“Jadi kamu mau, Rit?”
“Iya mas, aku mau.”
“Alhamdulillah, terimakasih ya Rit? aku bahagia sekali.”
Rasanya jantungku seperti ditusuk anak panah. Nyeri, dan pedih sekali saat mendengar percakapan Mas Abdul dan mbak Rita di dekat pos ronda, mana hanya berdua pula. Aku memang tidak tau apa yang tengah mereka bicarakan, tapi feeling ku mengatakan kalau ini pasti tentang....Ah, bahkan untuk sekedar mengatakan nya saja hatiku rasanya ngilu.
Iya, setelah kepergian mbak Rita mengantar cemilan ke pos ronda. Tak lama buk RT meminta ku untuk menyusul membawakan teko berisi minuman dingin. Namun, langkah ku terhenti sebelum benar-benar sampai di pos ronda, aku tak sengaja melihat Mas Abdul dan Mbak Rita tengah berbicara berdua disana, posisi mereka membelakangi ku dan itu sebab nya mereka tidak tau bahwa disini ada aku.
“Ekhem, Assalamualaikum.” Ku putuskan untuk tetap melanjutkan langkah dan mengucap salam meski hatiku enggan. Amanah buk RT menjadi satu-satunya alasan.
Mendengar suara ku dari arah belakang, Mas Abdul dan Mbak Rita buru-buru menoleh bersamaan.
“Waalaikumsalam,” Jawab keduanya, bersamaan.
Aku mendekat membawa serta teko berisi minuman dingin di tangan ku. Lumayan dingin sih, tapi tetap tidak bisa mendinginkan hatiku. Aish!
“Maaf Mas, Mbak, kalau Aira ganggu waktu berdua nya.” Ucapku, sengaja menekankan kata 'berdua' agar mereka peka.
Kulihat wajah Mas Abdul langsung memerah, begitu juga Mbak Rita. “Ganggu apa sih, Ra? orang kami ndak ngapa-ngapain kok. Tadi disini ada banyak bapak-bapak, lha sekarang malah ndak tau pada kemana. Mas juga baru sadar kalau cuma berdua.” Jelas Mas Abdul, tetap dengan suaranya yang terdengar tenang.
Ya nggak sadarlah, wong di sebelahnya ada bidadari tak bersayap kok.
“Hmm,” Aku hanya berdehem, malas menjawab. Sementara Mbak Rita masih setia berdiam diri menyimak.
“Ada apa kesini, Ra?” Tanya Mas Abdul.
“Cuma mau anter es teh kok mas.” Aku menaruh teko es teh diatas bale pos ronda. “Yasudah lanjutin aja ngobrolnya, Aira mau pulang dulu.” Sambungku, datar.
“Lho kok pulang, Ra? Memang Kamu sudah selesai bantu ibu-ibu dimasjid?”
Aku mengangguk. “Sudah Mas,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kamu [TERBIT]
General Fiction"Karena pada waktunya, tanpa kau rencanakan pun jodoh tak akan pernah tertukar" ••••• Humaira Gadis itu bahkan merasakan nya sendiri, tentang bagaimana hebatnya takdir Allah itu bekerja. Maka benar, Allah adalah sutradara terbaik kehidupan. Skenario...