"Bang, aku cari kerja aja, ya?"
Alan menoleh ketika mendengar ucapan adiknya itu. Sore itu, keduanya duduk di pinggir emperan toko sebelah bengkel. Motor butut milik Alan tiba tiba mogok saat dia menjemput Juna selesai kuliahan sore itu.
"Lohh, kenapa?"
"Masa cuma abang doang yang berjuang di sini, kerja terus terusan demi nafkahin aku sama yang lain, aku kan juga mau berjuang sama kayak abang."
"Ren, abang kan masih sehat. Masih kuat kerja juga. Kamu belajar aja sono! Kuliah yang bener. Katanya mau jadi arsitek, kok tiba tiba mau jadi kuli ngikut ngikut abang? Badan kamu tuh kecil loh, Ren."
Meski tawa Alan menggelegar di sore yang temaram itu, Juna tahu Jika Alan menyembunyikan luka yang mendalam ketika mendengar penuturannya. Karena setelah sesaat lelaki itu tertawa, tatapan sendu menghadap ke arah langit kota Bandung yang kini berwarna kemerahan begitu terlihat jelas dari sorot mata Alan.
"Ya gak apa apa dong, bang. Kita kan saudara, harus saling memikul beban yang sama satu sama lain. Aku gak mau salah satu dari kita menderita sendirian."
Alan hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Juna saat itu.
"Dek."
"Ya, bang?"
"Jadi dewasanya nanti aja, ya? Jangan cepet cepet banget."
"Loh kenapa? Bagus dong kalau aku cepet dewasa."
Saat itu, Alan hanya terkekeh pelan, dan lantas mengacak gemas puncak kepala Juna.
"Kalau kamu kecepetan dewasa kayak gini, abang jadi merasa bersalah karena gagal jadi pengganti orang tua buat kamu."
Juna tersenyum tipis sembari mengusap pelan layar ponsel yang menunjukkan foto foto lama yang tersimpan di galeri nya. Foto yang diambil bertahun tahun silam dimana saat itu dia masih berada dalam fase mencari jati diri.
"Ren, tetap kayak gini, ya? Suatu saat nanti, meski dunia udah terlanjur berat untuk kita tempati bersama, tetaplah menjadi anak kecil yang selalu menganggap jika dunia itu terlalu luas untuk ditempati. Nanti kita cari tempat tinggal yang baru, dimana cari kerja kehidupan gak sepelik seperti sekarang."
"Kamu mau menunggu sampai saat itu datang, kan?"
"Mau ditunggu sampe kapanpun kalau abang gak ada, rasanya gak bakal seindah kayak yang abang bilang waktu itu, kan bang?"
"Juna sekarang berjuang untuk gantiin posisi abang. Sekarang Juna paham sama maksud dari ucapan abang waktu itu."
"Juna juga gak mau kalau mereka kecepetan dewasanya, bang. Makanya Juna gak suka kalau Jendral ngambil kerja part time. Dia kan masih kuliah, bang."
"Juna... Gak salah, kan? Abang juga kalau jadi Juna juga bakal ngelakuin hal yang sama, kan bang?"
"Terus gimana cara Juna kasih tahu dia, bang? Juna masih belum bisa jelasin ke Jendral."
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Raga || NCT dream [END]
Fanfiction"Abang..." "Ya?" "Pernah gak sih, lo nangisin diri lo sendiri karena lo sadar kalau lo gak bisa apa apa?" "Kenapa nanya begitu?" "Karena aku gak tega ngelihat abang kayak gini demi kita." Di sore yang temaram itu, dengan matahari yang mulai terbenam...