"Jen."
"Hmm."
"Kayaknya Chandra udah berubah deh."
"Maksudnya?"
"Lo harusnya ngerti arti berubah yang gue maksud."
Jendral yang tadinya sibuk mencari cari ponselnya lantas menghentikan aktivitasnya, dia menoleh pada Naka yang berbaring di kasur sambil menatapnya serius.
"Lo yakin?" Tanya Jendral.
Naka mengangguk.
"Apa yang membuat lo yakin?"
"Dia tadi ketemuan sama bunda. Dan dia ngomong langsung ke bunda kalau dia gak mau bunda nemuin kita lagi."
"Itu doang?"
"Emangnya harus gimana lagi sih, Jen?"
"Bagi gue itu gak cukup, Na."
"Jadi Chandra harus gimana?"
"Gue tetap gak percaya sampe gue lihat langsung tuh bocah ngomong ke bunda sama anak haramnya itu."
"Jen, lo gak percaya sama Chandra?"
"Enggak sama sekali."
"Kenapa?"
"Karena gue udah muak. 3 tahun, 3 tahun, Naraka. Selama 3 tahun kita harus ngikutin semua sandiwara dia. 3 tahun gue tahan diri gue sendiri demi menangani mental dia yang hancur itu. Gue bahkan gak sempat berduka untuk diri gue sendiri karena siapa? Chandra!"
Naka menghela nafas pelan.
"Lo batu, Jen.""Terserah."
"Apa salahnya sih lo percaya? Gue yakin kalau Chandra bener bener ngelepasin itu semua kali ini. Lo gak percaya sama gue? Lo tahu sendiri kan, insting gue gak pernah salah."
"Gue percaya sama lo. Tapi untuk kali ini, biarin gue lihat dengan mata kepala gue sendiri."
"Gimana?"
"Apanya?"
"Gimana caranya lo ngebuktiin itu?"
"Gue harus ketemu bunda."
"Sekarang?"
"Iya."
"Gue ikut—"
"Enggak. Gue sama Chandra."
"Jen—"
Jendral lantas keluar kamar. Dengan idenya yang muncul begitu saja di saat itu juga, Jendral berpikir mungkin akan lebih baik jika Chandra benar benar berbicara langsung dengan bundanya di depan mata kepala Jendral sendiri.
"Jen! Lo mau ketemu sama bunda?! Hampir tengah malam begini?!" Naka menarik tangan saudara kembarnya itu. Jendral dengam ide gilanya selalu saja membuat Naka khawatir.
Jendral melepaskan cengkraman tangan naka dan pergi menuju kamar Chandra. Lelaki itu membuka kasar pintu kamar Chandra dan menatapnya serius.
Braakk!!
Chandra yang tadinya hendak tidur lantas menatap Jendral bingung.
"Ikut gue."
Tanpa menunggu Chandra, Jendral segera pergi ke kamar Juna.
"Bang, pinjem kunci mobil."
Juna menatap Jendral bingung.
"Tumben banget pakai mobil, mau kemana kamu malam malam begini?"Tanpa menjawab ucapan Juna, Jendral segera meraih Kunci mobil di meja kerja lelaki itu.
"Jen?"
Jendral tampak sangat terburu buru. Sayup sayup dari luar Juna dapat mendengar suara panik Naka. Hal itu lantas membuatnya berjalan mengikuti Jnedral keluar dati kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Raga || NCT dream [END]
Fanfic"Abang..." "Ya?" "Pernah gak sih, lo nangisin diri lo sendiri karena lo sadar kalau lo gak bisa apa apa?" "Kenapa nanya begitu?" "Karena aku gak tega ngelihat abang kayak gini demi kita." Di sore yang temaram itu, dengan matahari yang mulai terbenam...