Di koridor yang terlihat sepi, Kiyan melangkahkan kakinya menuju kelas musik setelah tadi ia ke toilet. Di kelas tersebut terdapat beberapa teman sepergaulannya yang sedang berkumpul seperti sedang melihat sesuatu di ponsel. Reaksi mereka kesenangan dan terlihat seru. Kiyan sedikit penasaran ikut gabung untuk menonton.
Dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat beberapa gadis sedang saling berkelahi di kelas. Vidio itu dengan cepat langsung menyebar dan menjadi buah bibir satu sekolah.
"Kaira?!!" seru Kiyan.
Semua yang mendengar seruannya menatap Kiyan. Termasuk Nando yang sedang memegang ponsel. Bahkan Raif dan Nazmi yang sedang berkutik dengan bukunya ikut menoleh mendengar pekikan Kiyan.
"Dari mana vidio ini?" tanya Kiyan.
"Darimana vidio ini gak penting. Gue dengar cewe ini kena skors. Ha-ha, dia gak tau siapa orang tua Sifa." kata Nando.
"Hapus vidio itu!" pinta Kiyan.
"Kenapa? Ini bagus. Lihat, Kaira jadi gila karena pacarnya mati, si Navin, ha-ha." kelakar Nando.
Merasa kesal karena Nando tidak mau menghapus vidio itu Kiyan melayangkan satu pukulan di pipi Nando dengan keras hingga ponsel yang dipengangnya terjatuh ke lantai. Nando yang tidak terima dirinya dipukul pun hendak membalas kembali, namun dari belakang Nazmi menahan Nando agar tidak memukul Kiyan.
"Hentikan. Lo gak malu? Gak usah bawa-bawa nama Navin lagi!" Nazmi menatap tajam Kiyan.
"Tapi dia udah keterlaluan!" seru Kiyan.
"GUE BILANG CUKUP!!" bentak Nazmi dengan suara yang sangat keras. "Udah ya, berhenti bahas itu!" lanjut Nazmi mengeraskan rahangnya karena marah.
Jantung Kiyan berdetup kencang karena bentakan itu, ia tidak pernah mendengar Nazmi membentak. Di mata Kiyan, Nazmi adalah sosok yang lembut dan murah senyum. pikir teman-temannya. Bahkan bentakannya tadi membuat seisi kelas menjadi hening.
Hingga akhirnya Nazmi mengambil ponsel Nando dan langsung menghapus vidio itu untuk meminimalisir adanya kegaduhan lagi.
Bel pulang berbunyi kemudian, memecahkan ketegangan antara Kiyan dan Nazmi. Kiyan mendengus kesal akhirnya, ia kemudian mengambil ranselnya dan pergi meninggalkan kelas itu.❤
Pulang dari mengajar, saat itu Arka mendapat panggilan dari kepolisian untuk segera menuju ke TKP (Tempat di mana Navin saat itu ditemukan dengan keadaan tertusuk, sebelum koma di rumah sakit hingga pada akhirnya meninggal). karena atasan terus saja mendesak untuk segera menuju TKP, Arka akhirnya menuju ke tempat yang dimaksud.
Tempat itu di tengah hutan, dengan sebuah gubuk tua di sana. Arka agak kesal, karena ketika di sana memang tidak ada apa-apa selain garis polisi dan rekan kerjanya di sana, Danu dan Revan. Revan merupakan atasan yang dimaksudkan tadi. Ketika Arka sampai, Revan langsung menyuruh Arka duduk sambil meminum kopinya, padahal Arka tadi cepat-cepat datang kemari dan meninggalkan urusannya di sekolahan demi kepentingan kasus. Arka menghela nafas pasrah.
"Udah berminggu-minggu kasus ini gak terselesaikan, apa sebaiknya kepolisian menutup kasus ini? Menutup kasus ini untuk sementara maksud saya." saran Revan.
"Apakah pihak keluarga tidak keberatan dengan ini?" Danu bertanya dengan wajah polosnya.
Sementara Danu dan Revan mengobrol, Arka memilih masuk ke dalam gubuk tersebut. Ia melihat-lihat tempat itu yang hanya ada ranjang kayu yang sudah rapuh, meja, lemari, peralatan kayu lainnya yang sudah usang serta beberapa garis lingkaran putih yang mereka tandai sebagai bukti. Tiba-tiba saja, Danu masuk dan berdiri di samping Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
ActionLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...