☘️ What a call

1.9K 280 25
                                    





Dengan wajah ngantuk Rosé menyeret kopernya keluar menuju gerbang penjemputan, ia merekatkan mantel udara Ilsan menerpa begitu keluar dari dalam gedung statsiun.  Sosok sepupunya yang tinggi dan imut langsung terlihat diantara kerumunan orang yang juga hendak menjemput. Ia melambaikan tangan dan sepupunya segera menghampiri.

"Noona" sapanya sambil mengambil alih koper yang dipegang Rosé.

"Park Jisung sejak kapan kau jadi setinggi ini?" komen Rosé sambil merangkul bahu pemuda itu.

Pamannya mendekat wajah, gesture dan juga suara sangat mirip mendiang ayahnya itulah sebabnya Rosé tak dapat menahan air mata dan berlari mendekap pria paruh baya itu.

"Paman" sapa Rosé dan memeluk erat. Pamannya membalas pelukan dan mengelus kepala Rosé.

"Syukurlah kau sampai dengan selamat, kau pasti lelah dan lapar harusnya kau tak menolak saat kami ingin menjemputmu ke Seoul" Rosé menggeleng dalam dekapan lalu setelah puas ia pun melepas pelukan dan memandang pamannya lekat.

"Ayo ke mobil, bibimu sudah menunggu di rumah dengan masakannya, kau jangan menolak nanti makan yang banyak. Paman tak suka keluargaku terlihat kurus" Rosé dan Jisung tertawa terutama melihat sosok Jisung yang tinggi langsing menjulang seperti tiang.

"Apa kau punya seseorang yang disukai Jisung?" tanyanya iseng sambil berjalan menuju mobil, pemuda delapan belas tahun itu tersenyum malu.

"Dia sedang puber aku tak mengerti apa yang dia kerjakan sehari-hari dengan handphone-nya... siiiibuk melebihi orang kantoran" omel paman Park seperti curhat sementara anaknya hanya merenggut.

"Apa yang kau sukai itu teman sekelasmu?"

"Ah gak usah ngomongin itu please" protesnya dan Rosé jadi tertawa.

Mereka masuk ke mobil dan tak lama melaju meninggalkan statsiun. Rosé menatap pemandangan malam kota Ilsan, pamannya menyetir seraya tak henti mengajak ngobrol menanyakan berbagai macam hal.





" Pagi Rosé, apa kau sudah bertemu keluargamu, kenapa kau tak mengabari? Aku akan menemuimu secepatnya, Rosé berjanjilah jangan marah padaku oke"

Ia membaca pesan yang dikirim Eunwoo pagi-pagi buta, ia sedang menikmati kamar baru yang disiapkan bibinya. Rosé mengeliat masih ditempat tidur kemudian bangkit hendak menyapa keluarga pamannya dan sarapan. Ia tak ingin membalas pesan Eunwoo dan lebih memilih menikmati waktunya bersama keluarga.





☘️

Cuaca sejuk membuat Rosé betah duduk menghadap danau besar yang ada di Ilsan. Area itu sering muncul di drama televisi  dan tempat bersantai para penduduk sekitar.

Ia bersandar dan membuka cemilan yang di bekalnya, Rosé menatap baby bump yang semakin nampak, ia masih galau bagaimana memberitahukan pamannya. Jujur ia merasa takut akan diusir.

Sudah tiga hari ia tinggal bersama mereka dan mereka terlihat senang dengan kehadiran Rosé. Rosé tak tega mengecewakan mereka. Senin depan ia akan mulai bekerja di instalasi farmasi rumah sakit cabang Ilsan hal itu juga sedikit membuatnya resah. Apakan mereka akan membatalkan perekrutannya jika tahu dirinya sedang hamil.

HIDDEN [ ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang