☘️ What a chat

1.8K 277 19
                                    





Dengan membawa setengah lusin kaleng beer ia mengetuk pintu kamar asrama Lisa yang ada di lantai enam.

Begitu dibuka ia langsung nyelonong masuk.

"June brengsek gak mau nungguin, membatalkan janji seenaknya aja" gerutunya sambil duduk di lantai karpet bersandar pada tempat tidur Lisa.

"Apa salahnya sih nunggu bentar ini main cabut aja!" gerutuan Rose masih berlanjut. Sebenarnya kekesalan kepada June tak seberapa tapi ia juga tak bisa menceritakan kekesalan pada ibunya Eunwoo pada Lisa.

"Ngapain kesel ke June, udah lupakan dia, gak guna ngomongin dia "

"Kok gitu sih Lis?" Rosé heran dengan nada bicara Lisa.


"Soalnya aku tuh dah jengah melihat kalian. Kupikir setelah dia keluar dari wamil kalian akan mulai menjaga jarak tapi ternyata gak ada bedanya. Mau sampai kapan sih Rosé buang-buang waktu?"

Rosé terkejut kenapa tiba-tiba Lisa jadi reseh, ia sedang kesal tapi mendengar ocehan itu semakin membuat dua kali lipat rasa kesalnya.

"Kamu kok jadi reseh, apa kami mengganggumu?"

"Tidak sebagai teman aku memberitahukanmu agar hubungan kalian segera diperjelas"

"Sejak kapan kamu suka nyinyir, aku aja gak pernah ikut campur urusan kau dan Jungkook"

"Rosé buka matamu! banyak pria diluar sana yang siap menjalin hubungan serius denganmu, kita akan lulus sebentar lagi dan memiliki seeorang saat semua teman-temanmu berpencar dengan kehidupan masing-masing bisa menjadi support system bagimu, apa beneran kamu tak menginginkannya?" Rosé menatap Lisa baru kali ini Lisa mengkritiknya sedalam itu.

"Tentu saja aku ingin"

"Lalu kenapa tidak mulai menjalin hubungan yang serius dengan seseorang? Atau gak resmikan statusmu dengan June" Rosé tercenung kenapa sobatnya tiba-tiba seperti itu.

"Aku mengerti maksud baik mu tapi apa kau tau suatu kenyataan yang lucu?" Rosé tertawa hampa membuat Lisa menoleh.

"Apa?"

"Aku selalu serius saat menjalani hubungan tapi pada akhirnya mereka semua perlahan meninggalkanku saat tahu keadaan diriku"

 "Kau ingat aku pernah pacaran dengan anak dari jurusan Kimia aku bahkan dikenalkan ke keluarganya dan saat mereka tahu aku tak memiliki orang tua, lelaki itu perlahan menjauh" 

"Tidak hanya dia, kakak kelas yang pernah berkencan denganku pun begitu padahal aku sangat mencintai dan berharap serius dengannya, tapi apa kenyataannya keluarga dia keberatan karena aku yang sebatang kara"

 "...dan itu terjadi juga dengan pacar terakhirku yang hanya bertahan tiga bulan...apa salahku? apa menjadi yatim piatu itu begitu memalukan untuk jadi menantu" Rose menatap Lisa. Ia menahan airmatanya tidak ingin terlihat cengeng. Dadanya terasa sesak.

"Kurang serius apalagi aku jika kenyataannya mereka menjauh hanya karena aku yang tidak punya keluarga utuh"

"Setidaknya June tetap bersikap sama dan tak menjauh, kau tak tahu apapun tentang perasaan terbuang dan tertolak yang kulalui...lalu  apa hak mu untuk merasa jengah"

Rosé berdiri lalu pergi dengan perasaan sedih, marah dan kecewa yang bercampur. Ia hampir membanting pintu kamar Lisa.

"Rosé.. Rosé maafkan aku, aku sama sekali tak tahu itu" Lisa berusaha mencegahnya pergi tapi Rosé sudah berlari menjauh sambil berurai air mata. Baru kali ini ia menangisi karena keadaannya. Selama ini ia selalu berusaha tegar agar orang-orang tak mengasihaninya.

HIDDEN [ ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang