Bab 26 : Taman Surga

217 15 9
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Teman. Dia bisa menyeret kita ke neraka bisa juga menarik kita ke surga. Maka, pandai lah dalam memilah teman. Mana yang bisa menarikmu ke surga, bertemanlah. Mana yang bisa menyeretmu ke neraka, berpalinglah.

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Ahad pagi merupakan rutinitas Syahla joging keliling kompleks. Rencana mengajak ketiga sahabat karib, namun qodarullah , ketika Syahla menelfon satu per satu, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menemaninya joging.

Mengingat Syahla tidak suka pergi joging sendiri, dengan sangat terpaksa masuk ke kamar Rizfan, menarik paksa sang empu sedang asyik bergelut dengan kasur kesayangan. Omelan panjang siap Syahla dengar asalkan Rizfan tetap menemaninya joging.

“Joging sendiri kenapa, sih? Kakak ngantuk, Dek.” Langkah demi langkah kelopak mata Rizfan tidak bisa dikendalikan. Sesekali berhenti sejenak menyender di bahu jalan lalu memejamkan mata karena kantuk masih menyelimutinya.

Astaghfirullah, Kakak!” Mendengus geli seraya tertawa kecil melihat tingkah konyol Rizfan. Syahla menghampiri lelaki itu, mengguncang pelan bahu Rizfan supaya bangun dan semoga tidak lupa bahwa mereka sudah berada di jalan besar menuju pasar.

Sebelum pergi joging, Umminya titip beberapa sayur, buah dan bumbu masakan. Syahla mengiyakan apa yang Ummi suruh dan itu juga alasan Syahla mengajak Rizfan. Joging sekalian pergi ke pasar dan bisa ditebak siapa yang membawa belanjaan nanti.

“Kak, joging pagi itu banyak manfaatnya, lho. Dapat udara pagi plus sinar matahari pagi baik buat tubuh kita. Tulang makin kuat, paru-paru lebih bersih, pernapasan nggak sesak, habis itu keringat keluar banyak otomatis bakteri juga keluar banyak dari tubuh kita.”

Decakan kecil keluar dari bibir Syahla mendengar gumaman Rizfan. Lelaki satu ini masih saja bersender di bahu jalan. Mau tidak mau Syahla ikut duduk di samping Rizfan seraya meluruskan kedua kaki supaya tidak keram.

Sepasang matanya menyapu ke seluruh sudut kompleks tanpa terkecuali. Ia melihat ada sepasang suami istri beserta satu anak kecil berlari saling mengejar. Ada juga gerombolan anak remaja naik sepeda seraya tertawa ria. Syahla tersenyum melihat kebahagiaan sederhana yang mereka ciptakan.

Syahla memejamkan mata merasakan semilir angin menyapu permukaan kulitnya. Tarik napas, buang. Tarik napas, buang. Berulang kali Syahla melakukan pernapasan ringan tersebut tanpa rasa bosan.

Sejenak Syahla berpikir. Allah memberikan semua fasilitas di muka bumi secara percuma, tetapi kenapa kebanyakan manusia tak acuh pada kenikmatan ini? Sering kali Syahla membayangkan bagaimana jika Allah menyelipkan bon di setiap kenikmatan yang Dia berikan?

Misal, setiap tarikan napas, setiap oksigen masuk ke dalam paru-paru kita, Allah menyuruh kita bayar. Bayangkan, sekali tarikan napas bayar, dua kali tarikan napas bayar, dan begitu seterusnya. Kita, manusia dengan segala sifat rakusnya tidak mungkin bernapas hanya sekali, ‘kan? Bukankah dikatakan sombong jika seseorang menggunakan fasilitas free dari Allah tetapi malah digunakan untuk maksiat?

Begitu besar kasih sayang Allah pada kita. Begitu besar kenikmatan yang Allah beri untuk kita. Allah tidak menuntut kita membayar fasilitas di muka bumi. Allah hanya menyuruh kita beribadah kepadaNya.

Shalat. Salah satu ibadah bentuk rasa terima kasih kita pada Allah. Rasa syukur kita atas nikmat yang Dia beri secara gratis. Allah menciptakan kita tak lain hanya lah untuk beribadah serta meng-esa-kanNya.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang