Rosé berbaring di kasur setelah membersihkan diri ia menggeraikan rambutnya dan belum ingin mematikan lampu kamar dan malah menatap langit-langit kamarnya sambil berpikir.
Ia tak pernah meminta untuk hamil di luar nikah seperti sekarang, jadi haruskah ia bersyukur atas pemberian ini. Rosé mengelus perutnya yang terasa keras. Ia harus memeriksakan diri minggu depan, masalahnya apakah dia akan nekat pergi periksa sendirian.
Meskipun paman sangat menyayanginya, ia tetap merasa takut akan dibiarkan seorang diri menghadapai semua ini.
Ia juga tak memiliki kepercayaan diri untuk masuk kedalam keluarga besar Eunwoo. Keluarga Cha terlalu berbeda dan sulit digapai untuk orang biasa sepertinya, itulah kenapa ia perlu kepastian orang tua Eunwoo akan menerima Rosé apa adanya dan tak menuntut lebih dari seorang yatim piatu seperti dirinya.
Ia hendak menarik selimut saat ponselnya berdering dan incoming video call muncul dari Eunwoo. Walaupun pesan-pesannya Rosé abaikan tapi pria itu tetap mengiriminya setiap hari. Rosé pun mengangkatnya.
"Eunwoo" panggil Rosé dengan suara serak saat melihat wajah pria itu. Eunwoo terlihat tersenyum "Aku sudah mau tidur..." Rosé berusaha bangkit dan merapihkan rambut dengan jarinya.
"Cantik" ucapan Eunwoo membuat Rosé menghentikan jemari di rambutnya "Aku suka melihatmu" Rosé tertegun tak bisa mengendalikan hatinya yang ribut mendengar suara Eunwoo .
"Aku kangen Rosé" kata Eunwoo.
Jujur Rosé juga merasakan hal yang sama ia merindukan Eunwoo. Merindukan senyum dan tatapan Eunwoo yang menawan.
"Aku ingin mendengar suaramu. Apa saja yang kau lakukan hari ini" ucap Eunwoo masih dengan suara dan tatapan lembut. Rosé membuang pandangannya. Pikirannya sibuk menetralkan detak jantungnya yang mendadak kencang.
"Jangan menatapku begitu" ujar Rosé malu-malu kali ini Eunwoo terkekeh. Terlihat Eunwoo menyandarkan tubuhnya ke kursi "Aku sedang mempersiapkan diri untuk mulai masuk kerja hari Senin nanti" Rosé memberitahukannya.
"Sama aku juga sedang mempersiapkan diri"
"Oh untuk mulai bekerja?"
"Bukan untuk datang melamar mu" muka Rosé seketika memerah.
"Jangan bercanda denganku. Aku sedang tak ingin mendengar kata-kata gombal" Eunwoo tertawa.
"Kau tak marah padaku kan Rosé?" Rosé menggeleng "Lalu kenapa pesanku tak kau jawab-jawab, kau sengaja ya?"
"Aku sibuk..." jawabnya tanpa menatap Eunwoo .
"Sibuk apa? sibuk menghindari ku?"
"Eunwoo!...kalo kau bicara begitu aku akan menutup telponnya"
"Iya-iya maaf. Apa kau tak kangen padaku Rosé?"
"Tidak..." tentu saja bohong karena ia masih tidak menatap Eunwoo.
"Aku tahu kau bohong" godanya membuat Rosé terlihat cemberut "Aku ada berita bagus, orang tuaku sekarang sudah tak keberatan kalo kita serius menjalin hubungan Rosé. Jadi apakah kau mau pacaran denganku?"
Rosé tertegun sekaligus geli mendengar pertanyaan pria itu. Dan sepertinya Eunwoo tak bohong mengenai sikap orang tuanya, toh Nyonya Cha secara tersirat juga ditelepon sudah mengatakan hal yang sama.
"Rosé?" Eunwoo menunggu jawaban Rosé sambil menatap lekat.
"Sudah kubilang jangan menatapku begitu?"