Saat langit sore menunjukan warna keorange-an, mereka baru saja tiba di depan rumah Kaira. Dan dugaan Arka memang benar jika gadis itu adalah orang yang dimaksudkan dalam kasus sebagai tersangkanya. Kaira menghentikan langkah kakinya ketika berada di perkarangan rumahnya membiarkan kucing yang dipegangnya lepas. Setelah kucing itu pergi barulah ia menatap Arka yang masih berdiri di belakangnya."Mau masuk nggak?"
"Boleh minta minum?" tanya Arka.
"Tunggu di sini. Gue ambilin." final Kiara.
Kaira lantas pergi masuk ke dalam rumahnya hendak mengambilkan segelas air untuk Arka. Hingga beberapa menit kemudian, Kaira keluar dari rumah dengan membawa gelas berisi air putih. Pria itu mengambil segelas air dari tangan Kaira, lalu meneguknya. Kaira memperhatikan Arka yang sedang minum itu dengan tatapan tajam seperti singa hendak menerkam mangsanya.
"Lo bukan orang yang menyamar buat mata-matain gue kan?" tanya Kaira mamastikan.
Mendengar tebakan itu membuat Arka batuk lantaran tersedak air, ia membulatkan bola matanya menatap Kaira seraya menelan ludah.
"Eh! Bukan! Ada-ada aja kamu. Emang ini filem aksi apa ya? Ha-ha." timpal Arka tertawa hambar."Tinggal ngaku aja sih juga nggak papa. Kan gue cuma nebak." sinis Kaira.
"Kenapa curiga?" tanya Arka tiba tiba.
Kaira menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Arka tadi, ia mulai mendudukan badannya di kursi panjang berwarna putih yang ada di perkarangan rumahnya. Begitu pula Arka yang mengikuti Kaira dengan duduk di sampingnya.
"Tadi siang gue gak berangkat sekolah karena beberapa polisi menangkap gue karena gue jadi tersangka pembunuhan teman gue... Navin."
"Kenapa kamu jadi tersangkanya?" tanya Arka pura-pura tidak tau.
"Karena... Cuma gue yang ada di lokasi kejadian. Mereka ngelepasin gue karena sidik jari gue gak cocok. Dan gak ada bukti yang kuat juga. Ha-ha."
"Kamu waktu itu lagi ngapain?" tanya Arka lagi.
Namun kali ini Kaira tertawa mendengar ucapan Arka karena ia merasa jika Arka bertanya seperti itu seakan-akan sedang mengintrogasinya. Arka dibuat bingung karena tawaan Kaira barusan.
"Hmm, ngomong-ngomong dimana rumah lo?" tanya Kaira.
"Noh." sahut Arka mengangkat dagunya menunjuk rumah bercatkan biru yang berada di sebrang.
Kaira ikut menolehkan pandangannya ke arah rumah yang Arka tunjuk tadi. Itu artinya pria dihadapannya itu adalah tetangga barunya.
"Kenapa pindah ke sini?" tanya Kaira memastikan.
"Saya ada urusan pekerjaan di sini."
"Apa itu?" Kaira bertanya lagi.
"Saya ada panggilan jadi guru di SMA Bestari." balas Arka.
"Wah?! B-berapa umur lo?" tanya Kaira seraya membulatkan kedua bola matanya.
"27?"
Kaira tentu terkejut saat mengetahui usia Arka yang jauh lebih tua darinya, apalagi raut wajah serta postur tubuhnya terlihat jika usianya tidak jauh lebih tua dibandingnya. Arka terlihat seperti pemuda berumur 19 tahun. Gadis itu meminta maaf pada Arka karena tadi sikapnya terbilang tidak sopan pada orang yang lebih tua, apalagi Arka adalah guru yang akan mengajar di sekolah yang ia singgahi.
"Camkan ini ya pak. Aku bukan pembunuh." ucap Kaira dengan tatapan serius.
Dan semenjak Kaira tau umur Arka jauh lebih tua darinya, gadis itu mulai berbicara secara formal lagi atau bahkan lebih sopan. Tidak ingin berlama-lama lagi berada di rumah Kaira, Arka pun berpamitan pada pemilik rumah untuk pulang. Sepulangnya ia dari rumah Kaira, pemuda itu langsung masuk ke dalam penginapananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
ActionLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...