HIDUP itu bukan hanya tentang bagimana caranya menikmati, melainkan juga berbagi.
Namun, kadang-kadang kita ini sering lupa akan kewajiban untuk berbagi pada sesama. Padahal, dengan berbagi akan mendekatkan jiwa kita pada Allah dan sesama manusia.
Berbagi kan tidak melulu soal harta to? Dan tidak juga harus banyak. Bisa dengan berbagi kebahagiaan, keceriaan, tenaga, bantu pemikiran/ide, Ilmu, bahkan hanya dengan senyuman pun itu sudah dihitung sebagai pahala sedekah.
Ya asal jangan sering-sering senyum dengan suami tetangga saja. Lha, kalau itu beda lagi ceritanya. Hehe.
Oke skip. Hari ini kerja bakti dimulai. Titik awalnya dari masjid seberang rumahku, membantu mencuci karpet, dan membersihkan masjid. lalu dilanjutkan dengan gotong-royong bebersih jalan, selokan di sepanjang rumah-rumah warga.
Sesuai perintah mas Abdul kemarin, hari ini aku bertugas untuk menyiapkan beberapa cemilan untuk para warga peserta kerja bakti. Berhubung dirumah ini yang perempuan hanya aku, jadi ya semua aku sendiri yang buat.
Sementara para laki-laki, Pakde, Abizar dan Mas Abdul sudah ikutan kerja bakti diluar.
Aku menyiapkan beberapa cemilan yang cepat dan mudah dibuat saja. Seperti onde-onde, donat gula, bolu, agar-agar, gorengan, cireng, tak lupa es teh sebagai pelengkap sajian. Semua sudah kumasukan dalam beberapa toples dan wadah persegi panjang berukuran sedang, untuk dibawa ke masjid.
Disana sudah ada ibu-ibu yang bertugas membagi dan menyajikan cemilan dalam piring-piring, kemudian baru akan disebar di beberapa titik.
“Sudah semua, Ra?”
Suara mas Abdul terdengar dari arah pintu dapur.
Aku mengangguk. “Alhamdulillah sudah mas, ini tinggal dibawa ke masjid saja. Biar dibagi lagi sama ibu-ibu disana.”
“Alhamdulillah, kalau begitu biar mas bantu bawakan.” Ucap mas Abdul, mengambil satu toples berisi onde-onde dan donat gula untuk dia bawa.
Aku mencegah. “Eh, ndak usah mas. Biar Aira saja, nanti kalau susah ya biar Aira minta tolong Abizar saja yang bawakan.”
“Ya kalau ada mas sekarang, kenapa harus nunggu Abizar nanti? Biar cepat selesai, sudah kamu bawa wadah bolu dan teko es nya saja, biar yang lain mas yang bawa. Ayo.”
Terpaksa aku mengangguk, percuma menolak. Mas Abdul kalau sudah bilang A ya A. Ku bawa teko berisi es teh dan wadah plastik bening persegi panjang berisi bolu pandan buatan ku.
Kami berjalan beriringan menuju masjid dengan membawa toples-toples, sudah seperti bakul jajan.
“Assalamualaikum,” Kami mengucap salam begitu sampai di teras masjid. Disana sudah berkumpul ibu-ibu yang bertugas mengurusi konsumsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kamu [TERBIT]
General Fiction"Karena pada waktunya, tanpa kau rencanakan pun jodoh tak akan pernah tertukar" ••••• Humaira Gadis itu bahkan merasakan nya sendiri, tentang bagaimana hebatnya takdir Allah itu bekerja. Maka benar, Allah adalah sutradara terbaik kehidupan. Skenario...