Bab 33 : Janji Allah

103 12 3
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Janji Allah itu pasti. Seberapa sering pun kita berdoa meminta kepada-Nya diiringi iman dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa seorang hamba, pasti akan Allah kabulkan. Sebaliknya, seberapa sering pun kita berdoa tetapi tanpa diiringi iman bahkan tidak yakin Allah mengabulkan doa seorang hamba, maka akan terjadi seperti apa yang di sangkakan. Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya.

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Daffa menuruni anak tangga tatkala mendengar suara berisik di bawah. Niatnya setelah muraja’ah, ia ingin mengecek kembali tugas sekolah yang dikerjakan tadi malam namun urung tatkala indra pendengarannya menangkap suara familiar.

Helaan napas pelan muncul sembari menggelengkan kepala ketika sampai di lantai utama, ia melihat drama perdapuran kembali ditayangkan. Gilang dan Linda tengah ribut perkara minyak kelapa dan minyak zaitun.

Sejujurnya sudah menjadi hal biasa bagi Daffa melihat drama perdapuran seperti ini, bahkan keributan di dapur menjadi hal yang menyenangkan baginya. Bagaikan acara komedi gratis yang bisa membuat orang tertawa entah sadar maupun tidak sadar.

“Minyak goreng aja kenapa, sih? Lebih murah juga daripada minyak zaitun,” ujar Gilang bersender di pintu kulkas sembari bersedekap. Sungguh bingung menghadapi sosok cantik sering diibaratkan layaknya gelas kaca.

“Iya murah, tapi ‘kan lebih baik pakai minyak zaitun. Ya meskipun harganya lebih mahal dari minyak goreng, tapi minyak zaitun itu lebih sehat daripada minyak goreng biasa,” jelas Linda tengah mengenakan apron berwarna biru sembari membawa dua botol. Satu botol minyak zaitun habis tak tersisa sedangkan botol minyak goreng masih setengah.

“Pakai minyak biasa aja dulu, toh sama-sama minyak ‘kan?” Gilang menggaruk kulit kepala tiba-tiba saja terasa gatal mendengar celoteh Linda. Hanya karena minyak, mereka berdua ribut.

“Ih, Mas Gilang tinggal ke pasar aja sebentar beli minyak zaitun, nggak lama kok, palingan lima menit. Buat kesehatan keluarga sendiri masa nggak mau?”

“Lah terus, itu kenapa ada minyak goreng biasa di dapur? Katanya nggak sehat?”

“Siapa bilang? Tadi itu bilangnya lebih sehat mintak zaitun daripada minyak goreng biasa, bukan nggak sehat. Ini juga sesekali pakainya, nggak tiap hari.”

Bukan hanya Gilang saja, melainkan Daffa pun ikut menggaruk kulit kepalanya, bingung mendengar celoteh Linda. Bukankah semua minyak yang dipakai untuk memasak sama saja? Apa bedanya?

Mau tidak mau akhirnya Gilang menuruti ucapan Linda, pergi ke pasar hanya untuk membeli minyak zaitun, tidak lebih. Karena sayur bahkan lauk sudah tersedia di kulkas.

“Kalau kamu udah nikah, pasti ngerasain kayak gini. Duh... pusing kepala Ayah,” ujar Gilang melewati Daffa tengah duduk di ruang makan terkikik geli menyaksikan perdebatan lucu kedua orang tuanya.

Melihat Gilang sudah pergi menggunakan motor, Daffa beranjak menghampiri Linda sedang memotong bawang merah dengan wajah cemberut. Meskipun tubuhnya sudah terbalut seragam sekolah lengkap beserta dasi, bukan menjadi alasan ia tidak membantu Linda menyiapkan sarapan.

“Ayah kalau ngambek lucu juga, Bun.” Kedua tangan Daffa perlahan mengambil mangkok berisi kuah soto, ayam, mi soun, dan bahan pelengkap lainnya. Pagi ini Linda membuat sarapan khusus untuk Gilang, tidak lain ialah makanan kesukaan Gilang, soto ayam.

“Kamu ngeledek Ayah apa Bunda nih ceritanya?” tanya Linda masih sibuk menyiapkan beberapa bumbu perkedel.

“Wah... cewek cantik tambah ngambek aja nih,” goda Daffa seraya memiringkan kepala tatkala sudah di samping Linda tengah mencampurkan kentang dan telur.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang