PUKUL 07.00, adalah waktu yang masih terbilang pagi di kampung kami.
Jalanan masih asri, embun masih belum hilang dari daun-daun cery, dan wajah para warga yang masih berseri-seri menyambut pagi.
Hujan berhenti setelah kami shalat subuh tadi, Alhamdulillah pagi nya jalanan yang sudah diaspal itu bisa kami gunakan untuk sekedar lari pagi membakar kalori.
"Pagi Mbak Aira, Mas Abdul, Eh ada Abizar juga to."
Sapaan ramah dari bukde Wati yang sedang menyapu halaman rumah nya itu terdengar, kami mengangguk dan membalas sapaan beliau tak kalah ramah. "Pagi bukde, sehat?"
"Sehat Mbak, Alhamdulillah. Mbak Aira kok tambah ayu ya, pangling bukde." Katanya memujiku.
Aku ya jelas tersipu-sipu. "Ah biasa aja kok bukde,"
"Jangan terlalu dipuji bukde, nanti dia ndak bisa tidur ndak doyan makan."
"Diem aja kenapa sih Mas, sirik aja." Aku berbisik, mendelik kearah Mas Abdul, meski dia tetap saja datar.
"Lha apa iya? Mas Abdul ini bisa saja,"
Mas Abdul tertawa, kalau sama aku jarang-jarang dia begitu, giliran sama bukde wati aja ketawa nya lebar banget.
"Iya bener itu bukde,"
Nah ini lagi satu, bocah yang paling bahagia kalau denger Mbak nya ternista.
"Yowes, kita lanjut ya bukde, Assalamualaikum."
"Oh iya-iya Mas Abdul, monggo. Waalaikumsalam."
Kami melanjutkan lagi acara lari pagi, eh baru setengah jalan sudah disapa lagi. Kali ini dengan Mbak Indri, janda yang rumah nya di ujung gang kami.
"Eh, Mas Abdul." Sapa nya dengan gaya manja, yang disapa hanya Mas Abdul, yang lain hanya dianggap angin lewat.
"Assalamualaikum, Mbak Indri." Mas Abdul memberi salam, dengan wajah datar tentu saja.
"Waalaikumsalam, Mas. Mau kemana?"
"Jalan pagi aja Mbak,"
Bukan Mas Abdul yang menjawab, tapi aku. Sengaja, biar dia sadar kalau disini juga ada orang.
Dia melirik ku sebentar. "Oh ada Aira sama Abizar ya? Gak lihat, maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kamu [TERBIT]
General Fiction"Karena pada waktunya, tanpa kau rencanakan pun jodoh tak akan pernah tertukar" ••••• Humaira Gadis itu bahkan merasakan nya sendiri, tentang bagaimana hebatnya takdir Allah itu bekerja. Maka benar, Allah adalah sutradara terbaik kehidupan. Skenario...