Desahan nafas dengan tempo cepat Fiya keluarkan begitu saja. Ia merasa marah dengan Kaira karena berpikir Kaira-lah yang membongkar rahasianya _Memang Kaira bercerita tentang rahasia Fiya ke Arka, tapi Kaira tidak maksud buruk_Hingga Fiya melepasakan cekikan dari leher Kaira dan menghempaskan Kaira asal begitu saja. Sekepergian Fiya dari hadapan Kaira, Kaira langsung menatap Fiya dengan tatapan tajam. Deru nafas pun tidak beraturan karena cekikan tadi, rasanya tadi nyawa nyaris saja melayang.
Fiya lantas masuk ke dalam kelas setelah melepaskan kekesalannya pada Kaira. Namun saat Fiya masuk ke kelas, semua mata memandanginya dengan mata sinis. Semuanya seakan jijik melihat Fiya.
Lain halnya dengan Sifa. Gadis itu memandang Fiya dengan senyuman smrik. Rasanya ada kepuasan tersendiri mengetahui berita besar yang Fiya sembunyikan darinya. Sifa yang duduk lantas berjalan dengan langkah angkuh mendekati Fiya.
"Oh! Jadi lo mau jadi Mama ya? Ha-ha-ha, selamat ya. Gak nyangka lho gue. Siapa bapak-nya?" sarkas Sifa.
Fiya kebingungan. Namun lagi, pernyataan seperti itu membuat dirinya menangis. Pasalnya Fiya tidak tau bagaimana Sifa tau akan hal itu? Sifa sedang menghinanya atas kehamilan Fiya selama ini.
"Diam Sifa! Lo permalukan gue!" ketus Fiya.
Mendengar itu, Sifa menyibakan rambutnya di belakang telinganya.
"Hah! Apa?! Permaluin lo? Ha-ha-ha lo lucu banget. Hey! Gadis pelacur ini bilang gue permalukan dirinya, Ha-ha-ha... Lucu! Lucu banget!" cerocos Sifa sambil tertawa puas.
Sifa benar-benar mempermalukan Fiya di depan kelas. Belum lagi anak-anak kelas sebelah menyaksikan Fiya yang menjadi bulan-bulanan.
"Stop!! Hamil usia pelajar woey!" sahut siswa yang memperhatikan dari luar jendela.
"Jalang dia jalang!! Ha-ha-ha." erang salah satu siswa yang ada di dalam kelas paling pojok.
Ketika anak itu menyahut, semua pun ikut-ikut menyoraki Fiya dengan hujatan dan kata-kata kasar yang begitu menusuk hati. Sedangkan Sifa yang berada di depan Fiya tersenyum puas melihat penderitaan Fiya. Fiya masih tidak mengerti bagaimana Sifa yang harusnya membela dirinya sebagai sahabatnya, tapi malah yang paling mengintimidasinya?
"Jangan pernah remehin gue!" bisik Sifa di telinga Fiya sebelum dirinya kembali duduk di mejanya.
Fiya kembali menunduk sambil menangis di depan kelas. Orang-orang tidak henti-hentinya menghujatnya. Bahkan ada yang sampai melemparkan dirinya dengan gumpalan kertas. Jika digambarkan seperti apa perasaan Fiya, ia sudah pasti ingin lari lompat dari jendela dan berharap nyawanya melayang saat itu juga.
Kabar itu dengan sudah sampai hingga kelas Raif. Tentu Nazmi pun mengkhawatirkan akan hal tersebut. Dengan cepat ia berlari menuju kelas Fiya, dan ketika ia berada di kelas, Fiya masih tertunduk sambil menangis di depan kelas dengan disoraki hujatan serta gumpalan kertas yang dilemparkan begitu saja pada Fiya.
Pemandangan itu membuat perasaan Nazmi berkecamuk geram, membuat ia lantas masuk ke dalam kelas Fiya. Ditendanglah salah satu bangku di kelas itu yang membuat suasana seketika hening. Mereka terkejut dengan kedatangan Nazmi.
"Kalian bahkan lebih sampah karena menertawakan penderitaan orang lain!!!" erang Nazmi menatap semua orang satu-persatu dengan wajah merahnya karena marah.
"Dan lo Sifa! Jangan harap hidup lo bisa tenang karena mengusik Fiya!" timpal Nazmi.
Dan ya, tidak ada yang berani menjawab ucapannya barusan. Benar seperti pidatonya saat cerdas cermat kemarin yang mengatakan 'Orang pintar akan lebih dihargai'. Semuanya hening ketika Nazmi marah tadi. Laki-laki itu berbalik badan melihat Fiya yang sedang menangis tertunduk. Nazmi mendekat dan berdiri menatap Fiya. Di tangkupnya kedua pipi perempuan itu dan mencoba membuatnya berhenti menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
AksiLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...