14 Juni 2020
Malam itu suasana hati Fiya tidak karuan lantaran pikiran tentang kejadian tiga minggu lalu di kamarnya amat tidak bisa dilupakan. Bagaimana sekarang dia bisa sedih padahal ia sendiri yang telah tenggelam dalam fantasinya? Apalagi saat mengingat hari dimana ia bertemu Navin di minimarket, saat Fiya memandangi test pack yang ada di depannya dengan perasaan sangat was-was. Jika ia tidak mengambilnya, dia tidak akan tau bagaimana hasil yang sebenarnya, tapi jika mengambilnya ia akan malu jika ada orang mengenal Fiya melihatnya. Dengan nyali yang sudah ia kumpulkan sendari tadi, ia pun berani mengambil test pack tersebut.
"Brengsek! Sialan lo!" umpat Fiya dengan suara sekecil mungkin. Fiya merutuki ayah dari anak yang telah dikandungnya.
Dan saat Fiya hendak menyembunyikan dibalik kemejanya agar tidak dilihat orang lain, ada tangan yang tiba-tiba mencengkram kuat tangan Fiya dan mengangkat tangan yang memegang benda berwarna pink itu tepat di depan matanya.
"N-navin... " ucap Fiya gagap.
Pria itu memang Navin. Pemuda itu tidak sengaja memergoki Fiya saat membeli benda itu. Tentu Navin terkejut saat Fiya mengambil test pack. Bahkan matanya melotot saat menatap Fiya.
"Ngapain lo beli ini?" tanya Navin.
"B-bukan." balas Fiya terbata-bata.
"Lo masih sekolah, anjir!" pekik Navin.
Segera Fiya menepis tangan Navin agar melepas cengkraman tangannya. Fiya kemudian menyembunyikan benda yang telah diambilnya itu dibalik tubuhnya. Jantung Fiya berdebar kencang saat itu juga, ia tau bagaimana pikiran Navin.
"Apaan sih! Gak usah ganggu! Ini buat tante gue!" ketus Fiya.
"Kok ragu buat ambil? Gue lihat gerak-gerik lo dari tadi." sergah Navin.
"Lo penguntit?" tanya Fiya yang sudah kesal dengan pertanyaan Navin.
Navin terdiam seraya menyatukan kedua alisnya. Fiya lantas berbalik hendak meninggalkan Navin di tempat, Fiya tidak mau terus-terusan berada di dekat Navin. Namun langkah Fiya tiba-tiba terhenti saat Navin mengatakan.
"Waktu ulang tahun Sifa tiga minggu lalu, lo dateng. Di akhir acara Sifa, Gilda, Olivia cariin lo. Lo kemana?" tanya Navin.
Merasa tertarik dengan ucapan Navin, Fiya berbalik hendak menjawab pertanyaannya.
"Apa urusannya sama lo?" tanya Fiya.
"Ha-ha, bersamaan itu... Kita juga cari Nazmi. Kalian berdua ngilang secara bersamaan. Kemana kalian?" tanya Navin penuh sarkastik.
Fiya terdiam ketar-ketir dan mengingat kejadian hari itu. Sungguh rasanya benar-benar takut dan semua itu seperti di luar kesadarannya. Fiya yang sedang membeku di tempat diterpa kebingungan dan ketakutan dengan apa yang diucapkan Navin barusan.
"Dan gue inget, Papa Nazmi nemenin tante Miyata di rumah sakit. Otomatis rumah itu kosong. Apa pikiran gue sama kaya yang lo pikirin?" sarkas Navin.
Fiya tidak tahan lagi dengan intimidasi yang dilemparkan Navin untuknya. Fiya berteriak sebelum akhirnya dirinya mendorong kuat tubuh Navin hingga punggungnya menabrak troli di belakangnya. Dan saat itu pula mereka berdua menjadi pusat perhatian pelanggan yang ada di sana.
"Cukup!! Lo mau mati, hah!!" seru Fiya.Beberapa hari setelah kejadian itu, Fiya merenung di kamar selera makan tiba-tiba hilang. Bahkan saat bayinya menginginkan asupan makanan, Fiya seakan acuh akan hal itu.
Fiya mengambil ponsel yang ada di atas kasur hendak mengajaknya bertemu di taman. Navin menyetujui ajakan Fiya yang hendak bertemu di taman jam delapan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
ActionLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...