnya ala bridal style.
Saat memasuki mansion, mereka sudah disambut oleh teriakan seorang wanita paruh baya siapa lagi jika bukan Mommy dari Arsya dan Marcel, tetapi terhenti karena sang anak memberi isyarat menaruh jari telunjuk dibibirnya."YAAMP—"
"Sstt.. Mom, Kak Arsya lagi tidur. Udah nanti aja teriak-teriaknya, jangan sekarang. Pending dulu ya, kasian nih keliatan kecapekan banget," ujar Marcel pelan.
"Oh gitu ya oke-oke."
"Kalau gitu ak—"
Belum sempat Marcel selesai bicara, ucapannya sudah dipotong terlebih dahulu oleh pria paruh baya yang baru saja turun dari lantai dua, dia Jeremy sang kepala keluarga.
"Apa yang kamu lakukan Marcel?" tanya Jeremy dingin, melihat putranya menggendong seorang gadis, apalagi sampai membawanya ke mansion.
"Sstt.. Dad, diem kasian Kakak/putriku lagi tidur," bisik Elenka dan Marcel bersamaan.
"Hah?"
"Itu serius Arsya?" tanya Jeremy dengan raut yang begitu bahagia, karena ia sangat merindukan putri satu-satunya itu.
"Iya Dad," jawab Marcel.
"Ya sudah sana kamu bawah ke kamarnya," titah Jeremy yang di angguki oleh Marcel.
—
Sampai didepan pintu kamar yang bercat putih, tangan kanan Marcel bergerak untuk mencapai gagang pintu. Sesudah pintu terbuka dengan sempurna ia berjalan ke tepi ranjang, lalu ia lepaskan sepatu yang melekat dikaki Arsya dan dibaringkan tubuh itu di kasur.
"Aku menyayangi kakak," ucap Marcel yang tengah mengelus pelan puncak rambut Arsya.
Sebelum keluar, Marcel menyempatkan untuk mencium pipi Arsya dan menyelimutinya sebatas dada, setelah itu ia melangkah keluar.
——————————————————
TBCfollow : coffetiramisyuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSHEIRAZ
Teen FictionBercerita tentang seorang pemuda bernama Alsheiraz, seorang pemuda tampan namun memiliki sifat yang irit bicara, dingin, datar, dan cuek dengan sekitarnya. Lalu apa jadinya jika kedatangan seorang siswi baru gadis cantik dengan segala tingkah lakuny...