4. Feel Lost

21 4 1
                                    

Masih di hari yang sama setelah Kaira berkelahi dengan teman kelasnya. Kiyan membawa Kaira meninggalkan kelas dengan terus menarik pergelangan tangan Kaira, melewati koridor, taman, lapangan sepak bola, mereka tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang melihat Kiyan menyeret Kaira seperti itu. Kaira tidak memberontak atau bicara apapun, ia tetap tenang meski Kiyan mencengkram tangan Kaira dengan keras. Hingga mereka masuk di lapangan basket yang berada di dalam ruangan, dimana tempat itu sepi tidak ada satu pun orang lain. Kiyan lantas melepaskan tangan Kaira.

"Maksud lo apa tadi, hah?" tanya Kiyan seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Mereka yang mulai dulu. Kenapa gue gak boleh ngelawan?" tanya Kaira.

"Sifa itu perundung! Lo bisa aja dibully mereka setiap hari!" ketus Kiyan.

"Baguslah, lebih menantang hidup gue, ha-ha." seloroh Kaira begitu smrik.

Kiyan menghela nafas lantaran balasan Kaira yang bergitu sinis. Jika saja Kaira terus berbuat malasah dengan Sifa dan teman-temannya, ia mungkin akan terkena masalah lebih berat dari perkelahian tadi karena pada dasarnya Sifa memiliki sifat yang begitu licik dan bisa melakukan apa saja demi kepuasannya.

"Terserah lo aja deh. Gue ga mau ikut campur urusan lo."

"Gak mau ikut campur, tapi kenapa lo malah lindungin gue?" tanya Kaira.

Sekali lagi Kiyan menghela nafas panjang. Ia membalikan badannya membelakangi Kaira.
"Gue gak mau lo kenapa-napa!" balasnya.

Mendebgar penuturan Kiyan barusan membuat Kaira menyatukan kedua alisnya bingung. Kiyan berjalan maju setelah melihat bola basket yang tergeletak di bawah, ketika ia baru saja hendak mengambil basket tersebut, Kaira sudah berlari dan merebut basketnya sebelum Kiyan mengambil.

"Yang kalah harus traktir makanan! Durasinya 20 menit!" tantang Kaira seraya mendrible bolanya.

Kiyan merasa tertantang dengan gadis di hadapannya itu. Ia tersenyum tipis lantaran senang saat Kiara mengajaknya bermain basket, hanya berdua. Segera Kiyan berlari mengejar Kaira, atau lebih tepatnya mencoba mengambil bola dari tangan Kaira. Mereka bermain basket dan berlomba-lomba memasukan bola ke dalam ring demi mencetak nilai yang terbanyak.

❤♥❤

Jam pulang sekolah akbirnya terdengar dan membuat semua murid berhamburan keluar kelas dengan masing-masing ransel di belakang punggungnya. Di ruang guru, Arka sedang menatap keluar jendela melihat murid-muridnya dengan girang keluar dari halaman sekolah, itu mengingatkanya saat jaman sekolah dulu, dimana ia juga bahagia saat sore hari mendengar bel pulang sekolah.

Pria itu beranjak dari duduknya hendak menuju ruang tata usaha, dimana semua data-data siswa ada di sana. Arka ingin mencari informasi lebih lanjut mengenai Navin dengan mencari tahu data dirinya. Setelah berada di ruangan yang dimaksud, Arka mulai mencari berkas–berkas tentang Navin. Dan akhirnya pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu menemukannya. Arka terenyum merekah menatap dokumen Navin.

Setelah mendengar obrolan Sifa di kantin tadi yang membuat Arka bingung, membuatnya penasaran dan ingin mencari tau mengenai Sifa. Tidak lupa jika ia pun mengambil data dari Kaira. Setelah tiga berkas tersebut ada di tangannya, Arka langsung memasukan kertas-kertas itu ke dalam tas yang akan dibawanya pulang nanti.

Sepulangnya Arka dari sekolahan, ia segera memarkirkan motornya di halaman rumah. Setelah memarkirkan motornya, Arka menatap pintu, dimana ia melihat Rangga berpakaian rapi dengan menggendong tas besar di bahunya seperti hendak pergi.

"Mau kemana, pak?" tanya Arka.

"Maaf kalo ini dadakan.  Pak Yahya  ngutus aku buat bertugas di Bekasi sama agen lainnya. Jadi saya percayain kasus ini sama kamu, kamu bisa ngerjain ini sendirian kan?" tanya Rangga.

Selimut Biru (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang