Hujan.
Malam itu, hujan turus dengan derasnnya. Bau petrichor yang kuat memenuhi seisi kamar Chandra. Chandra duduk diatas kasurnya, menatap jendela dimana hujan turun deras diluar sana, menimbulkan suara berisik namun begitu menenangkan.
Alan sangat menyukai yang namanya hujan.
Chandra jadi ingin tertawa, bahkan di hari ulang tahunnya, Tuhan mendatangkan satu satunya hal yang paling Alan sukai di dunia ini.
"Apaan sih? Perasaan dari tadi main gitar cuma genjreng genjreng doang!"
"Yaelah, namanya Abang juga baru belajar. Sewot amat kayak cewe."
Jreng...
Jreng...
Telinga Chandra panas mendengar alunan sumbang dari gitar yang Alan mainkan. Anak itu sontak merampas gitar akustik klasik itu dan menatap Alan sebal.
"Mau request lagu apa?"
"Cocomelon sabi gak?"
"Sekalian aja lagu mixue."
"Boleh boleh!"
"Anak siapa sih lo?"
Hujan turun semakin deras. Rasanya sangat sunyi dan sepi, Chandra benci situasi kayak gini. Chandra benci hujan, karena akan selalu ada Alan dalam kenangannya setiap hujan turun.
Alunan gitar itu terdnegar lembut. Chandra memutuskan untuk memainkannya setelah 2 tahun lebih tak pernah menyentuh gitar kesayangannya itu. Chandra tersenyum tipis, dia kira dia udah lupa cara memainkannya. Tapi sepertinya skillnya masih sama.
Ditemani derasnya hujan, Chandra mulai memainkan gitar itu sambil bernyanyi dengan suara pelan
Jalan yang sempit,
Menuntunku pulang,
Sendiri dan sunyi senyap,Memori memori masa lalu itu kembali berputar di kepala Chandra. Lagu ini, dia dan Alan sempat menyanyikannya beberapa kali.
Kerikil tajam,
Merobek tangisku,
Berdarah dan merah tua,"Chandra, kalau udah besar, kamu mau jadi apa?"
"Jadi orang kaya."
Alan tertawa geli.
"Kalau Abang?"
"Abang? Abang cuma mau jadi orang yang paling bahagia di dunia ini. Karena dari kebahagiaan itu, Abang udah merasa kaya raya dan gak peduli apapun lagi. Soalnya Abang bahagia."
Berpisah peluk,
Ragamu dan ragaku,
Kan ku coba lupa semua,Kita berlari,
Ke arah berbeda,
Semoga berjumpa lagi,Kita belum sempat menuai cerita,
Jalan mana yang kau tempuh,
Ku ikut serta juga,Masa masa bersama Alan saat itu terasa menyedihkan untuk Chandra ingat sekarang ini. Rasanya juga menyakitkan, mengingat lelaki itu tak akan pernah ada disetiap hari hari yang akan dia jalani kedepannya. Chandra sadar, merelakan memang sesulit itu.
Berpisah peluk,
Ragamu dan ragaku,
Kan ku coba lupa semua,Kita berlari,
Ke arah berbeda,
Semoga berjumpa lagi,Saat Alan meninggal waktu itu, rasanya Chandra tak bisa membedakan dunia nyata dan mimpi. Bahkan sampai detik ini pun, meski sudah 2 tahun berlalu, Chandra masih sulit percaya, dia tak percaya jika orang paling kuat, paling bijaksana, paling dewasa,dan paling baik dari semua mahluk hidup yang dia kenal di dunia ini sudah tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Raga || NCT dream [END]
Fanfic"Abang..." "Ya?" "Pernah gak sih, lo nangisin diri lo sendiri karena lo sadar kalau lo gak bisa apa apa?" "Kenapa nanya begitu?" "Karena aku gak tega ngelihat abang kayak gini demi kita." Di sore yang temaram itu, dengan matahari yang mulai terbenam...