Pagi yang cerah di hari kamis saat hembusan angin mengibas rambut kering seorang remaja tampan yang sedang berjalan seorang diri di tengah-tengah siswa yang sedang berjalab memasuko gerbang sekolah, dia adalah Raif. Dan dari belakang Ezra yang melihat Raif berjalan pun berlari kecil hendak menghampirinya.
"Raif," panggil Ezra seraya menepuk bahu Raif.
"Apa?" Raif berdengung seraya bertanya."Lihat tugas fisikanya dong. Gue belum nih." pinta Ezra.
"Iya, nanti gue lihatin."
"Nah, gitu dong. Oh iya, ngomong-ngomong Arsan gimana? Kira-kira dia mau balas dendam juga gak ya, kemarin lo gebukin dia sampe teler," ucap Ezra.
"Biarin aja." celetuk Raif terdengar dingin.
Ketika Ezra dan Raif sedang asik mengobrol, tidak disangka ada seseorang yang menyelip masuk menerobos celah jarak antara Raif dan Ezra. Si penerobos itu malah senyum-senyum sendiri ketika menyempil di tengah.
"Bangsat!" umpat Ezra karena terkejut.
"Eh?! Nazmi!!" seru Raif ketika melihat Nazmi.
"Hai," sapa Nazmi.
Raif terkejut sekaligus senang. Nazmi akhirnya bisa kembali ke sekolah setelah satu minggu dia absen karena harus dirawat di rumah sakit karena babak belur dikeroyok Arsan dan kawan-kawannya. Terakhir kali mereka berkumpul adalah saat mereka menghadiri upacara pemakaman Navin saat itu.
"Lo udah sehatan, Naz?" tanya Ezra.
"Iya udah. Ngomong-ngomong ada berita heboh gak semenjak gue gak berangkat?" tanya Nazmi.
"Wuh, banyak banget bro!" balas Ezra.
"Apaan?" tanya Nazmi lagi.
Raif dan Ezra lantas menceritakan tentang kemarin saat Arsan pulang dengan keadaan babak belur. Nazmi yang nampak tersenyum tipis setelah mendengar ceritanya, meski ia juga memiliki perasaan senang kala mendengarkan bercerita tadi. Mereka bertiga lantas melanjutkan berjalannya menuju ke kelas sebelum bel masuk berbunyi.
Dan saat itu kegiatan belajar mengajar berlangsung selama empat jam, kedatangan Nazmi di sekolah hari itu disambut hangat oleh teman-temannya. Apalagi Nando dan Ezra yang sangat berisik membicarakan hal-hal random pada Nazmi, terlihat berlebihan memang.
"Ke kantin yuk, minum soda buat rayain kembalinya Nazmi di sekolah." ajak Nando.
"Yok, makan soda sampe mabok boleh tuh. Ha-ha," kelakar Ezra.
"Lan, lo mau ikut gak?" ajak Raif pada Farlan.
Keempat remaja itu pun menatap Farlan yang sedang membaca buku novel. Farlan menatap temannya dan mengangguk pertanda ia mau menerima ajakan temannya ke kantin. Farlan adalah salah satu siswa dari kelas 11-6, dia sering menggabung dengan Ezra dan kawan-kawan.
"Lo gak mau ajak Kiyan?" tanya Ezra pada Raif.
Raif menghela nafas saat menatap Kiyan dengan tatapan malas. Ia sebenarnya masih kesal dengan sikap Kiyan kemarin, terlebih saat Kiyan meninggalkan teman-temannya hanya untuk mengejar Kaira.
Tidak berkata lagi, Raif pergi begitu saja meninggalkan kelas dan di ikuto teman-temannya dari belakang. Mereka keluar dari kelas dengan mulut yang masih bersuara serta tawaan yang menggelegar disetiap sudut koridor. Namun di depan sana, mereka mendapati Arka yang sedang berjalan ke arah sini, guru muda yang memakai kacamata serta buku di tangannya.
"Hai pak Hasan!" sapa Nando.
Hanya mengingatkan, Hasan hanyalah nama samaran. Arka yang di sapa pun berhenti. Nazmi yang baru berangkat tentu asing melihat guru baru ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
AçãoLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...