Bab 14 : Foto Keluarga

236 20 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

“Betapa sulit menerima kenyataan yang tidak pernah kita inginkan."

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Syahla duduk di kursi belajar menatap penuh layar laptopnya. Ia menyibukkan diri mengetikkan sesuatu di laptop, mengubah barisan kata menjadi kalimat agar mudah dibaca dan dipahami makna yang tersirat di dalamnya. Jemari lentik Syahla begitu lihai mengetik sesuatu di layar monitor. Sesekali ia mengeryit bingung, tersenyum bahkan sedih ketika membaca ulang juga mengetik sekalipun.

Laptop seolah menjadi tujuan utamanya selepas pulang sekolah. Ia kembali membuka laptop dan melanjutkan kalimat yang belum sempat terselesaikan. Semenjak mengenal dunia kpop, Syahla menjadi lebih sibuk akan dunianya. Folder dalam laptop dan ponsel penuh akan foto juga video idolanya. Dan, ia juga memenuhi folder dalam laptop dengan segala karyanya, yaitu, cerita fiksi.

Menulis menjadi hobi tersendiri bagi Syahla setelah membaca. Beberapa macam bentuk cerita dan beragam genre pernah Syahla baca. Mulai dari teenfiction, romance, comedy dan horror. Asal pemeran utama sang idola, Syahla pasti menyukai cerita tersebut tanpa memandang genre terlebih dahulu. Cerita fiksi bacaan Syahla tidak ada hal aneh disana. Mengasyikkan sekaligus membuat Syahla terhibur.

Pernah suatu hari Syahla menjumpai cerita fiksi bergenre tinggi, genre bukan seharusnya dibaca seumuran Syahla. Rasa penasaran semakin mencuat mendapati cover dari cerita tersebut menarik. Syahla semakin dibuat penasaran, ia berhasil membuka cerita fiksi tersebut. Menggelikan, jijik, hingga membuat perut Syahla hampir muntah dibuatnya.

Namun, dari situlah semua terjadi. Syahla gemar membaca cerita, pemeran utama artis kpop dengan genre tak layak untuk Syahla. Dunia kpop telah menjadi santapan sehari-harinya. Tanpa sadar Syahla telah jatuh dalam kubungan maksiat terlalu jauh.

"Aduh.. ini gimana ya? Masa dia yang jadi murid barunya? Em.." Syahla mengetukkan jari telunjuk di dagu memikirkan alur cerita yang ia buat.

"Tanya Maira aja, deh. Dia kan paling jago masalah beginian." Syahla mengambil ponsel di sebelah laptop kemudian mengetikkan sesuatu disana,"Eh, pulsaku habis lagi."

Syahla membuka laci meja belajar mengambil selembar uang, lalu ia tutup kembali. Tubuhnya beranjak dari kursi berjalan keluar pergi ke market sebelah membeli pulsa. Entah lupa atau memang sengaja, laptop Syahla terbuka menampilkan lembaran word berisikan cerita yang sedang ia kerjakan.

Sedangkan dari arah lain, Rizfan mengendarai mobilnya memasuki garasi rumah dan memarkirkan disana. Ia turun dari mobil lantas masuk ke rumah.

"Assalamu'alaikum!"

Sepi. Rizfan heran, tidak biasanya rumah ini sepi. Kalau memang Dani dan Latifa keluar, Syahla pasti ada di rumah. Tapi salamnya tidak dijawab.

Rizfan mengendikan bahunya acuh. Ia berpikir mungkin saja Syahla sedang tidur siang.

Lelaki itu berjalan menuju kamar untuk mengistirahatkan badan. Hari ini Rizfan merasakan capek luar biasa. Adu argumen bersama teman satu kampus hanya karena masalah sepele. Ingin sekali ia segera menghempaskan tubuhnya di ranjang.

Tinggal hitungan langkah sampai kamarnya, ia malah berhenti di depan kamar Syahla yang terbuka. Tanpa pikir panjang, Rizfan memasuki kamar Syahla bernuansa pink, menelisik kesamping kanan dan kiri, tetap saja Rizfan tidak menemukan keberadaan adiknya itu.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang