9. Arsan

9 2 0
                                    

Malam itu, Arka duduk di sofa setelah ia selesai dengan pikiran pekerjaannya, karena bisa dibilang jika Arka memiliki dua pekerjaan, seorang guru dan detektif. Memiliki dua pekerjaan sekaligus bagi Arka begitu berat dan memusingkan.

Ia kembali ke pekerjaan gurunya, dimana minggu depan ada acara lomba debat antar sekolah. Materi yang akan didebatkan adalah tentang Ilmu di Bidang Pendidikan dan Politik. Sebagai guru yang juga ada kaitannya dengan mata pelajaran tersebut, Arka di tunjuk untuk mengurusnya.

"Eryanda Nazminio." gumam Arka membaca peserta yang akan dilombakan minggu depan.

Ponselnya berbunyi pertanda panggilan masuk. Segera Arka mengambil ponsel yang berada di atas meja hendak mengangkatnya. Sebuah nomer asing masuk, dengan suara yang kurang jelas.

Ucapan dari pemanggil itu membuat Arka tiba-tiba melebarkan bola matanya seperti orang terkejut.

Di bawah langit malam, Arka dengan mobilnya melaju cepat membelah jalanan. Tujuannya adalah rumah sakit, ia cepat-cepat ke rumah sakit setelah mendapatkan nomer tidak dikenal itu. Dia mengatakan...

"Hai pak Hasan... Oh, apa perlu gue manggil lo detektif Arka, apa kabar? Lo mau tau kan siapa pembunuh itu? Datanglah ke rumah sakit, dia sedang ada di sana. Setelah lo lihat dia, jangan ikut campur lebih jauh lagi jika tidak ingin celaka!"

Terkejut pastinya. Pasalnya hanya Rangga saja yang tahu nama Arka. Kecuali jika salah satu dari murid atau guru di sekolah itu yang menelfonnya. Tapi siapa yang tahu tentang identitas Arka sebenarnya?

Namun jika firasatnya benar jika Psycho itu adalah salah satu siswanya, tidak mungkin juga dirinya menunjukan identitas sebenarnya. Arka mungkin akan terkena pasal tentang pemalsuan identitas. Ditambah saat Rangga menyuruhnya untuk menyamar, ia tidak meminta izin resmi. Mereka berpikir jika kasus ini akan mudah seperti yang mereka selesaikan di kasus sebelumnya. Rangga berpikir, mereka hanya anak SMA pasti mudah melakukannya.

Sesampainya di rumah sakit, Arka berjalan di koridor. Arka tidak tahu kemana ia akan pergi, penelfon itu hanya mengatakan jika Psycho ada di rumah sakit. Jadi Arka hanya berjalan random menelusuri rumah sakit itu.

Namun langkahnya terhenti tiba-tiba ketika melihat seseorang yang berdiri di depan lift. Itu Kiyan, dia berdiri dengan menenteng kresek hitam di tangannya. Jantung Arka berdebar melihat Kiyan. Arka berpikir tidak mungkin Psycho itu adalah Kiyan. Arka memutuskan sembunyi agar Kiyan tidak menyadari keberadaannya.

"Gak mungkin!" gumam Arka pelan.
Kiyan memang teman Navin, tapi dia tidak mungkin membunuh Navin.

"Kiyan!" panggil seseorang.

Itu Sifa yang berjalan bersama Fiya temannya.
"Oh? Sifa? Fiya? Ngapain kalian di sini?" tanya Kiyan.

"Gue kesini karena dapet kabar Nazmi kecelakaan!! Lo sendiri?!" Fiya membentak karena kesal.

"Gue kesini karena sepupu gue demam." balas Kiyan. "Tunggu-tunggu, lo bilang Nazmi kecelakaan?"

Fiya mengangguk.
"Iya, barusan gue dapet kabar dari nomer gak dikenal, katanya Nazmi masuk rumah sakit karena kecelakaan. Nazmi juga ditelepon gak diangkat, makanya gue kesini karena khawatir." jelas Fiya.

"Lo udah nanya ke repsesionis?" tanya Kiyan.

Fiya mengangguk lagi.
"Ya, tapi gak ada yang namanya Eryanda Nazminio,"

"Kok aneh, ya." gumam Sifa.

Dari balik tembok, Arka mendengar Obrolan mereka. Ia juga mendapat panggilan itu dari orang yang tidak di kenal.

Selimut Biru (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang