بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai."
(HR. Bukhari dan Muslim)~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana🌻🌻🌻
Malam semakin larut. Langit mulai menampakkan gemerlap bintang tak terhitung jumlahnya. Bulan bersinar pada malam hari menggantikan silaunya sinar matahari pada siang hari. Angin malam berhembus hingga celah-celah rumah bergaya klasik tengah dihuni oleh laki-laki berparas menawan.
Berdiri di balkon kamar sembari menatap langit penuh akan bintang dan sinar bulan. Lelaki itu terlihat lebih mempesona ketika cahaya temaram menyinari wajahnya. Dalam diam ia berpikir suatu hal yang berhasil membuat jantung memompa dua kali lebih cepat dari biasanya.
Dan itu terjadi ketika berpapasan dengan seorang gadis selama ini menjadi bahan utama perbincangan dengan otak. Hembusan nafas terdengar lirih bersamaan kalimat istighfar keluar dari bibirnya. Tak pantas ia memikirkan perempuan lain, apalagi dia bukan mahramnya.
Ya Allah... perasaan apa ini? Aku belum siap menaruh rasa pada ciptaanMu. Aku masih lebih membutuhkan cinta dan ridhaMu untukku.
Lelaki itu memejamkan mata merasakan angin malam menyapu permukaan kulitnya
Syahla Nisrina Humaira.
Perempuan muslimah selalu mengganggu pikirannya. Entah itu pagi, siang, sore atau bahkan malam sekalipun. Sebenarnya ia tidak ingin zina hati juga zina pikiran. Tetapi, setiap kali menyingkirkan Syahla dari pikirannya, perempuan itu akan kembali lagi untuk menganggu konsentrasinya.
Lalu apa yang harus ia lakukan?
Menyalahkan Syahla?
Apalagi kejadian tadi pagi membuatnya selalu terfokus pada Syahla. Banyak pertanyaan memenuhi kepalanya. Siapa lelaki yang duduk bersama Syahla? Apa hubungannya? Dan, bagaimana bisa Syahla mau disentuh begitu saja dengan lelaki itu? Bukankah Syahla begitu menjaga diri?
Daffa ingin menanyakan secara langsung pada Syahla, tapi untuk apa. Dia bukan siapa-siapa. Daffa bahkan berpkir jika tiba-tiba datang berdiri di hadapan Syahla lalu menanyakan tentang lelaki tersebut. Bukankah Syahla merasa ilfiel padanya?
Huh..
Mungkin tadi itu kakak Syahla. Tapi, kenapa tidak pernah terlihat sebelumnya? Apa jangan-jangan lelaki tadi suami Syahla?
"Aduh.. mikir apasih! Ngaco. Mana mungkin Syahla punya suami? Sekolah aja belum lulus," celotehnya tidak jelas.
Belum tuntas memikirkan Syahla, kini fokusnya teralihkan pada kejadian pulang sekolah. Dimana ia tidak sengaja menyentuh perempuan bukan mahram mengakibatkan barang yang dia bawa berjatuhan.
Bukan. Bukan itu masalahnya. Tapi, kemiripan yang dimiliki Lechia dengan seseorang yang kini telah pergi dari sisinya.
Wajahnya.
Matanya.
Senyumannya.
Tok.. tok.. tok..
Astaghfirullah.
Lamunannya buyar mendengar suara ketukan pintu. Daffa melirik jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Ia menghela nafas lagi akan sesuatu hal, kejadian yang seharusnya sudah pergi kini kembali lagi.
Ia berbalik menjauh dari balkon, berjalan menuju pintu kamar kemudian membukanya. Sesosok wanita paruh baya berdiri diambang pintu sambil memegang sebuah foto terbalut bingkai kayu berwarna coklat. Umur sudah tidak muda lagi namun wajahnya terlihat masih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Ya Ukhti
Spiritüel[Spiritual-Teenfiction] Hijrah adalah proses dimana membentuk perubahan baru dalam diri. Siapa yang dulunya buruk, lambat laun berubah baik. Tak siapapun bisa merasakan masa masa hijrah, kecuali mereka yang menjalaninya. Syahla, Aisyah, Lechia, dan...