Sore itu tepatnya setelah pulang dari sekolah, Kaira berjalan dengan menggendong ransel hitamnya. Dia berjalan tepat di pinggir jalan, wajahnya tersinari oleh surya pukul 16:00. Ketika pengelihatannya menatap ke bawah, ia sadar jika tali sneakers putihnya lepas. Gadis itu segera berhenti, membungkuk dan berjongkok untuk mengikat tali sepatunya dengan sampul sempurna. Ketika Kaira berdiri usai mengikat tali sepatunya, suara nyaring dari mesin motor terdengar. Dan benar saja jika seorang pengendara motor sedang menuju ke arahnya.
Dia Kiyan, yang baru saja menghetikan ninja merahnya di depan Kaira dan kemudian melepaskan helm dari kepalanya.
"Kaira, sendirian?" tanya Kiyan.
"Bukannya lo ada basket ya?" balas Kaira.
"Bukan latihan. Cuma milih kapten baru aja. Tebak siapa yang jadi kapten basket SMA Bestari?"
Mendengar tebak-tebakan dari Kiyan, Kaira lantas merotasikan bola matanya malas. Ia berbalik memilih meninggalkan Kiyan dari pada harus menjawab hal_yang menurut_Kaira adalah hal bodoh.
"Eh! Kaira!" panggil Kiyan seraya menarik sedikit pedal gas motornya untuk mengejar Kaira.
"Apa lagi? Gue gak peduli!" ketus Kaira.
"Iya, gue salah. Oh iya, gue mau ke rumah Navin. Gue mau... "
Belum selesai Kiyan menjelaskan alibinya tadi, Kaira langsung berlari kecil menuju arah motor Kiyan dan langsung menaikinya.
"Yaudah, cepet. Gue mau ikut." ucap Kaira.
"Lo yakin?"
"Maksud lo apa?"
"Eoh, enggak. Enggak papa." balas Kiyan.
Kiyan pun menarik pedal untuk melaju menuju rumah Navin. Dari gerak-gerik Kaira, Kiyan yakin jika Kaira sangat ingin bertemu dengan keluarganya. Dari balik helem, Kiyan memasang raut wajah tidak senang saat dengan ambis meminta Kiyan melajukan motornya lebih cepat.
Sesampainya di rumah Navin, ninja merah milik Kiyan berhenti. Kaira cepat-cepat berlari meninggalkan Kiyan yang sedang memarkirkan motornya. Kiyan yang melihat Kaira berlari pun segera berlari mengejar Kaira.
"Eh, Kaira tunggu!" pekik Kiyan.
Pintu rumah Navin tidak tertutup, pintunya terbuka secara lebar-lebar, namun satu hal yang di kejutkan Kaira adalah ketika melihat isi rumahnya berantakan. Banyak prabotan rumah berceceran di lantai. Kaira bingung sekaligus terkejut mengapa keadaan rumahnya menjadi seperti ini.
Saat baru saja melangkah masuk lebih dalam lagi, Sebuah vas tiba-tiba melayang ke arah Kaira. Untung saja gadis itu segera menghindar agar tidak mengenai vas berukuran empat puluh sentimeter tersebut. Kaira melihat vas tadi pecah mengenai tembok dan hancur di lantai, debaran jantung tidak menentu saat ini, ia terkejut dengan lemparan vas tadi.
Suara hentakan langkah kaki terdengar. Ketika Kaira menoleh ke depan, ada Yatma-atau ayah dari mendiang Navin-yang datang dengan mata semerah kulit rambutan yang sudah matang.
"Pembunuh!!" gertak Yatma setelah menampar pipi Kaira begitu keras.
Dan lagi, hati Kaira teriris ketika mendengar sebutan itu. Kaira memegangi pipinya yang merah karena tamparan. Gadis itu menangis bukan karena tamparan Yatma, tapi karena sebutan (pembunuh) yang dikatakan oleh Yatma.
"Mau apa kamu ke sini? Seneng lihat penderitaan kami? Hah? Kamu bunuh saya juga? Ayo bunuh!! Jangan hanya putra kami yang kamu bunuh!!" erang Yatma.
Yatma mengeluarkan tenaganya hanya untuk membentak gadis yang ikutan menangis di depannya itu. Dirinya mengretakan giginya hingga urat lehernya terlihat begitu jelas serta mata merah yang bersinar di kedua sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
ActionLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...