"Wuiihh, soto nihh!" Chandra antusias sama mangkuk berisi soto ayam itu tersaji diatas meja makan. Naka tersenyum bangga dengan hasil Mahakarya nya. Iya lahh, kemampuan memasaknya kan sudah setara dengan pemilik warteg. Itu pencapaian yang sangat membanggakan.
"Biar Aji makin semangat belajarnya. Gak apa apa dapet nilai 65, Jendral aja 50 udah syukur lahir batin." Jendral mendelik pada saudara kembarnya. Kenapa jadi bawa bawa dia?! Dia diem aja loh dari tadi!
"Yokk makan!!!" Chandra sudah siap menyerbu santapan yang ada dihadapannya. Lelaki itu bahkan mengangkat sendoknya tinggi tinggi.
"Doa dulu!" Tegur Juna.
Arkana bersaudara lantas berdoa bersama dan memulai menyantap makan malamnya. Naka tengah menyendok nasi ke piring si bontot ketika Chandra bahkan sudah menyerbu soto yang dia masak.
"Wahh, lo les privat sama Chef Juna apa begimane? Makin hari makin enak aja masakan lo, gendut nih gue lama lama!" Puji Chandra.
"Gak usah nunggu lama lama aja lo juga udah gendut. Jangan sok rendah diri deh lo!" Ucap Jendral sambil merotasikan bola matanya.
"Mentang mentang situ rajin ngegym, lo mau remehin bentuk tubuh gue?!"
"Iya."
"Anjir, punya nyali juga lo! Emang seberapa bagus tuh badan?!!"
Jendral dengan santai menyikap lengan bajunya dan menunjukkan otot kekar lelaki itu dengan urat urat yang tercetak jelas di beberapa sisinya.
Chandra meneguk ludahnya kasar.
"Main main lo sama gue." Ucap Jendral.
Letnan dengan santainya bersandar sambil menonton drama live yang ada di hadapannya ini.
"Skor 1-0 untuk bang Jendral." Komentarnya.
"Baru bisep doang. Lo punya roti sobek, gak?!" Tanya Chandra dengan nada menantang.
Jendrak tertawa remeh dan lagi lagi dengan sang menyikap kaos hitam miliknya memperlihatkan abs yang dia banggakan. Ini sebenarnya aset pribadi, tapi melihat wajah tengil Chandra membuatnya dongkol.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Raga || NCT dream [END]
Fanfic"Abang..." "Ya?" "Pernah gak sih, lo nangisin diri lo sendiri karena lo sadar kalau lo gak bisa apa apa?" "Kenapa nanya begitu?" "Karena aku gak tega ngelihat abang kayak gini demi kita." Di sore yang temaram itu, dengan matahari yang mulai terbenam...