10. Jadi Dewasa

8.4K 1.3K 69
                                    

"Haloooo, Chandra yang kiyowo ini sudah pulaanggg!!!"

"CHANDRAAAA!!!"

Chandra terlonjak kaget ketika suara pekikan Jendral yang pertama kali menginterupsi nya. Hingga pada akhirnya, lelaki bertubuh kekar itu muncul dari ruang tengah dengan tatapan tajam yang ditujukan untuknya.

"Ngaku lo sekarang, lo pasti yang make deodorant gue, kan?!" Sewot Jendral sambil mengangkat deodorant tipe roll nya tepat di depan wajah Chandra.

Chandra dengan tengilnya menaikkan sebelah alisnya sambil menatap hern Jendral. Dihh, najis banget dia pake bekas ketek manusia udang. Mending dia rela keluarin duit dua puluh ribuan untuk beli deodorant sendiri.

"Gila aja gue pake, enggak banget."

"INI BAU KETEK LO, CHAN!!! BAU JIGONG!!!"

"DIH?! EMANG LO TAHU BAU KETEK GUE KAYAK GIMANA?! KETEK WANGI BUNGA MAWAR KAYAK GINI DIKATAIN BAU JIGONG, LO TUH KETEKNYA BAU PANTAT SAPI!!!"

Jendral menggeleng. Dia yakin ini pasti ulah si Chandra.
"Enggak, ini pasti lo pake!"

"Emang lo tahu wangi ketek gue?! Nihh, gue kasih lo cium!"

"Abang yang pake."

Keduanya menoleh mendapati sosok Juna yang berdiri menatap keduanya dengan tampang tidak berdosa seolah yang dia lakukan bukanlah bencana yang akan membuat Indonesia krisis ekonomi.

"A-abang yang pake?" Tanah Jendral.

Juna mengangguk.
"Iya, maaf gak bilang dulu, Jen. Urgent tadi."

Kini Chandra menatap Jendral dengan tatapan tengil nan sombongnya. Heran dia baru aja pulang setelah ngambis seharian malah difitnah enggak jelas kayak gini. Nasib jadi adik Jendral emang susah.

"Mampus, lo katain tadi tuh deodorant bau jigong, kan? Ketek bang Njun tuh lo katain bau jigong."

Kini tatapan Juna berubah menjadi buas, dia meminta penjelasan dan klarifikasi yang Jendral harus post di tik tok segera.

"Enggak, bang. Ini salah paham! Aku gak bilang gitu, enggak kok, serius! Tadi cuma dilebihin dikit aja biar Chandra ngaku." Jendral berubah menjadi panik sebelum aksi kejar kejara antara kucing dan tikus terjadi di kediaman itu.

Chandra masuk ke kamarnya, disana sudah ada Letnan yang asyik rebahan di lantai tanpa memperdulikan eksistensi Chandra sebagai sebagai pemilik kamar yang sesungguhnya.

"Ngapain lo nongki disini? Sana balik ke habitat lo!"

"Aji baru aja kentut, males gue. Tuh kamar penuh karbonmonoksida jadinya. Ngungsi bentar aja apa susahnya sih?"

Chandra lantas tak ingin ambil pusing dan meletakkan tasnya diatas tempat tidur, lalu menggantung jaket denimnya di balik pintu, lantas duduk di depan meja belajarnya sambil menoleh pada Letnan yang masih sibuk push rank. Lelaki itu lalu mengambil tempat di sebelah Letnan dan ikut memperhatikan anak itu bermain game. Sesekali berteriak heboh saat Letnan cerobih dan justru mati.

Permainan itu berakhir dengan menangnya tim Letnan. Letnan lantas menghempas ponselnya ke atas kasur dan mendusel pada Chandra.

"Ck, dasar bayi!"

Letnan tak memperdulikan komentar lelaki itu dan justru melingkarkan lengannya pada pinggang Chandra.
"Gue belum lihat lo seharian ini, gue kan jadi kangen."

"Idih, tumben tumbenan."

"Ck, abang mah! Dicuekin salah, dimanjain salah juga, mau abang tuh apa sih?"

Chandra lantas tertawa geli dan ikut memeluk adiknya yang satu itu. Astaga, kasihan Letnan, dia pasti belum sadar kalau Chandra belum mandi. Pasti Letnan sudah mencium gas yang lebih berbahaya dari aroma kentut Aji. Tapi tidak apa apa, namanya juga kangen, apa aja diabaikan. Ya gak?

1. Raga || NCT dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang