Keesokan harinya Kaira bercerita tentang kehamilan Fiya pada Arka. Gadis itu tidak berani jika harus menceritakannya pada Raif, karena bagaimana pun juga Raif orangnya masih meragukan. Raif hanya siswa biasa yang sewaktu-waktu bisa membuka mulut, sedangkan Arka adalah seorang detektif yang pasti akan mengangani kasus sekaligus membantunya memecahkan teka-teki.
Kaira dan Arka mengobrol di kediaman Kaira karena jika di kontrakannya Arka akan dikhawatirkan jika sewaktu-waktu Raif datang tanpa ijin atau tiba-tiba seperti kemarin.
"Makasih buat informasinya Kaira. Saya akan mengurus semuanya nanti." ucap Arka setelah Kaira bercerita.
"Apa Fiya bakal baik-baik saja?" tanya Kaira.
Arka menggidikan kedua bahunya.
"Saya tidak tahu. Tapi Fiya mungkin akan dikeluarkan dari sekolah, itu sudah peraturan... Bagaimana pun saya adalah detektif yang taat akan aturan." ucap Arka dan diakhir kalimat dia berbisik.Kaira tertawa kecil.
"Benarkah?""Hmm, tidak juga sih. Oh iya Kai, ada hal penting yang belum saya bicarain ke kamu."
"Apa itu, pak?" tanya Kaira.
"Di kantor pusat, kasus Navin sebenernya sudah di tutup..." ujar Arka.
Kaira melotot terkejut.
"Ditutup!" seru Kaira."Saya minta maaf Kaira, ini semua salah saya. Saya menyamar menjadi guru tanpa ijin dari atasan, dan itu merusak reputasi kantor kami. Sebagai hukuman, saya kena pinalti, sekaligus menutup kasus Navin."
"A-a.... "
"Tapi untuk penyelidikan, saya gak akan nyerah buat cari tau tentang semuanya. Tolong dukungannya ya," timpal Arka saat Kaira mencoba menyelanya tadi.
Kaira mengangguk kemudian demi memahami situasi."Kaira, kamu kenal Arsan?" tanya Arka tiba-tiba.
"Arsan?" beo Kaira. Dan Arka mengangguk.
Kaira ingat dengan pemilik nama itu. Arsan anak yang bersikap tengil saat Kaira duduk di halte. Tidak lupa, Arsan juga sepertinya pernah bertemu Navin meminta bantuan saat di chatroom.
Kaira mengangguk.
"Saya pernah dapet telepon dari nomer tak dikenal. Dia menyuruh saya ke rumah sakit, katanya pembunuh Navin ada di sana. Dan ketika saya ke rumah sakit, ada Kiyan, Sifa, Fiya, dan juga Nazmi."Arka bercerita tentang kejadian waktu itu ketika ia pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan telefon.
"Terus?" tanya Kaira yang sepertinya penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
"Saya pulang dengan keadaan bingung. Kemarin setelah kamu pulang dari kontrakan saya, Raif cerita jika itu nomor Arsan. Awalnya saya emang gak yakin, tapi diam-diam Raif bisa merentas gaway juga. Jadi Raif cari tau tentang nomer itu dan ternyata itu adalah Arsan katanya nomer itu juga nelfon keempat anak itu, ibaratnya sebagai umpan supaya saya ke sana." lanjut Arka.
"Kenapa Arsan?"
"Dia anak dari atasan saya. Dia juga yang memberitahu penyamaran saya. Raif udah cerita semua ke saya." tandas Arka.
Kaira mengangguk-angguk paham dan mencerna cerita Arka tadi. Perbuatan Arsan ini masih mencurigakan bagi Arka, entah dia ingin membantu menyelesaikan kasus ini atau justru menghalangi penyelidikan kasus.
"Saya gak tau kenapa Arsan jadiin keempat anak itu sebagai alibi. Tapi apapun itu, Fiya adalah salah satunya. Kamu masih yakin kalo Fiya yang membunuh Navin?" tanya Arka seakan mengulangi lagi keyakinannya.
Kaira menggeleng pelan.
"Aku gak tau. Aku masih shok dengan keadaan ini. Navin yang aku kenal gak kaya gini." lirih Kaira pelan.Kaira kembali menunduk. Kembali lagi dengan pikiran yang kacau yang lagi-lagi menyebut nama Fiya dan Navin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Biru (Hiatus)
ActionLaut itu biru, semakin biru warnanya maka semakin pula kedalamannya. Jika biru langit diartikan sebagai kebahagiaan, artinya biru dari air mata melambangkan kesedihan..... Bagaimana jadinya ketika cermin kepecayaan telah retak? Apalagi saat orang ke...